JEPARA (SUARABARU.ID)- Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jepara melalui Museum RA. Kartini merilis hasil penemuan benda-benda purbakala atau benda yang diduga sebagai obyek cagar budaya (ODCB), pada Jumat (13/12/2024).
Menurut keterangan, benda-benda purbakala yang diekspose ini paling banyak ditemukan dari lereng gunung Muria, khususnya dari Desa Tempur dan Desa Kaligarang Kecamatan Keling Kabupaten Jepara. Benda-benda tersebut berupa gerabah/tembikar, uang kepeng, miniatur bangunan hingga terakota fugurin.
Menurut Wiwing Wimbo, salah satu narasumber dari Balai Pelestarian Kebudayaan, mengatakan, bahwa penemuan benda-benda purbakala di seputar lereng Muria ini teridentifikasi sebagai benda periode abad ke XIII-XVI pada masa akhir Kerajaan Majapahit.
Hal ini didasari pada teori pelarian orang-orang Majapahit setelah kerajaan tersebut runtuh pada abad XIII. “Pada saat itu banyak sekali orang Majapahit yang menyingkir ke daerah pesisir seperti Rembang dan Jepara”, ujar Wiwing di hadapan peserta.
Menurut Wiwing, gerabah atau tembikar merupakan salah satu seni dekoratif dan paling tersebar luas. Kerajinan ini terbuat dari tanah liat. “Seperti gerabah yang ditemukan di Desa Tempur dan Desa Kaligarang”, lanjutnya.
“Untuk jenis gerabah yang ditemukan, bentuknya seperti wadah yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari oleh masyarakat pada umumnya. Gerabah ini yang ditemukan di Desa Tempur, terang Wiwing.
Namun menurut Wiwing ada beberapa jenis gerabah yang digunakan sesuai dengan peruntukannya. “Selain wadah untuk aktifitas sehari-hari, ada juga wadah yang digunakan untuk kegatan religius”, terang Wiwing.
Wadah yang digunakan untuk kegiatan religius di sini artinya pada waktu itu wadah ini dijadikan sebagai tempat untuk upacara pemujaan atau acara agama.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jepara, Moh. Eko Uddyono pada kesempatan itu mengatakan banyaknya benda-benda purbakala yang ditemukan di lereng gunung Muria merupakan tantangan bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara untuk tetap menjaga penemuan-penemuan tersebut agar tidak hilang.
Namun, ia juga mengakui saat ini pihaknya belum bisa menyediakan tempat untuk menampung benda-benda yang banyak ditemukan di sekitar candi bubrah dan candi angin tersebut.
“Kita memang belum bisa membuat sebuah tempat khusus untuk menampung benda-benda purbakala tersebut. Penemuan-penemuan itu biasanya hanya disimpan di balaidesa atau di rumah juru kuncii, sehingga banyak temuan-temuan yang hilang”, kata Eko.
Eko juga berharap masyarakat Jepara dapat merawat dan mempertahankan benda-benda purbakala. “Kita pertahanakan benda-benda ini tetap lesatari untuk anak cucu kita”, pungkas Eko.
Dalam acara yang dihadiri oleh masyarakat pegiat sejarah Jepara ini, terungkap masih banyak benda-benda purbakala yang memang belum tergarap dengan serius oleh Disparbud. Salah satunya benda-benda purbakala yang berada di Masjid Mantingan. Bekas bongkaran masjid lama.
ua