KUDUS (SUARABARU.ID) – Harga kedelai impor di Kabupaten Kudus terus mengalami kenaikan dalam beberapa hari terakhir. Lonjakan ini diduga kuat dipicu oleh dampak perang dagang yang melibatkan Amerika Serikat serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Manajer Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus, Amar Maruf, mengungkapkan bahwa saat ini harga kedelai impor telah menyentuh angka Rp9.600 per kilogram. Angka ini naik dari harga normal yang sebelumnya berada di kisaran Rp9.000 per kilogram.
“Kenaikan harga ini bahkan sudah terjadi sejak sebelum Lebaran kemarin,” ujar Amar Maruf, Selasa (8/4).
Ia memprediksi, tren kenaikan harga kedelai impor kemungkinan besar akan terus berlanjut mengingat kondisi ekonomi global yang belum stabil. Saat ini, stok kedelai impor di gudang Primkopti Kudus pun sudah habis, dan mereka tengah menunggu kedatangan pasokan baru.
“Stok lama sudah habis. Kami masih menunggu pengiriman stok baru yang kemungkinan datang hari ini. Namun, harga kedelai terbaru belum bisa dipastikan,” tambahnya.
Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak serius pada industri tahu dan tempe di Kudus. Meski demikian, dampaknya belum terlihat dalam beberapa hari terakhir karena sebagian besar perajin libur produksi selama Lebaran Ketupat.
“Kita belum tahu seperti apa dampaknya setelah hari ini. Apalagi jika mereka harus membeli kedelai dengan harga baru yang jauh lebih mahal,” tegas Maruf.
Meski harga naik, sebagian besar perajin tahu tempe tetap membeli kedelai impor karena produksi tidak bisa dihentikan. Untuk menyiasati lonjakan harga bahan baku, mereka biasanya mengecilkan ukuran produk tanpa menaikkan harga jual.
Namun, jika harga kedelai terus melonjak tanpa adanya solusi, banyak pengusaha tahu dan tempe dikhawatirkan akan terpaksa menghentikan usahanya.
Ali Bustomi