Oleh Lintang Puspita Prabawati
PERNAHKAH Anda membeli produk dengan harga “terlalu murah untuk menjadi nyata”? Jika ya, Anda mungkin tanpa sadar mendukung roda besar penyelundupan dan peredaran barang ilegal. Di balik kemudahan mendapatkan barang murah tersebut, ada dampak serius yang mengancam stabilitas ekonomi, kesehatan masyarakat, dan keadilan sosial.
Mengapa barang ilegal begitu mudah beredar? Bagaimana mereka mampu merugikan negara hingga triliunan rupiah? Dan yang lebih penting, apa yang bisa kita lakukan untuk menghentikannya? Mari kita telusuri lebih dalam.
Di balik hiruk-pikuk arus perdagangan global yang semakin terbuka, ada bayang-bayang ancaman yang terus mengintai: penyelundupan dan peredaran barang ilegal. Fenomena ini bukan hanya soal pelanggaran hukum, tetapi juga ancaman serius bagi stabilitas ekonomi, kesehatan masyarakat, dan keadilan sosial.
Di tengah gencarnya upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara dari kepabeanan dan cukai, mengapa masalah ini masih terus menjadi momok yang sulit diatasi?
Selalu Temukan Jalan
Penyelundupan adalah cermin dari dinamika ekonomi dan sosial yang kompleks. Di satu sisi, pelaku penyelundupan memanfaatkan celah regulasi dan lemahnya pengawasan di perbatasan. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat akan barang murah sering kali menjadi pemicu utama peredaran barang ilegal.
Di era modern, modus operandi pelaku penyelundupan semakin canggih. Teknologi digunakan untuk memalsukan dokumen impor, menyelundupkan barang melalui pelabuhan kecil yang sulit dijangkau, hingga memasarkan produk melalui platform digital tanpa izin resmi. Tak hanya itu, wilayah perbatasan yang luas seperti di Kalimantan atau perairan Natuna sering menjadi jalur utama masuknya barang ilegal ke Indonesia.
Barang ilegal tidak hanya melibatkan produk seperti narkotika atau senjata api. Faktanya, rokok tanpa pita cukai, kosmetik palsu, dan bahkan minuman keras oplosan adalah bagian dari jaringan gelap ini.
Menurut laporan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), potensi kerugian negara dari peredaran barang ilegal di Indonesia mencapai Rp35 triliun per tahun.
Salah satu alasan barang ilegal terus ada adalah celah pengawasan di jalur perdagangan. Misalnya, pelabuhan kecil dan wilayah perbatasan yang sulit dijangkau sering menjadi titik masuk penyelundupan. Ditambah dengan perkembangan e-commerce, barang ilegal kini bisa dijual dengan mudah di platform online tanpa memerlukan toko fisik.
Di sektor rokok, misalnya, produk tanpa cukai dijual hampir setengah harga dari produk resmi. Hal ini membuatnya sangat menarik bagi konsumen berpenghasilan rendah. Namun,
di balik keuntungan jangka pendek itu, ada harga mahal yang harus dibayar: negara kehilangan pendapatan, industri resmi tertekan, dan konsumen berisiko terpapar produk berkualitas rendah.
Dampak Barang Ilegal
Masuknya barang ilegal menimbulkan dampak ekonomi. Pemerintah kehilangan dana pembangunan hanya karena barang ilegal. Menurut Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, peredaran rokok ilegal menyumbang kerugian sebesar Rp14 triliun dalam penerimaan cukai pada 2023. Ini setara dengan membangun 2.000 sekolah baru atau lebih dari 30 rumah sakit daerah.
Kerugian ini tidak hanya berdampak pada penerimaan negara, tetapi juga merusak iklim bisnis. Produsen resmi yang patuh hukum sulit bersaing dengan harga barang ilegal yang jauh lebih murah, mengakibatkan penurunan investasi dan hilangnya lapangan kerja.
Barang ilegal sering kali tidak melalui pengawasan kualitas, sehingga bisa menimbulkan dampak pada kesehatan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melaporkan bahwa lebih dari 30% kosmetik ilegal yang diuji pada 2023 mengandung bahan berbahaya seperti merkuri dan hidrokuinon. Konsumen yang tergiur dengan harga murah justru harus menanggung risiko kesehatan jangka panjang.
Hal yang sama terjadi pada minuman oplosan. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa lebih dari 200 orang meninggal akibat keracunan alkohol oplosan dalam dua tahun terakhir. Semua ini adalah bukti nyata bahwa barang ilegal tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga mengancam nyawa.
Peredaran barang ilegal sering kali terkait dengan jaringan kejahatan internasional. Dengan setiap barang ilegal yang dibeli, konsumen secara tidak langsung mendukung aktivitas seperti penyelundupan manusia, perdagangan narkoba, hingga pencucian uang.
Kenapa Sulit Diberantas
Harga yang Kompetitif: Barang ilegal dijual dengan harga murah karena tidak melalui proses resmi seperti pembayaran pajak dan cukai.
Lemahnya Pengawasan: Dengan luasnya wilayah Indonesia, terutama di perbatasan laut dan darat, sulit bagi aparat untuk mengawasi seluruh jalur masuk barang ilegal.
Minimnya Kesadaran Konsumen: Banyak masyarakat yang tidak menyadari bahwa membeli barang ilegal adalah bentuk dukungan terhadap aktivitas kriminal.
Bersatu Lawan Barang Ilegal
Apa yang bisa dilakukan? Penggunaan Teknologi Canggih. Pemerintah telah mulai menerapkan sistem berbasis kecerdasan buatan (AI) dan blockchain untuk melacak rantai pasok barang. Teknologi ini memungkinkan pengawasan lebih transparan, terutama di sektor e-commerce.
Kolaborasi Multinasional. Penyelesaian masalah ini membutuhkan kerja sama dan berkolaborasi dengan negara lain. Organisasi seperti WCO (World Customs Organization) dapat membantu Indonesia memperkuat pengawasan lintas batas.
Edukasi Publik yang Lebih Intensif. Masyarakat perlu mendapatkan edukasi, diberi pemahaman tentang dampak barang ilegal, bukan hanya dari sisi hukum tetapi juga risiko kesehatan dan ekonomi. Kampanye nasional yang melibatkan influencer hingga sekolah dapat menjadi langkah efektif.
Sanksi Tegas. Pelaku utama penyelundupan harus mendapatkan hukuman berat untuk memberikan efek jera. Selain itu, platform e-commerce yang terbukti menjual barang ilegal harus dikenai sanksi tegas, termasuk pemblokiran.
Masa Depan di Tangan Kita
Barang ilegal adalah ancaman nyata bagi masa depan bangsa. Mereka merusak ekonomi, membahayakan kesehatan, dan mendukung jaringan kriminal. Namun, ancaman ini dapat diatasi jika kita, sebagai masyarakat, memilih untuk menjadi bagian dari solusi.
Mulailah dengan langkah kecil: pilih produk legal, laporkan aktivitas mencurigakan, dan edukasi orang-orang di sekitar Anda. Bersama-sama, kita bisa menjaga pintu gerbang ekonomi Indonesia tetap kuat dan aman dari serangan barang ilegal.
Ingat, setiap keputusan pembelian Anda adalah bentuk dukungan. Apakah Anda ingin mendukung kemajuan bangsa atau justru menghancurkannya? Pilihlah dengan bijak.
Lintang Puspita Prabawati, Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Fiskal, Universitas Indonesia