Pj Gubernur Jateng, Nana Sudjana usai rapat paripurna di Gedung DPRD Jawa Tengah, Selasa 15 Oktober 2024. (Foto: Pemprov Jateng)

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana mengklai untuk persediaan pangan di wilayahnya masih aman hingga penghujung musim kemarau.

“Ketersediaan pangan untuk Jawa Tengah sampai saat ini masih mencukupi,” kata Nana Sudjana usai rapat paripurna di Gedung DPRD Jawa Tengah, Selasa 15 Oktober 2024.

Nana Sudjana bilang, Pemprov Jateng akan terus meningkatkan produktivitas pangan terkhusus untuk hasil panen komoditas padi.

Dengan mulai masuknya musum penghujan Oktober-November, diharapkan peningkatan sejumlah komoditas pangan. Di antaranya padi, jagung, umbi-umbian, serta cabai dan bawang.

Terlebih, kata dia, Jawa Tengah selama ini juga menjadi salah satu provinsi penumpu pangan nasional, terutama padi dan beras.

Nana Sudjana melanjutkan, upaya peningkatan produksi pertanian Jateng diupayakan dengan strategi penambahan alat pompanisasi dari pemerintah pusat.

Sebanyak 5.134 unit pompa sudah didistribusikan di masing-masing kabupaten/ kota. Meski memang banyak lahan di wilayah di Pantura Jawa Tengah yang terdampak abrasi langsung maupun tidak langsung.

Abrasi, membuat sawah-sawah petani menjadi rawa-rawa dan menjadi lahan tidur. Salah satu conrohnya di beberapa Kecamatan di Utara Kabupaten Demak.

“Maka kita terus berupaya, bantuan pompanisasi sangat membantu kami, yang biasanya panen sekali bisa dua kali, yang panen dua kali bisa tiga kali. Jadi ini sangat membantu produksi pangan di Jawa Tengah,” katanya.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga berkomitmen untuk merealisasikan capaian luas tambah tanam (LTT) padi. Pada September 2024 lalu, LTT di Jateng mencapai seluas 65.140 hektar. Pada Oktober ini, capaiannya didorong hingga 105.000 hingga 110.000 hektar.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jateng, Supriyanto menambahkan, kebutuhan beras di Jateng sekitar 340.000 sampai 345.000 ton per bulan. Artinya, dalam sebulan harus panen minimal di lahan 100.000 hektare, dengan rata-rata produksi 5,5 sampai 5,6 ton per hektare.

“Artinya didapat antara 550.000 sampai 560.000 ton gabah kering giling. Kalau dikonversi ke beras 62,74%, ketemu angka 345.000 ton. Itu aman satu bulan,” ungkapnya.

Diaz Abidin