
Maaf seribu maaf menggunakan contoh ibu hamil lagi, yaitu jika perutnya yang membesar itu ada di bagian atas, ditambah lagi membesarnya payudara di saat hamil itu; maka disebutlah mblendhuk, bukan mblendhing.
Baca juga Delul
Contoh mblendhuk juga ada misalnya pada bentuk pot bunga, vas, atau pun botol yang membesar bagian tengahnya. Bisa juga untuk melukiskan isi dompet yang tebal, lalu dimasukkan saku, nahhhh………mblendhuk, dhuite akihhhhh.
Ragam korupsi
Ternyata, ragam tindak korupsi itu amat banyak ya. Pasang pagar bambu di tepi laut, ada tindak korupsinya; menyampur bahan bakar minyak juga dapat berupa tindak korupsi. Herannya, uang yang dikumpulkan dari tindakan-tindakan seperti itu semakin banyak, dan hitungannya kini T, bukan lagi M, apalagi J. Jika di depan huruf-huruf itu ditambah S, jadilah STMJ: Susu, telor, madu, dan jahe…. nge=blend, hmmmmmmm nikmatnya.
Inilah ragam korupsi STMJ, karena satuannya trlliun, milyar, dan juta. Hhhmmmmmm……..nikmatnya, bikin mblendhing saja.
Suatu hari, gelak tawa terjadi di pintu surga. Pada waktu itu seorang bertubuh kerempeng justru dipersilahkan masuk pintu surga lebih duluan dibanding yang telah lama ngantre.
Beberapa orang protes kepada penjaga pintu surga, dan penjaga itu menjawab: “ Saya tahu, saya tahu, Anda pasti protes karena orang kerempeng itu masuk duluan.” Orang-orang mengiyakan sambal angguk-angguk kepala.
Penjaga melanjutkan: “Berilah dia kesempatan dulu mencicip semua makanan enak di dalam surga ini, karena seumur hidup dia belum pernah makan enak seperti Anda semua yang perutnya mblendhing-mblendhing. Coba saling lihat perut teman sebelah-sebelahmu. Mblendhing-mblendhing dan mblendhuk-mblendhuk, kan?”
Mula-mula mereka hanya senyum-senyum, tetapi lama kelamaan tertawa terbahak-bahak meledak karena pengidap perut mblendhing banyak sekali. Bahkan mereka saling membandingkan besarnya perut masing-masing, dengan harapan dapat urutan lebih awal segera masuk pintu. Tidak berapa lama mereka terbahak-bahak, sebab pintu surga ditutup, dan baru dibuka lagi besok.
JC Tukiman Taruna, Pengajar Pengembangan Masyarakat di Pascasarjana UNS Surakarta dan SCU Semarang