Ilustrasi. Reka: wied SB.ID

PADA salah satu sudut/kolom Capper’s Weekly,  hampir selalu ditampilkan semacam kata-kata mutiara. Pada suatu edisi, tertulis di situ: Ketika saya bertanya kepada seorang teman tentang rahasia kepopulerannya, dia menjawab: “Dahulu, bila saya mendengar pernyataan atau menemui pendapat yang saya tidak suka atau tidak setuju, saya biasanya komentar:  Omong kosong itu. Dan satu per satu orang menghindari saya.”

Teman saya  itu lalu melanjutkan ceriteranya: “Tetapi sekarang, saya mengganti kata omong kosong itu dengan kata-kata “mengagumkan” atau “fantastis.” Ia menghela nafas lalu berkilah lagi: Mau tahu apa hasilnya?

“Dering telepon saya tidak pernah berhenti untuk mengucapkan terima kasih atau bahkan mengajak bertemu;  dan teman saya semakin banyak.” (Frank Mihalic, SVD. 2000; hal. 170).

Beda taktik zig-zag memertahankan popularitas lewat “nggombal” seperti contoh di atas; berbeda pulalah taktik zig-zag memertahankan jabatan dalam konteks kemasyarakatan kita, yakni nyumur gumuling.

Baca juga Taktik Berkuasa: Macan Guguh

Pertanyaanya, apakah taktik nyumur gumuling tidak juga tergolong “nggombal??” Anda sendiri akan membuat simpulan  setelah selesai membaca tulisan ini, please…….deh.

Jabatan

Siapa pun, dan dalam posisi jabatan apa pun,  sungguh pantas dan benar, layak dan semestinya apabila berusaha tetap memertahankan jabatan itu. Syukur dapat naik, bahkan. Hanya karena  kepepet saja, misalnya, ada orang kok tiba-tiba turun dari jabatannya.

Tentang hal ini, ada yang berkilah: “Saya minta sendiri kok, bukan karena dicopot.” Ada pula yang berkata: “Akan ada penugasan lain yang lebih menantang.”

Sumangga sajalah, tetapi yang sangat jelas, jabatan itu pasti berkaitan dengan gengsi personal bahkan sosial/komunal. Karena itu diperjuangkan untuk dipertahankannya; bahkan dikejar-kejar sampai koleksi orang-orang supranatural untuk dimintai memberikan ajiannya.  Demi gengsi cara atau taktik apa pun ditempuh agar jabatan tetap dalam genggaman erat. Paling menonjol adalah taktik nyumur gumuling.

Sumur

Tidak semua pembaca tulisan ini, saat ini, bisa dengan mudah mengenali secara fisik sumur itu seperti apa. Konsep sumur mungkin tahu, tetapi melihat langsung belum tentu mudah,  mengingat model sumur zaman sekarang banyak yang berbeda dari sumur-sumur zaman dulu (sebutlah sumur-sumur di desa-desa).