PACITAN (SUARABARU.ID) – Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, mengatakan, halalbihalal merupakan tradisi untuk saling bermaafan, serta menjadi momentum guna mempererat tali silaturahmi.
Bagian Prokopim Pemkab Pacitan, Jatim, mengabarkan, hari pertama masuk kerja pasca-libur Lebaran Idul Fitri 1446 H (2025 M), dimanfaatkan oleh para pegawai lingkup untuk menggelar halalbihalal. Menjadi momentum silaturahmi, untuk saling bermaaf-maafan. Acara ini, digelar di Pendopo Kabupaten Pacitan, Selasa (8/4/25).
Sejak pagi ribuan pegawai antre dengan tertib untuk dapat bersalaman dengan Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji beserta isteri. Ikut hadir mendampingi Bupati, Wakil Bupati (Wabup) Pacitan Gagarin Sumrambah bersama isteri, Ketua DPRD Pacitan, Sekretaris Daerah (Sekda) beserta istri, Asisten Sekda serta para Pimpinan Perangkat Daerah.
“Setelah kita menjalani libur yang panjang, kami berpesan kepada para ASN untuk segera kembali bekerja sebaik-baiknya guna melayani masyarakat,” tegas Mas Aji (panggilan akrab Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji).
Bupati berharap, pasca-lebaran bisa menjadi momentum untuk memulai bekerja melayani masyarakat. Tidak ada alasan lagi bagi ASN, untuk bersantai-santai setelah melalui libur lebaran yang cukup panjang.
Sambernyawa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Halalbihalal diartikan sebagai maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa di Bulan Suci Ramadan atau tiba waktunya perayaan Lebaran Idul Fitri.
Istilah Halalbihalal, masuk ke dalam Kamus Jawa-Belanda karya Dr Th Pigeaud 1938. Yang disebutkan sebagai halal behalal dengan arti salam (datang, pergi) untuk (saling memaafkan di waktu lebaran). Dalam Bahasa Arab, Halalbihalal berasal dari kata halla atau halala yang memiliki banyak arti sesuai dengan konteks kalimatnya, di antaranya menyelesaikan kesulitan, mencairkan yang beku, meluruskan benang kusut atau melepaskan ikatan yang membelenggu.
Dalam Buku (Ensiklopedi) Bauwarna Adat Tata Cara Jawa (Drs R Harmanto Bratasiswara, Yayasan Suryasumirat, Jakarta 2000), Alalbihalal atau Halalbihalal disebutkan sebagai acara maaf-memaafkan setelah melakukan perayaan Lebaran Idul Fitri. Acara saling maaf-meaafkan ini, dilakukan dalam Bulan Syawal.
Banyak versi yang menuliskan tentang sejarah asal muasal Halalbihalal di Nusantara, yang berkembang menjadi budaya nasional. Adalah Kiai Somdani dari Solo yang secara tegas menyebutkan, itu bermula saat berlangsungnya era Perang Sambernyawa.
Budayawan Jawa Peraih Anugerah Bintang Budaya, Kanjeng Raden Arya (KRA) Drs Pranoto Adiningrat MM yang juga Abdi Dalem Keranton Surakarta, menyatakan, kaitannya dengan Perang Sambernyawa, itu sejarahnya diawali ketika bala prajurit Sambernyawa terdesak dalam beberapa kali pertempuran melawan Belanda. Maka bertitahlah RM Said kepada prajuritnya, untuk istirahat terlebih dahulu.
Mereka kemudian diperintahkan pulang ke rumah masing-masing, untuk saling memohon maaf dengan cara sungkem (meminta restu) kepada orang tua masing-masing. Juga melakukan saling maaf-memaafkan sesama prajurit dan sanak famili. Ini berlangsung bersamaan dengan momentum Hari Raya Lebaran Idul Fitri yang kemudian terkenal sebagai lahirnya Halalbihalal di Tanah Air. Sebelum kemudian, para prajurit berkumpul kembali untuk meneruskan Perang Sambernyawa.(Bambang Pur)