blank
Dua Guru Besar UKSW buktikan kualitas di kancah internasional, sabet penghargaan ADI. Foto: UKSW

Suka duka

Penghargaan yang didapatkan tentu diraih bukan tanpa kerja keras. Suka duka juga dialami dua guru besar ini. Bagi Prof. Kristoko yang juga Kepala Departemen Sistem Informasi ini lebih banyak merasakan suka dibanding duka. Pengaturan waktu yang ketat disampaikannya menjadi tantangan tersendiri agar luaran riset dapat tercapai. Namun sebagai dosen, penelitian menjadi salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

“Sebagai Guru Besar, tanpa ada riset yang mumpuni, publikasi yang bereputasi, tentunya gelar Guru Besar tidak bisa saya dapatkan. Mendapatkan ilmu baru, mendapat intensi, memberikan dampak kepada masyarakat, itu suatu suka yang luar biasa,” kata Prof. Kristoko yang memiliki fokus penelitian di bidang kecerdasan buatan atau AI.

Selain itu, dirinya juga bersyukur karena penelitian yang dilakukannya tidak berhenti di jurnal-jurnal internet, tetapi sampai pada penerapannya di masyarakat.

“Salah satu penelitian saya, Early warning System (EWS) bencana alam sudah diserahterimakan kepada pemerintah Kota Salatiga dan dipakai di Boyolali. Saya kira itu menjadi suatu hal yang luar biasa dan sukacita yang luar biasa bagi saya,” imbuh Prof. Kristoko.

Bagi Prof. Hindri, hal serupa juga dirasakannya. Disampaikan lulusan Ph.D., dari Chung Yuan Christian University Taiwan ini dalam melakukan penelitian akan merasa senang jika hasil penelitiannya sesuai dengan apa yang diharapkan dan harus memutar otak untuk menemukan kendalanya dan menyelesaikan supaya target waktu bisa tercapai. Selesai meneliti-pun, perjalanan masih panjang karena riset perlu didiseminasikan ke public melalui jurnal, conference dan juga forum ilmiah lainnya.

“Tidak jarang ketika men-submit artikel yang didapatkan adalah penolakan sehingga harus memperbaiki lagi penulisan artikel ilmiahnya. Proses ini membutuhkan waktu panjang dan kesabaran,” paparnya.

Buah dari kerja keras dan kesabaran Prof. Hindriyanto, sudah banyak penelitiannya yang lolos ke jurnal bereputasi, dalam dan luar negeri. Dari data scopus, dosen yang saat ini menjabat sebagai Direktur Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) ini telah memiliki 58 artikel terindeks scopus dan ada 20-an diantaranya yang masuk ke jurnal internasional bereputasi. Tak hanya itu dengan jumlah sitasi 340, ada 302 artikel lain yang terindeks scopus yang memakai artikel Prof. Hindri sebagai salah satu referensinya. Tidak mengherankan Prof. Hindri menyandang predikat sebagai Best Reputable Publication Award. “Bukan jumlah yang besar, tapi not too bad lah,” katanya.