Fenomena modernisasi ziarah terlihat di tempat ini. Tidak sedikit pengunjung yang datang lebih untuk berfoto atau menikmati suasana, seperti diungkapkan seorang peziarah, yang berdomisili sekitar Ambarawa.
“Saya suka datang ke sini untuk jalan-jalan bersama keluarga, meski tidak selalu berdoa,” ujarnya.
Di satu sisi, keramaian ini menunjukkan bahwa Kerep telah menjadi destinasi religius sekaligus wisata. Namun, suasana ini sering kali mengaburkan tujuan utama sebuah ziarah: doa dan refleksi.
Fenomena Inflasi dan Makna Ziarah
Dua tempat ini menjadi contoh nyata bagaimana inflasi Gua Maria memberikan pengalaman yang beragam. Rosa Mystica adalah cerminan dari tempat ziarah yang menawarkan keheningan mendalam tetapi jarang dikunjungi. Sementara itu, Kerep menunjukkan bagaimana popularitas dapat membawa keramaian, tetapi juga berpotensi mengurangi sakralitasnya.
Melalui perjalanan ini, saya merenungkan kembali apa arti ziarah. Peningkatan jumlah tempat ziarah bisa menjadi tanda positif dari semangat devosi umat. Namun, saya tidak bisa mengabaikan kekhawatiran bahwa kemudahan akses dan modernisasi ini bisa mengaburkan esensi ziarah itu sendiri.
Ziarah, bagi saya, adalah perjalanan hati, bukan sekadar rutinitas fisik. Di antara keheningan Rosa Mystica dan hiruk pikuk Kerep, saya menyadari bahwa setiap langkah adalah panggilan untuk kembali mengarahkan diri, mengingat tujuan utama ziarah: untuk siapa dan untuk apa kita berjalan sejauh ini?
Nicola Ananda