JEPARA(SUARABARU.ID) – Para perajin batik di Jepara tidak takut jika desain karya mereka, diplagiat oleh pelaku usaha yang lain. Bagi perajin batik Jepara, penjiplakan desain batik justru menunjukkan adanya beda kelas.
Hal tersebut mengemuka saat 30 perajin batik Jepara yang bergabung dalam Paguyuban Biyung Pralodo menggelar acara bersama di Pendopo Kartini Jepara pada Rabu (2/10/2024). Kegiatan yang diberi label “Pameran, Fashion Show, dan Talk Show dalam rangka Hari Batik Nasional Tahun 2024” itu dihadiri Penjabat (Pj) Bupati Jepara Edy Supriyanta. Selain perajin batik, kegiatan ini juga diikuti unsur perangkat daerah, guru, dan organisasi perempuan.


Ketidaktakutan para perajin Jepara itu, sebagaimana disampaikan oleh Suyanti Jatmiko dari Nalendra Galeri Jepara saat menjadi narasumber gelar wicara. Perempuan yang juga Ketua Paguyuban Biyung Pralodo itu mengatakan, Tuhan menyiapkan rezeki di jalur masing-masing.
“Pelaku plagiat dan desainer itu punya kelas berbeda. Bagaimanapun, kepala akan selalu di depan, ekor selalu di belakang. Kalau kita mau terus kreatif dan inovatif, insyaallah akan selalu dituntun oleh Allah,” kata Yanti penuh filosofi.


Dia menyebut, para perajin batik Jepara saat ini telah berhenti mendaftarkan hak paten atas desain-desainnya. Menurutnya, saat motif atau warna desain itu sedikit diubah, perubahan desain itu sudah bisa didaftarkan hak patennya oleh orang lain.
“Saya punya 15 hak paten. Masing-masing perajin anggota Biyung Pralodo pun punya dalam jumlah berbeda. Tapi akhirnya kami memilih berhenti mendaftar,” tambahnya.
Pernyataan Suyanti ini menanggapi usul Ketua Pimpinan Cabang Muslimat Nahdlatul Ulama Jepara Noor Ainy agar desain-desain batik yang ada selalu didaftarkan hak patennya. Menurutnya, PC Muslimat NU Jepara telah lama mengenakan seragam batik motif Jepara karya Nalendra Gallery.


“Tapi tiba-tiba ada organisasi di luar daerah yang mengenakan desain dan produk tiruan. Berarti sudah diproduksi ulang dan dijual entah dari mana,” kata dia.
Praktisi fashion dan kecantikan Siti Aqidatun yang juga menjadi narasumber dalam kegiatan itu mengatakan, warga Jepara bisa mendukung perkembangan batik Jepara dengan mengenakan produk karya perajin Jepara.


“GOW (Gabungan Organisasi Wanita) Jepara punya anggota 28 organisasi. Bisa disarankan agar setiap organisasi mengenakan seragam batik Jepara. Mempertahankan kewajiban pakaian batik Jepara oleh ASN (aparatur sipil negara) pada hari tertentu juga akan mengangkat batik Jepara,” tambah perempuan yang akrab disapa Aida.
Sementara Pj. Bupati Jepara Edy Supriyanta mempersilakan para perajin batik memanfaatkan Ruang Peringgitan di kompleks Pendopo Kabupaten Jepara sebagai tempat memamerkan produk. “Silakan ditata yang baik, diberi nomor kontak pemesanan. Tanggal 28 Oktober 2024 mendatang kita tuan rumah peringatan Hari Sumpah Pemuda tingkat Jawa Tengah. Tamu-tamu daerah harus melihat produk kita,” kata dia.


Saat menyampaikan laporan panitia, Alfiyah dari Gendhis Batik Jepara mengatakan, 30 perajin anggota Paguyuban Biyung Pralodo, memproduksi batik dengan motif Jepara. Namun masing-masing memiliki ciri khas produk sesuai kearifan di desa masing-masing.
“Motif dan warna yang digunakan mencerminkan keragaman budaya Jepara dan menggambarkan betapa batik tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga identitas bagi para perajiannya,” kata Alfiyah.

Hadepe – Bakolkopi