SOLO (SUARABARU.ID) – Ketoprak Lakon Kembang Desa, berebut perawan cantik Putri Demang, Jumat malam (6/12/24) ini, akan dipentaskan di Pendapa Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.
Gelar pertunjukan kesenian tradisional ini, akan dimainkan oleh Keluarga Besar Pokdarwis Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Surakarta.
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) adalah kelembagaan di tingkat masyarakat, yang anggotanya terdiri dari para pelaku kepariwisataan, yang memiliki kepedulian dan tanggung jawab serta berperan sebagai penggerak dalam mendukung tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan serta terwujudnya Sapta Pesona.
Para personel Pokdarwis yang akan menampilkan Lakon Kembang Desa, adalah para seniman dan budayawan Jawa, yang punya reputasi dan pengalaman pentas di panggung kesenian.
Juga melibatkan sejumlah seniman edukatif keluaran Institut Seni Indonesia (ISI), bergelar Sarjana Karawitan (SKar) dan Sarjana Seni (SSn), Bahkan ada yang berpendidikan S2 penyandang gelar MPd, serta Abdi Dalem Keraton Surakarta penerima kekancingan (surat pengukuhan) gelar bangsawan sebagai Kanjeng Raden Ayu (KRA) dan Kanjeng Raden Arya Tumenggung (KRAT).
Mereka itu terdiri atas Sutradara Ki Radimo dan penata iringan Sujarwo JP SSn. Aktor terdiri atas Sutopo SKar, KRA Ernes Udayana Dwijanagoro SSn, Arifa Umiyati SE, MM, Dra Hj Hariyani, Taufik Sri Begawan, KRAT Sidik S Wibaksanagoro SSn, MPd. Juga melibatkan Johan, Eko Gudel, Mbolo, R Aditya A Nugroho.
Sinopsis Lakon Kembang Desa diawali dengan tampilnya Pemuda lajang Gundono (dari kasta bawah) yang digandrungi oleh Sarbini Putri Demang Gunowongso (Sutopo SKar) Penguasa Kademangan Nglasem. Tapi cinta sejoli ini tak berjalan mulus. Sebab Sarbini keburu diboyong paksa oleh Demang Soroyudo (Radimo), karena Demang Gunowongso tak dapat membayar hutang. Sebagai pelunasan hutang, Demang Soroyudo minta Sarbini untuk diperistri.
Di balik itu, terjadi skandal Nyai Demang Soroyudo dengan pelayannya, Sukra. Tentu saja, ini membuat Demang Soroyudo naik pitam dan serta merta nundhung (mengenyahkan) Sukra dan istrinya supaya minggat (pergi) dari Kademangan.
Dagelan
Tak lama berselang, Demang dan Nyai Demang Gunowongso beserta Gundono dan para Abdi Repat, menyusul ke Kademangan Semanu. Bertekad merebut Sarbini dari tangan Demang Soroyudo. Berhasil, setelah Demang Soroyudo dikalahkan Gundono saat terjadi pertikaian.
Sebagai hiburan panggung, Lakon Kembang Desa akan disajikan dalam kemasan tontonan yang menghibur. Diselang-seling aneka tembang, dengan iringan instrumen musik tematik untuk membangun kedalaman suasana adegan. Seperti suara suling melengking bernada nggrantes (ratapan kesedihan), ditingkah dengan alunan Tembang Dandanggula yang kemudian disahut dengan Langgam Setya Tuhu oleh Sarbini.
Juga akan ditampilkan iringan Gending Sinom Rog-rog Asem, untuk menguatkan adegan gandrung (rasa cinta yang tulus). Para pemain diskenario akan melakukan dialog yang diawali dengan mendendangkan aneka tembang. Abdi Repat, akan menampilkan beragam adegan gecul (jenaka) yang menghibur, untuk mengundang gelak tawa ngakak penonton.
Kembang Desa disebut Dorpsbloemen dalam Bahasa Belanda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), didefinisikan sebagai gadis yang dianggap (dikonotasikan) paling cantik di sebuah desa.
Ketoprak adalah kesenian tradisional (Jawa) yang kemunculannya diawali dengan Ketoprak Gejog, dan eksis sebagai seni pertunjukan dan berkembang sejak sekitar Tahun 1880-an. Awalnya, merupakan permainan gadis desa dengan iringan irama tabuhan lesung (untuk ritual mengundang Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan) ketika datang Purnama (baca: Purname atau saat bulan terbit secara penuh.
Kemampuan para aktor akan menampakkan bobot kadar kesenimanannya saat menyampaikan antawecana (dialog) dengan banyak perbendaharaan kosa kata dalam improvisasi.
Juga saat tampil mendendangkan tembang dalam berakting, serta membangun sambung rapet greget saut (percakapan dengan penuh semangat) yang akan memberikan kekuatan dalam pementasan.
Bambang Pur