blank
Anak-anak di Desa Rogoselo, Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, dilatih memainkan alat musik tradisional, berupa gamelan jawa. Foto: dok/ist

PEKALONGAN (SUARABARU.ID)– Guna menghindari kecanduan akan gadget atau hp, anak-anak di Desa Rogoselo, Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, dilatih memainkan alat musik tradisional berupa gamelan jawa.

Kegiatan ini diinisiasi kepala desa setempat, sekaligus untuk mengisi kegiatan di tengah pandemi covid-19. Sejumlah anak-anak dilatih memainkan alat musik tradisional, usai mengikuti belajar secara online/daring di rumah Kepala Desa Rogoselo.

Dalam kegiatan memainkan alat musik tradisional ini, anak-anak belajar dua kali dalam seminggu, dilatih guru seni yang sengaja didatangkan kepala desa.

BACA JUGA : Rumah Atsiri Indonesia, Wow Kenikir Bisa Diambil Minyaknya

Dalam pelatihan, mereka tetap mengedepankan protokol kesehatan, dengan mengenakan masker dan jaga jarak.

”Selama pandemi ini, saya menyediakan wifi di rumah. Jadi anak-anak bisa belajar secara online. Namun setelah kami cek, ternyata usai belajar ada beberapa anak yang justru bermain game. Kebetulan di desa ada alat musik tradisional gamelan, dan dari situlah anak-anak latihan memainkan gamelan,” kata Kepala Desa Rogoselo, Saronto, di sela sela peresmian Seni Budaya Satriyo Laras, Minggu (6/12/2020).

Meskipun belajar baru dua bulan, ternyata anak-anak sudah bisa memainkan gamelan. Hal yang paling sulit adalah, mencari penyanyi atau vokal.

Antusias
Menurut Saronto, melalui pengenalan budaya tradisional seperti ini, maka anak-anak bisa mengetahui seni budaya jawa. Sebab, apabila dari sekarang anak-anak tidak dikenalkan, maka seni budaya jawa bisa hilang, karena tak ada yang bisa memainkannya lagi.

”Ketika anak-anak bisa memainkan gamelan, ternyata para orang tua juga antusias. Sehingga itu yang menjadi support anak-anak, untuk mengasah bakat,” terangnya.

Dia berharap, dengan adanya keinginan dari anak-anak untuk melestarikan budaya tradisional, akan muncul perhatian dari pemerintah. Sehingga nantinya budaya tradisional tidak punah.

Sementara itu, salah satu anak-anak pemain gamelan, Adi Prasetyo yang masih berusia 13 tahun, siswa kelas 1 MTs, mengaku senang berlatih gamelan. Sebab, dalam pembelajaran di sekolah tidak ada, dan sekarang masih jarang anak-anak yang bisa main gamelan.

blank
Usai belajar daring, sejumlah anak-anak kemudian dilatih memainkan karawitan dan gamelan jawa. Foto: dok/ist

Nguri-uri
”Awalnya memang sulit, tapi setelah dipelajari bisa juga dan sangat mudah. Saya senang, karena dengan kegiatan ini bisa melatih keterampilan saya dan teman-teman untuk melestarikan budaya tradisional,” ungkapnya.

Sedangkan pelatih gamelan, Ki Haji Yusuf Wibisono menyampaikan, anak-anak Desa Rogoselo ternyata banyak memiliki bakat seni. Hal ini diketahui, setelah dilatih notasi, mereka mudah mengerti. Untuk pembelajaran saat ini, hanya beberapa lagu, dan itu dilakukan secara bertahap.

”Ada lagu Gugur Gunung, Manyar Sewu yang dimainkan anak-anak, Dan saya senang sekali, karena banyak anak anak yang berminat untuk berlatih karawitan. Apalagi saya seorang dalang, jadi kalau ada anak yang berbakat, itu bisa untuk melestarikan atau nguri uri budaya jawa,” ungkap Ki Haji Yusuf Wibisono.

Untuk peresmian Seni Budaya Satriyo Laras sendiri, digelar secara sederhana, dengan pemotongan tumpeng oleh Kepala Desa Rogoselo Saronto, yang diberikan kepada tokoh masyarakat setempat.

Riyan-Sol