JC Tukiman Taruna
“KEPADA yang terhormat Bapak (Ibu?) Menteri Dikbudristek yang baru. Dari sebuah kecamatan di lereng Gunung Sumbing Wonosobo Jawa Tengah, izinkan kami seorang koordinator Pengawas Sekolah Dasar (Korwas SD), menyampaikan usulan perihal kurikulum baru sekiranya Bapak (Ibu?) berencana akan menggantikan Kurikulum Merdeka yang telah kami geluti selama ini.
Dua tahun terakhir ini kami diberi tugas sebagai korwas SD, melakukan supervisi ke 41 sekolah dasar (sering juga ke 19 PAUD) dengan fokus utama pada program supervisi pembelajaran guru oleh kepala sekolah. Pengabdian sebagai pengawas SD telah berlangsung selama enam tahun, sebelumnya sebagai Kepala SD selama delapan tahun, dan 24 tahun sebagai Guru. Akhir tahun 2025 nanti pensiun; oleh karena itulah usulan ini kami anggap sangat monumental serta-merta sentimental.
Hasil dan dampak nyata selama dua tahun program supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah kepada masing-masing gurunya, dapatlah kami petakan sebagai berikut: pertama, hasil dan dampak pada peserta didik, antara lain (a) aktif bertanya, (b) mandiri, (c) berani menjawab pertanyaan, (d) mudah konsentrasi belajar, dan (e) betah di sekolah, Kedua, hasil atau dampak pada guru, di antaranya. (i) antusias membersamai siswa, (ii) bakat dan minatnya berkembang, (iii) tidak membebani siswa dengan pekerjaan rumah, dan (iv) terbangun karakter keguruannya.
Ketiga, hasil dan dampak pada kepala sekolah, ialah (1) semakin terampil melakukan supervisi pembelajaran guru, (2) semakin egaliter, (3) memiliki catatan perkembangan profesionalitas setiap guru, serta (4) selalu ada bahan untuk didiskusikan pada saat ada kerja kelompok kepala sekolah atau pun guru (KKKS atau pun KKG). Dan keempat, pengawas memeroleh peta pembinaan yang sangat konkret.
Dalam konteks kecamatan kami, dari 41 kepala sekolah, -terdiri dari 17 perempuan dan 24 laki-laki- , hanya (tinggal) seorang kepala sekolah saja yang belum bersedia melakukan supervisi pembelajaran atas alasan tetap merasa nyaman dengan “model kepala sekolah dulu.”
Supervisi pembelajaran yang sebulan sekali dilaksanakan oleh kepala sekolah diatur sebagai berikut: Setiap awal bulan, kepala sekolah membuat jadwal supervisi berikut mata pelajarannya. Dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran sesuai jadwalnya tersebut, kepala sekolah mengamati, membuat catatan, dan membuat foto-foto kegiatan guru selama satu mata pelajaran penuh.
Selanjutnya, pada hari yang sama, -tidak boleh ditunda-, kepala sekolah dan guru tersebut melakukan refleksi bersama, dengan cara mengamati dan membahas berbagai foto hasil bidikan kepala sekolah.
Fokus refleksinya ialah melihat bersama hal-hal baik yang telah dilakukan guru selama pembelajaran tadi, dan menemukan bersama hal-hal lain yang masih dapat dikembangkan untuk pembelajaran selanjutnya.
Diskusi seperti ini biasanya kami sebut membuat rekomendasi bersama, dan atas dasar rekomendasi itu, guru yang bersangkutan menyusun sendiri rencana tindak lanjutnya.
Contoh
Sebagai sebuah contoh, catatan kepala SDN Mungkung menampilkan ringkasan hasil supervisi pembelajaran seorang guru Penjas Orkes pada Kamis, 7 September 2023 terarsipkan secara rapi lengkap sebagai berikut: Satu, informasi tentang nama guru, NIP, status kepegawaian, mata pelajaran Olahraga Kesehatan, tema Permainan Bola Kecil, Klas, dan jadwal: pukul 07.30 – 09.00 WIB.
