blank
Kepala BBPJT, Dwi Laily Sukmawati bersama Koordinator KKLP Pemodernan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Shintya. Foto: Dok/BBPJT

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (BBPJT), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, menggaungkan program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) melalui berbagai upaya.

Hal tersebut disampaikan Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Dwi Laily Sukmawati bersama Koordinator KKLP Pemodernan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Shintya, belum lama ini.

Laily menyampaikan, program RBD menjadi salah satu upaya dari Balai Bahasa untuk pelestarian dan pengembangan bahasa daerah melalui pewarisan kepada generasi muda. “Revitalisasi bahasa daerah sangat penting karena berkaitan dengan bahasa ibu, khususnya yang ada di Provinsi Jawa Tengah,” ujar Laily.

Laily menjelaskan, RBD merupakan upaya pelestarian bahasa daerah mencakupi berbagai tahapan yang harus dilaksanakan. Tahapan-tahapan itu adalah koordinasi dan diskusi pakar, koordinasi dengan pemerintah daerah, bimbingan teknis (bimtek) pengajar utama dalam penyusunan model pembelajaran, diseminasi atau pengimbasan hasil bimtek kepada siswa SD dan SMP, pemonitoran dan evaluasi, hingga Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI).

“Kami mengajak pemerintah daerah untuk bersama-sama terlibat, para sastrawan, pengajar, dan budayawan,” tambahnya.

Program bimtek, lanjut Laily, diikuti oleh para guru dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Selama kurang lebih tiga bulan, para guru mengimbaskan pengetahuan tentang bahasa daerah kepada siswa di tingkat SD dan SMP.

“Balai Bahasa kemudian melakukan monitoring oleh tim RBD Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah untuk memastikan efektivitas program. Melalui langkah-langkah tersebut, Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah berusaha melestarikan dan mengembangkan bahasa daerah melalui program-program yang melibatkan berbagai pihak,” jelasnya.

Laily menjelaskan, salah satu tujuan utama RBD adalah menghidupkan bahasa-bahasa daerah kepada penutur muda. Namun, program tersebut juga memiliki tantangan, antara lain, generasi muda enggan menggunakan bahasa daerah dan lebih bangga menggunakan bahasa lain. Tantangan tersebut dilawan tegas dengan slogan Trigatra Bangun Bahasa, yakni utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing. Ini diartikan bahwa tidak menutup mata untuk bahasa lain masuk, termasuk bahasa asing, tetapi penggunaannya harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

“Kita tidak menutup pintu untuk menggunakan variasi bahasa, boleh digunakan asal mereka tahu tempat, dengan siapa, dan kapan bahasa itu digunakan,” terangnya

Sementara itu Shintya mengungkapkan, Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah telah melaksanakan program Revitalisasi Bahasa Daerah sejak tahun 2021. Selama empat tahun program tersebut dijalankan, hasil yang ditunjukkan sangat menggembirakan.