Festival Lima Gunung
Untuk menyukseskan Festival Lima Gunung XXIII. masyarakat Dusun Keron sedang menyelesaikan seni instalasi yang terbuat dari damen (jerami padi), klobot ( kulit jagung), tebon ( pohon jagung yang sudah mengering) dan juga pohon cabai yang telah mati. , Selasa ( 3/9/2024). Tahun ini, Festival Lima Gunung akan digelar di tiga lokasi berbeda. Foto: W. Cahyono

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID)-  Komunitas Lima Gunung kembali menggelar  Festival Lima Gunung XXIII. Festival seni tersebut akan digelar di tiga lokasi berbeda.

“Tahun ini, Festival Lima Gunung dilaksanakan di di lokasi berbeda. Yakni, di Dusun Warangan, Desa Munengwarangan, Kecamatan Pakis, Dusun Gejayan, Desa Banyusidi,Kecamatan Pakis dan Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang,”kata Ketua Komunitas Lima Gunung, Sujono, Selasa ( 3/9/2024).

Sujono mengatakan, hari pertama Festival Lima Gunung akan digelar di  Dusun Warangan hanya satu hari saja yakni 14 September, dilanjutkan di Desa Banyusidi pada  15 September.Kemudian saat digelar  di Dusun Keron akan berlangsung selama lima hari yakni mulai 25 hingga 29 September mendatang.

 

Menurutnya,  pada pergelaran Festival Lima Gunung nantinya akan diikuti ribuan seniman dari 125 kelompok kesenian dari berbagai daerah di Indonesia, seperti dari Aceh, Bali. Selain itu, juga akan sejumlah seniman dari luar negeri juga menyatakan ikut pada ajang seni budaya tersebut,  yakni dari  Meksiko dan Malaysia.

Sujono yang juga pimpinan Sangar Seni Saujana Keron, Sawangan menegaskan,  meskipun untuk menyukseskan acara tersebut memerlukan banyak biaya, pihaknya tidak menggandeng satupun sponsor baik dari kalangan pemerintah maupun swasta. Melainkan, swadaya masyarakat setempat.

“Para seniman Lima Gunung sudah sepakat dalam penyelenggaraan Festival Lima Gunung, tidak meminta bantuan sponsor baik dari pemerintah maupun swasta, meskipun untuk penyelenggarannya memerlukan anggaran yang tidak sedikit,”tandasnya.

Sujono menambahkan, untuk menyukseskan festival seni para petani gunung tersebut, saat ini masyarakat Dusun Keron sedang membuat seni instalasi yang terbuat dari damen (jerami padi), klobot ( kulit jagung), tebon ( pohon jagung yang sudah mengering) dan juga pohon cabai yang telah mati. Selain itu, pihaknya juga sedang menyiapkan dua panggung untuk pementasan.

Seni instalasi yang disiapkan tersebut dikerjakan oleh masyarakat setempat secara kerja bakti tiap malam dan berlangsung sejak awal Agustus lalu. Jerami,tebon, klobot dan lainnya tersebut diambil dari berbagai tempat sekitarnya.

“Untuk membuat seni instalasi tersebut, kami telah menghabiskan 16 kwintal tebon, 20 kwintal pohon cabai mati.Sedangkan, damennya mencapai 6 kwintal. Karena, tidak kebutuhannya tidak mencukupi, terpaksan mencarinya hingga Kaliangkrik, Grabag dan lainnya,””imbuhnya.

Basrodin, salah satu warga  Dusun Keron mengaku senang Festival Lima Gunung XXIII yang mengambil tema “Wolak Walik ing Zaman, Kelakone” tersebut kembali digelar di Dusun Keron yang ada di lereng Gunung Merbabu. Sebelumnya, Dusun Keron pernah menjadi tuan rumah Festival Lima Gunung di tahun 2011 silam.

“Saya senang Festival Lima Gunung bisa kembali digelar di Dusun Keron, setelah 11 tahun menunggu kembali menjadi tuan rumah. Warga antusias bekerja bakti untuk menyukseskan festival tahunan ini,” kata Basrodin.

Festival Lima Gunung tersebut digelar oleh seniman petani gunung  yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung. Mereka berasal dari lereng Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing dan Menoreh. W. Cahyono