Camat Kalikajar Wonosobo dan jajaran Forkompimcam setempat mengenalkan Kopi Pagergunung Butuh Kidul di moment HUT Kemerdekaan RI ke-79. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Petani kopi Dusun Pagergunung Desa Butuh Kidul Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo kini tengah mengembangkan kopi jenis Arabica dengan brand khas Kopi Pagergunung yang berada persis di kaki Gunung Sumbing.

Di wilayah Kalikajar sebelumnya sudah terkenal dengan Kopi Bowongso dan Kopi Tembelang Perboto. Kopi Bowongso sama berada di lereng Gunung Sumbing sedang Kopi Tembelang Perboto berada di wilayah bawah.

Guna mengenalkan Kopi Pagergunung, pada momentum upacara detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI ke-79 di lapangan Kecamatan Kalikajar, Sabtu (17/8/2024), kopi khas pegunungan di pamerkan di sana. Banyak pengunjung yang datang untuk menjajal aroma Kopi Pagergunung.

Kopi Pagergunung yang dirintis Kelompok Tani Sidodadi itu, punya aroma khas pilihan, seperti wine, full wash, natural dan luwak coffee. Kopi tradisional ini punya aroma khas asam (kecut). Bisa diseduh manis dengan campuran gula maupun yang rasa natural kopi pahit.

Wakil Ketua Kelompok Tani Sidodadi Pagergunung Butuh Kidul Kalikajar Saefurrahman menyebut petani setempat mulai mengembangkan tanaman Kopi Pagergunung sejak 4 tahun yang lalu. Kini hampir 60 persen petani sayur juga mulai membudidayakan tanaman kopi.

“Petani ada yang mengolah kopi sendiri. Ada pula yang menjual buah kopi mentah, baik yang masih basah maupun yang sudah kering. Dalam satu musim panen, paling tidak sudah menghasilkan sejumlah 5 kwintal produksi kopi. Nantinya petani yang menanam kopi pasti lebih banyak lagi,” ujarnya.

Saat ini, lanjut dia, petani masih memanfaatkan lahan untuk menanam kopi, sayuran dan tembakau. Sistem penanaman dilakukan secara selang-seling. Jenis tanaman kopi yang berpohon pendek tidak mengganggu tanaman sayuran maupun tembakau. Selain menanam kopi, petani masih bisa panen sayuran dan tembakau sesuai musim yang ada.

Petani kopi di Dusun Pagergunung Butuh Kidul memanfaatkan pupuk Uprise, pupuk hayati cair, untuk mengembangkan tanaman kopi. Pupuk produksi PT Tanaman Makmur Mandiri (TMM) itu, sangat cocok digunakan dengan cara disemprotkan di bagian daun kopi untuk meningkatkan proses pembuahan.

Pusat Edukasi

Kemasan produk Kopi Pagergunung Butuh Kidul Kalikajar Wonosobo dari wilayah lereng Gunung Sumbing. Foto : SB/Muharno Zarka

Distributor Pupuk Uprise Wilayah Wonosobo, Umar Yusuf mengatakan manfaat pupuk tersebut, yakni menjadi sumber alami dengan resep yang unik dan perpaduan tehnologi. Bermanfaat sebagai vaksin tanaman biotik dan anti biotik stres. Tindakan secara komperehensif, hasil yang terlihat nyata untuk tanaman, kualitas dan peningkatan hasil panen.

“Juga sebagai tambahan untuk memperpendek tanaman dan periode tumbuh. Keamanan yang baik dengan PHI pendek dan residu yang rendah. Kualitas produk yang stabil dan mudah dicampur dengan produk pupuk lainnya,” ujar dia.

Sementara itu, Camat Kalikajar Aldhiana Kusumawati sangat mengapresiasi petani setempat yang mulai mengembangkan tanaman kopi di lahannya. Karena sebelumnya para petani lebih banyak menanam sayur dan tembakau. Hasil tanaman kopi ternyata juga mampu meningkatkan ekonomi para petani.

“Dulu di wilayah lereng Gunung Sumbing hanya dikenal dengan Kopi Bowongso dan di bawah ada Kopi Tembelang Perboto. Tapi kini sudah ada lagi Kopi Pagergunung dan Kopi Lamuk di kaki Gunung Sumbing. Para petani sudah mulai bergeliat untuk mengembangkan komoditas tanaman kopi,” katanya.

Aldhiana menambahkan semakin tinggi demand (permintaan) pasar, para petani di lereng Gunung Sumbing mulai memperhitungkan tanaman kopi. Petani tembakau juga sudah mulai melirik dan bergeser untuk mengembangkan tanaman kopi.

Adapun anak-anak muda milenial, imbuh dia, juga sudah mulai bergeliat untuk mengenalkan kopi di daerahnya di media sosial. Bahkan saat ini, generasi muda setempat telah membuat cat-cat mobil. Mereka jualan kopi asli dan khas daerah lewat pay motor standby di titik-titik tertentu yang punya view bagus. Mereka jadi pelaku bisnis caffe kopi.

“Orang tua yang menanam. Anak muda yang mengolah dan mempromosikan melalui bisnis kopi dengan konsep kopi langit. Harus ada kolaborasi antara pelaku kopi yang sudah senior dan yunior agar kopi khas lereng Gunung Sumbing cepat populer dan berkembang. Apalagi produk kopi dari daerah pegunungan punya kualitas yang cukup bagus,” sebutnya.

Bahkan, gagas Aldhiana, harus ada proses saling belajar dalam mengembang potensi komoditas kopi. Ke depan perlu ruang kolaborasi untuk berkembang bersama. Wilayah Kalikajar di masa mendatang bisa didesain jadi pusat edukasi dan ekotourisme berbasis pertanian holtikultura dan wisata kopi pegunungan.

Muharno Zarka