Oleh: Amir Machmud NS
// hari ini adalah hari ini/ esok beda lagi/ adakah tautan/ yang mempertemukan/ antara tampilan hari ini/ dan kondisi esok hari?//
(Sajak “Konsistensi”, 2024)
KONSISTENSI. Satu kata inilah yang tampaknya menjadi fokus bagi para pelatih klub, di liga mana pun. Performa konstan di sejumlah pertandingan bukan jaminan untuk bisa dipertahankan di laga-laga berikutnya.
Di awal musim, umumnya perjalanan klub-klub akan ditentukan oleh seperti apa penampilan mereka. Terkadang, juga dengan bentuk kondisi yang tak terduga. Siapa mengira — misalnya — Bayer Leverkusen begitu perkasa pada musim 2023-2024 di bawah polesan pelatih muda Xabi Alonso, bahkan sepanjang musim tak terkalahkan?
Begitu pula Arsenal dengan Mikael Arteta, yang seimpresif itu dalam tiga musim terakhir, di pengujung kompetisi tak mampu mempertahankan performa, yang akhirnya tersalip oleh kematangan Manchester City dalam arahan si jenius Pep Guardiola?
Tim-tim besar seperti Liverpool, Manchester United, dan Chelsea di Liga Primer; juga Barcelona di La Liga juga memperlihatkan tren inkonsistensi yang menyebabkan mereka mengalami naik-turun, — yang terkadang — secara ekstrem.
Apa yang sekarang kita amati dari penampilan Barcelona adalah bagian dari dinamika klub di sebuah kompetisi. Dalam racikan taktikus baru, Hansi Flick yang menggantikan Xavi Hernandez, Blaugrana benar-benar impresif, tidak terkalahkan dalam lima laga awal. Namun dalam laga tandang Liga Champions ke Monaco, Lamine Yamal cs takluk dari tuan rumah 1-2.
Di Liga Primer, Manchester City menyapu empat kemenangan dari empat pertandingan, sedangkan Arsenal tiga kali memang dan sekali seri. Liverpool tiga kali menang dan sekali kalah. Kekalahan itu termasuk mengejutkan, karena diderita dari penghuni urutan ketujuh, Nottingham Forest. The Reds kembali ke jalur positif setelah mengalahkan AC Milan 3-1 di San Siro.
Nottingham Forest masih di atas Chelsea yang menempati peringkat kedelapan dengan dua kali menang, sekali seri, dan sekali kalah.
Sementara itu, Manchester United mencatat dua kemenangan dan dua kekalahan, yang mempurukkan anak-anak Old Trafford. Aura cerah merebak di Pasukan Setan Merah, karena setelah kekalahan dari Liverpool dan Brighton and Hove Albion, Bruno Fernandez dkk menghajar Barnsley 7-0.
Sebelum itu, The Red Devils menundukkan Southampton 3-0. Dua kemenangan itu juga menandai pasang naik penyerang andalan yang lama puasa gol, Marcus Rashford. Setelah mencetak gol melawan Southampton, keran Rahsford mengalir dengan dua gol ke gawang Barnsley di Piala Carabao.
Naik-Turun
Sulit memaksakan performa konsisten dari sebuah tim. Sekuat apa pun skema dan karakter bermain, orkestrasi permainan akan bergantung pada kondisi terkini ekosistem pertandingan, dan itulah yang dikelola betul oleh para pelatih.
Fluktuasi atau inkonsistensi tampilan menjadi faktor rawan yang paling diperhitungkan menghadapi setiap laga. Hari ini bisa bermain prima, esok belum tentu. Kemampuan sentuhan untuk “memelihara” kondisi itulah yang pada akhirnya menentukan konsistensi penampilan dan bentuk permainan.
Menjaga performa, bahkan dari kompetisi ke kompetisi adalah kemampuan yang terkadang disebut sebagai sukses manajemen dalam putaran roda kehidupan atau bagaimana menyikapi keniscayaan pusaran “cakra manggilingan”.
Terkadang fluktualiasi performa itu berlangsung dalam kondisi ekstrem, seperti pernah dialami Leicester City, yang dengan penuh kejutan menjuarai Liga Primer 2015-2016 di bawah kendali coach Claudio Ranieri.
Sebelum juara, musim sebelumnya Jamie Verdy dkk menjuarai Divisi Championship dan promosi ke Liga Utama, namun periode setelahnya mereka hanya menempati posisi ke-12 klasemen liga, meskipun bisa menembus perempatfinal Liga Champions.
Artinya, yang tidak mudah adalah merawat konsistensi. Apa yang dialami Manchester United, Arsenal, juga Liverpool saat ini adalah gambaran tentang kesulitan menjaga performa, sama dengan Barcelona dalam arahan Hansi Flick yang sedang memulihkan diri dari musim-musim penuh rintangan.
Pelatih Liverpool Arne Slot kini merasakan betul, betapa Liga Primer adalah medan yang sarat dengan cobaan. Kekalahan dari Nottingham Forest adalah contoh. Walaupun mengendalikan permainan menghadapi tim yang di atas kertas di bawah mereka, tetapi hasil akhir mewartakan lain.
Ujian Timnas Garuda
Kondisi liga-liga Eropa itu mengisyaratkan pentingnya kewaspadaan bagi tim nasional Indonesia di sisa delapan laga putaran ketiga Pra-Piala Dunia Zone Asia.
Setelah bermain imbang 1-1 dengan Arab Saudi di Jeddah, dan 0-0 melawan Australia di Jakarta, kini menanti laga tandang menghadapi Bahrain dan Cina.
Realitasnya, kini Rizky Ridho dkk menjelma menjadi kekuatan yang diperhitungkan di grup ini, walaupun berperingkat FIFA paling rendah, 133. Sedangkan Jepang (18), Australia (24), Arab Saudi (58), Bahrain (80), dan Cina (87). Berkat hasil melawan Saudi dan Australia, Indonesia kini naik ke ranking 129.
Yang perlu diwaspadai, meskipun Timnas Garuda kini betul-betul dipandang sebagai kekuatan baru Asia, namun babak ketiga Pra-Piala Dunia ini boleh dikatakan sebagai ajang “now or never” bagi negara-negara pesaing yang punya tradisi lolos ke putaran final Piala Dunia.
Artinya, Indonesia memang sudah bisa membuktikan mampu menepis peringkat FIFA sebagai “fakta di atas kertas” dengan menahan Saudi dan Australia, namun uji konsistensi benar-benar akan dihadapi dalam laga melawan Bahrain dan Cina.
Konsistensi bermain Pasukan Shin Tae-yong yang telah terlihat dalam dua laga sebelumnya akan diuji dalam dua pertandingan lanjutan di kandang lawan.
Apakah dengan barisan pemain diaspora dan naturalisasi yang sebagian besar ditempa oleh atmosfer klub-klub Eropa, Indonesia bisa makin menegaskan posisi dalam peta kekuatan Asia?
Kita tidak akan tergesa-gesa membuat prediksi tentang lolos atau peluang di babak ketiga ini. Menjadi momen yang mendebarkan, tentu saja. Yang lebih penting bagaimana mengelola fase rawan ini dalam keniscayaan fluktuasi penampilan mereka.
Bagaimanapun, sepak bola memberi ruang bagi terciptanya hasil akhir yang serba-di luar perkiraan…
— Amir Machmud NS, wartawan suarabaru.id dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah —