blank
Calon Ketua RT RT 14 RW 2 Kecapi Telahap Kec. Tahunan Kab. Jepara.

Oleh: Susi Ernawati Susindra

JEPARA (SUARABARU.ID) Sebuah acara debat terbuka dan untuk umum, sebagaimana agenda dalam pemilihan umum, telah sukses dilakukan di RT 14 RW 2 Kecapi Telahap Kec. Tahunan Kab. Jepara. Bukan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sebagaimana yang kita nantikan pada tanggal 27 November 2024 nanti, melainkan Pilkarte alias Pemilihan Kepala Rukun Tetangga. Pilkarte RT 14 RW 2 Kecapi Telahap dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2024 pukul 19.00-22.00 WIB nanti.

Konon katanya acara ini sempat dianggap melanggar aturan perundangan, namun setelah dicari tak pernah ada undang-undangnya – karena ini sesuatu yang baru – maka acara gayeng ini berjalan terus tanpa hambatan yang berarti. Agenda demi agenda dijalankan, sampai puncaknya pada hari pencoblosan nanti. Agar meminimalisir suara golputers, semua warga ikut memilih disediakan bingkisan sembako dari KPU-RT.

Sebagai unit terkecil dalam pembagian wilayah di Indonesia, Rukun Tetangga (RT) berada di bawah Rukun Warga (RW), dan ke atasnya lagi berada di tingkat desa atau kelurahan. Jadi Pilkarte ini mungkin merupakan acara Pemilu yang pertama kali ada di negeri kita ini.

Perlu diketahui bahwa RT atau Rukun Tetangga merupakan sebuah unit terkecil yang belum dimasukkan ke dalam administrasi desa secara normatif. Tidak, Rukun Tetangga (RT) bukanlah unit administrasi pemerintahan, melainkan organisasi masyarakat yang dibina oleh pemerintah. Pemilihan kepala RT juga dilakukan secara musyawarah.

Normalnya pemilihan kepala RT diadakan dalam musyawarah masyarakat setempat. Cara konservatif ini kadang menghasilkan warga yang acuh tak acuh dengan program RT sehingga perlu diadakan inovasi baru.

Di dunia yang kenormalan bisa dianggap flat, memang perlu sedikit improvisasi. Apalagi jika ingin partisipasi warga dalam pemilihan menjadi sangat tinggi. Siapapun yang nantinya terpilih merupakan hasil pilihan warga sendiri sehingga akan lebih mendapat dukungan dari warga. Cara pemilihannya mengadopsi sistem pemilihan umum presiden. Ada kampanye dan ada debat terbuka pula.

Yang unik pula, setiap calon RT didampingi oleh wakil kepala RT agar bisa bekerja lebih optimal membangun lingkungan. Harapannya, RT dapat menjalankan peran dan fungsi strategisnya di pemerintahan di tingkat desa atau kelurahan, karena ada 2 kepala yang (dijanjikan) punya kesetaraan peran. “Kalau Pak RT sedang bekerja, ada wakil, sehingga siap 24/7 membantu warga.” Memang manis sekali janji-janjinya.

Untuk mengakomodir kebutuhan para calon agar dapat memperkenalkan diri, visi, misi dan janji manisnya, jadwal daring dan luring diatur sedemikian rupa. Para calon diberi kesempatan untuk berkampanye secara daring di grup WhatsApp RT sejak seminggu sebelum debat. Di jadwal kampanye yang sama, jalan-jalan di RT dijejer contoh kertas suara yang akan digunakan beserta visi dan jargon para calon RT.

Berikut daftarnya: Calon 01, Marsono dan Dul, mengusung visi misi “Bersatu untuk Maju, jangan ragu-ragu memilih No. 02.”

Calon 02, Haryo dan Fahrur mengusung visi misi “Bersama kita bisa, ayo memilih, coblos no. 01)

Calon 03, Zaini dan Jamaludin, mengusung visi misi “Guyup rukun yang utama, manuto aku… nyobloso no. 1 wae.”

Semarak Pilkarte masih belum usai. Sebelum masa tenang diberlakukan, sebuah debat terbuka diadakan pada tanggal 3 Oktober pukul 20.00 – 21.30 WIB di rumah Pak Zaini yang menjadi pusat kegiatan warga dan pemuda. Acara ini dihadiri lebih dari 500 orang pemilih (nolnya menggelinding satu) dan berlangsung seru.

Agenda puncak ini dapat secara efektif “membujuk” warga agar ikut memilih, karena bisa mengenal lebih dekat calon pemimpin pilihannya. Agenda debat terbuka terbagi dalam beberapa termin sebagaimana debat Pilpress yang pernah berlangsung.

Termin pertama adalah memperkenalkan visi misi para calon dan mengapa harus memilih calon yang lainnya. Termin kedua adalah pertanyaan bertema kerukunan. Termin ketiga bertema pendidikan. Termin keempat bertema pencegahan korupsi. Termin kelima adalah pertanyaan dari para penonton debat beserta harapannya. Semua pertanyaan diharapkan dapat menggali janji-janji manis jika nantinya terpilih menjadi ketua RT.

Adalah salah besar jika mengira debat berlangsung sengit. Faktanya semua calon mengkampanyekan calon yang menjadi rivalnya dengan mengutarakan program-program RT yang memikat. Para panelis yang kurang pengalaman harus berjuang keras agar tetap serius dan dapat terus menjejali para peserta debat dengan beraneka pertanyaan menjebak.

Ternyata para calon RT menguasai panggung debat dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit nan menjebak dari dua panelis terpilih yaitu Den Hasan dari Rumah Belajar Ilalang mewakili pecinta seni dan pemerhati anak, dan yang kedua adalah Susi Ernawati Susindra mewakili kaum akademis dan perempuan. Makin malam makin panas, warga dengan antusias ikut memberikan pertanyaan-pertanyaan sulit bagi calon pemimpinnya.

Di antara jawaban “jangan pilih saya, pilih yang lainnya saja,” ada banyak pengenalan program kerja RT yang disampaikan, tanda bahwa semua calon mempunyai satu tujuan, yaitu semua warga RT 14 Rw 2 Kecapi Telahap hidup makmur, damai dan sejahtera, serta guyup rukun.

Memang bukan pemilihan kepala sebuah wilayah yang biasa dan takkan pernah bisa disebut biasa. Sekilas mirip parodi pemilu dengan jargon “jangan pilih saya karena saya sudah punya kursi sendiri”. Namun dalam parodi pun kita bisa lebih bebas mengutarakan semua kegelisahan dan harapan sebagaimana para stand up comedy yang sekarang rajin membahas tema politik.

Ketua KPU-RT, Daryono, menyatakan, “Biarlah acara ini menjadi sentilan bagi mereka di sana yang berebut kursi pimpinan.”

Pilkarte ini dilakukan agar semua warga dapat menerima siapapun calon yang terpilih dan dengan aktif mendukung kerja besar pemimpinnya. Melalui Pilkarte, akan lahir kepala RT yang terbaik dan mau bekerja keras mensejahterakan lingkungannya.

(Penulis adalah Pegiat Literasi, Tinggal di Jepara)