Oleh : Nurul Hidayati

Menulis itu penting. Namun menulis yang baik dan enak dibaca  perlu proses, niat menulis, kesediaan untuk terus berlatih dan banyak membaca. Dengan demikian tulisan kita memiliki “nilai” dan berisi gagasan yang   dapat diterima  oleh masyarakat, serta membawa manfaat dan bahkan keberkahan .

Sebab melalui tulisan yang baik dan dikabarkan melalui berbagai media, termasuk platform-platform media digital dapat memberikan wawasan kepada pembaca. Bukan saja inspirasi, tetapi juga pencerahan untuk mengembangkan potensi diri, kemampuan dan bahkan    solusi dalam menghadapi berbagai persoalan

Karena itu jika Anda memiliki minat dan keinginan untuk menulis usahakan, untuk terus menulis.  Sehingga karya karya kita bermanfaat untuk orang lain. Kalau Anda  suka puisi, tulis tentang puisi. Jika  suka cerpen tulis lah  tentang cerpen, bahkan novel, qoutes, motivasi.  Silahkan untuk ditekuni, jangan sampai berhenti.

Dan satu hal lagi, apabila karya karya kita bisa tersampaikan kepada masyarakat, itu rasanya sudah masyaa Allah luar biasa. Dan jangan pernah berpikir tentang efforts dulu, atau kita mau jadi apa. Seiring perjalanan waktu, Allah akan kasih gift sendiri sesuai standar ketekunan kita.

Pengalaman saya pertama kali menulis di media, tahun 2001, diberikan apreasiasi dari media tersebut berupa stiker rasanya sudah luar biasa. Juga memotivasi saya lebih giat  menekuni dan mengembangkan bakat saya. Sampai akhirnya bakat yang tersalurkan mendapatkan apresiasi tidak hanya berupa stiker.

Bagi saya,  seorang penulis bukanlah sekedar tentang apresiasinya. Setidaknya semangat itulah yang akhirnya membuahkan bonus tersendiri bagi diri sendiri, kepuasan karya – karya kita diakui.

Titik balik perjuangan  di dunia literasi tidak hanya dimana kita punya hobby menulis, tapi dukungan dari keluarga, teman dan lingkungan juga sangat menentukan kemampuan seorang penulis dalam mengolah ida, gagasan dan tulisannya. Tidak hanya sekedar ide yang tertuang, kreativitas dalam menulis juga sangat diperlukan untuk menarik minat pembaca dalam merespon coretan coretan kita, bahkan dibaca sampai finish.

Mungkin banyak orang bertanya tanya, tentang saya. Sejak kapan dan kenapa tiba-tiba bisa muncul dengan kemampuan literasi yang dianggap layak muat di media. Belajar dari mana?. Pertanyaan dan pernyataan itu akhir akhir ini sering saya dengar dan kerap kali teman teman yang belum mengenal latar belakang saya akan bertanya tanya seperti itu, mungkin  juga Anda.

Asal kalian tahu , perjuangan di dunia literasi itu  tidak mudah. Meskipun bakat ada tapi faktor  waktu, lingkungan bahkan  keluarga bisa jadi rintangan. Jadi kita harus pandai pandai mensiasati keadaan dan terus belajar tanpa henti. Itu kuncinya, tekuni bakatmu.

Menulis itu melatih kita untuk berpikir secara runtut, dan berkomunikasi secara runtut juga. Kalau ada orang yang pintar bicara, enak diajak bicara tapi pas nulis belum tentu bagus tulisannya. Menulis itu adalah ujian sistematika komunikasi yang paling susah.

Kalau ngomong itu gampang. Karena ada intonasi, gerakan tangan, ada mimik yang membantu dalam berkomunikasi secara langsung. Tapi berbeda dengan menulis. Harus betul betul menyusunnya secara  runtut. Tidak hanya asal menulis, namun harus punya wawasan yang luas sehingga setiap tulisan kita mengandung maksud dan tujuan yang jelas.

Kalau kita belajar komunikasi lewat menulis, jadi secara storrytelling aman karena terbiasa menulis,  maka begitu nanti dituangkan ke karya lain, media apapun yang kita punya, seperti instagram, video segala macam, ternyata backbonenya sama yaitu tulang punggungnya adalah bercerita.

Nah kalau kita terbiasa bercerita dengan menulis tadi secara runtut, maka itu menjadi jauh lebih mudah. Yang terpenting  dalam menulis semua ide dan tujuan tersampaikan dengan baik .

Dan sekarang kita perlu sangat bersyukur, fasilitas media sosial begitu luas, banyak interaksi dengan masyarakat dan kita juga bisa menyimpan apapun disana, belajar disana, mengembangkan bakat di media yang kita sukai. Namun tetaplah bijak di dalam menyampaikan tulisan-tulisan di media sosial agar kita tetap bisa menjadi inspirasi yang bernilai bagi sesama.  Salam literasi.

Penulis adalah  staf di Kantor Kementerian Agama  Kabupaten Jepara