Dua, ada rumusan tujuan pembelajarannya, ialah peserta didik mampu memraktekkan variasi gerak dasar modifikasi permainan bola kecil. Selanjutnya catatan hasil refleksi kepala sekolah dan guru tentang hal-hal baik yang dilihatnya, seperti: peserta didik aktif mengikuti demontrasi permainan bola kecil, dan peserta didik tetap kreatif meskipun peralatan yang dipergunakan belum memenuhi standar.
Tiga, rumusan rekomendasi atas pembelajaran itu, yakni: gunakan alat pemukul yang sesuai dengan standar pemukul bola kecil, dan lengkapi komponen rencana pembelajaran (RPP) agar pembelajaran lebih jelas dan terarah.
Selanjutnya, rumusan rencana tindak lanjutnya, ialah pihak kepala sekolah akan melengkapi peralatan olahraga yang standar sesuai kebutuhan peserta didik; dan dari pihak guru akan melengkapi komponen RPP untuk tema-tema pembelajaran Penjas Orkes selanjutnya.
Ada catatan menarik atas guru Penjas Orkes ini, yaitu ia baru saja lulus, berijazah S.Pd, tidak/belum memiliki NIP, tidak/belum memiliki status kepegawaian, dan pihak sekolah hanya mampu memberikan uang pengganti pembelian bahan bakar sepeda motornya.
Meskipun begitu, orang muda berinisial K H ini sangat rajin melaksanakan tugasnya mengampu mata pelajaran Penjas Orkes untuk peserta didik dari Klas I sampai dengan Klas VI. Catatan supervisi pembelajaran yang ditulis oleh kepala sekolah untuk jadwal Kamis, 7 September 2023 tadi adalah pelaksanaan pembelajaran rangkap pelajaran Penjas Orkes untuk Klas V dan VI.
Menikmati diferensiasi
Bapak (Ibu?) Menteri, gemblengan berbagai pelatihan atau pun bimbingan teknis yang pernah kami peroleh sejak sebagai guru, -utamanya ketika kami dilibatkan dalam berbagai programnya UNICEF dan kementerian pendidikan-, kami semakin mantap menyebar-luaskan motto: Tidak ada anak bodoh, sebab yang ada ialah anak-anak dengan berbagai perbedaan kemampuan. Supervisi pembelajaran guru ternyata dapat menjadi ajang pembuktian motto tersebut.
Kepada kepala sekolah, kami selalu menekankan: Tidak ada guru yang bodoh, sebab yang ada ialah guru dengan berbagai perbedaan kemampuan. Para kepala sekolah sering kami dorong agar selalu mengatakan kepada guru-gurunya: Tidak ada peserta didik bodoh, sebab yang ada adalah mereka yang berbeda kemampuannya.
Saat ini, guru-guru kami sedang dalam tahapan menikmati berbagai diferensiasi, utamanya diferensiasi kemampuan peserta didik. Ada upaya memberikan pelayanan maksimal kepada masing-masing individu peserta didik. Kurikulum Merdeka memberi ruang sangat luas untuk belajar dan mengembangkan tentang nikmatnya memahami berbagai diferensiasi potensi, bakat, dan minat peserta didik.
Guru-guru kami sedang berada dalam tahapan memahami makna evaluasi peserta didik yang berisi deskripsi naratif kualitatif bagi masing-masing peserta didik. Memang melelahkan dan memerlukan curah waktu lama, namun semakin “nikmat.”
Bapa (Ibu?) Menteri Dikbudristek yang baru, berkenanlah menikmati narasi kami ini, dan izinkan kami mengusulkan: Apabila nanti akan ada perubahan kurikulum, rumuskanlah Kurikulum yang diferensiatif. Hormat kami, terimakasih dan selamat bertugas, Pak (Bu).”
*) diramu dari kontak-kontak lewat whatsapp selama dua minggu dengan Ibu Rusiah.
JC Tukiman Tarunasayoga, Pemerhati Pendidikan Dasar, Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University