MAGELANG (SUARABARU.ID)- Rasa penasaran kehadiran Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) terus menggelayuti Ketua KKG MI Kecamatan Sawangan Suranto, S.Si., S.Pd. Ia kemudian mengundang tim leader GSM Magelang Raya dalam acara Training Motivasi bertema “Guru Bermutu Guru Dirindu Menyenangkan Sekolahku” pada Sabtu, 09/11/2024 di Balai Muslimin PC Sawangan.
GSM Magelang Raya menghadirkan Ariyanto Mohammad Toha, M.Pd., C.MT., Gr Kepala SD Islam Al Umar Ngargosoka Kecamatan Srumbung yang juga pegiat komunitas GSM Magelang Raya dan leader GSM Klaten bersama Fuji Zanuari Astutik, M.Pd dari SD Negeri 3 Kalirejo Kecamatan Salaman.
Acara tersebut turut dihadiri oleh Pengawas MI Kecamatan Salaman Drs. Ismadi, M.Pd.I. Adapun peserta berasal dari Kepala sekolah dan guru-guru MI se-Kecamatan Sawangan. Acara pembuka diprakarsai oleh Fuji Zanuari Astutik dengan pembacaan narasi diiringi instrumen music hingga merasuk di relung sanubari seluruh peserta.
Pada sesi awal, Ariyanto Mohammad Toha memantik dengan sekuntum mawar berduri. Mawar dianalogikan hal-hal yang menyenangkan, sedangkan duri dianalogikan hal-hal yang menyedihkan. Setiap peserta diberikan dua buah warna sticky note yang berbeda untuk dituliskan hal-hal yang menyenangkan dan menyedihkan tentang dunia pendidikan versi mereka masing-masing.
Husein dan Rina berkesempatan untuk membacakan mawar berduri versinya masing-masing. Mereka berdua menyebut bahwa mawar dalam dunia pendidikan bisa jadi kemudahan-kemudahan yang guru dapatkan untuk mengakses hal apapun yang diperlukan guna menunjang pembelajaran. Sedangkan duri dalam dunia pendidikan untuk menggambarkan masih sulitnya mengatasi permasalahan di kelas yang berhubungan dengan kemampuan belajar anak yang berbeda-beda.
Ari menyampaikan bahwa fenomena-fenomena yang kita temui di berbagai media bahkan di kehidupan kita sehari-hari merupakan wujud gagalnya pendidikan Indonesia selama ini. Ini dapat dibuktikan dari skor PISA (Programme for International Student Assessment) yang dirancang oleh OECD ( Organization for Economic Cooperation and Development untuk mengukur capaian pendidikan suatu negara yang pada tahun 2018 Indonesia peringkat 62 dari 70 negara dengan skor membaca 371 dari skor rata-rata 487, skor matematika 379 dari skor rata-rata 489, dan skor sains 396 dari skor rata-rata 489.
Kondisi ini tak seiring dengan perubahan kurikulum yang ada. Dan yang perlu diketahui bahwa ke depan, kompetensi yang dibutuhkan bergeser ke kemampuan memecahkan masalah, penalaran, dan sosial. Ini diperparah dengan penelitian yang dilakukan Lant Pritchett, seorang professor dari Harvard University Amerika Serikat yang melakukan penelitian di Indonesia, memproyeksikan bahwa dibandingkan dengan negara-negara berpendidikan maju, pendidikan Indonesia tertinggal 128 tahun.
Mengapa ini terjadi ?, Karena pergesaran kompetensi yang berangka 90% (memecahkan masalah, penalaran, dan sosial), di Indonesia masih berfokus pada hanya 10% (konten pengetahuan) di mana anak berkutat pada kelas-guru ceramah-buku LKS-buku paket-tugas-PR-ujian, kelas-guru ceramah-buku LKS-buku paket-tugas-PR-ujian yang gurunya juga bersiklus berangkat-mengajar-pulang, berangkat-mengajar-pulang selalu berputar di 10% konten pengetahuan.
Maka faktanya, ketika menjadi dewasa di kehidupan nyatanya, dihadapkan pada tantangan sulit, dia tidak punya kompetensi memecahkan masalah, penalaran, dan sosial yang 90% tidak dia terima di sekolah Indonesia.
Ariyanto juga menunjukkan betapa rendahnya IQ kita hingga peserta diperlihatkan eksperimen manusia vs kera dalam pengambilan kacang di dalam tabung kaca panjang yang kecil. Manusia dengan berbagai cara tak dapat mengambil kacang tersebut, namun si-kera dengan mudahnya mengambil kacang tersebut. Ini memantik peserta agar pemahamannya tentang GSM terbuka.
“GSM bukan sebuah cara, GSM bukan sebuah metode, GSM bukan kurikulum. Laksana sebuah bangunan, GSM adalah fondasinya, GSM adalah ruh pendidikan itu sendiri, GSM adalah kultur, GSM adalah budaya, GSM adalah perubahan pola pikir.
Ketika fondasi sudah terbentuk dalam diri masing-masing guru, mau kurikulum berganti apapun, ruh, fondasi tetap menyatu. Sedangkan bangunan ibarat kurikulum, satu fondasi dapat dipakai untuk bangunan dalam bentuk apapun, mau diganti bentuk bangunannya, mau direnovasi bagian-bagiannya, fondasi tetaplah fondasi, jati diri tetaplah jati diri untuk memanusiakan peserta didik.”terang Ari panggilan akrabnya.
“Dalam buku “Di balik lahirnya Gerakan Sekolah Menyenangkan”, saya menangkap sebuah quotes dari Albert Einstein “Setiap orang itu jenius. Tapi kalau kita menilai seekor ikan berdasarkan kemampuannya memanjat pohon, dia akan menjalani hidup dengan mengira bahwa dirinya bodoh,”ucap Ari.
Ari berharap, setelah acara ini selesai peserta dapat menghayati dan mengimplementasi bagaimana menjadi guru bermutu. Di mana guru bermutu sudah tidak bisa dipastikan yang juara dalam segala hal akademik dan kognitif, namun guru yang bermutu telah bergeser kepada guru-guru yang dirindukan murid-muridnya. Guru bermutu ialah guru yang dinanti-nantikan kedatangannya oleh murid-muridnya. Guru bermutu ialah guru yang senantiasa mengerti hal terdalam yang dirasakan murid-muridnya di sekolah,”pungkas Ari.
Hadepe – Arsapa
*Arsapa*
[22.48, 9/11/2024] Ariyanto Menulis SMP: Ariyanto Mohammad Toha (Kepala SD Islam Al Umar Ngargosoka) paparkan GSM di KKG MI Kec.Sawangan Kab.Magelang. Foto : Arsapa