blank
Siswa SMA Negeri di Purwokero mengikuti nobar literasi digital yang diselenggarakan Kemenkominfo


PURWOKERTO (SUARABARU.ID) –
Siswa SMA Negeri se Kabupaten Cilacap dan Banyumas, Jawa Tengah, mengikuti kegiatan literasi digital nobar, dengan tema ‘Hati-Hati, Jaga Privasi dan Data Diri Pahami Bahaya Sharenting’, Rabu (14/8).

Kegiatan ini digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Jawa Tengah, secara zoom langsung dari SMAN 2 Purwokerto, Jawa Tengah.

Sharenting adalah sosial media yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan digital, dan membagikan foto maupun video yang menyangkut kepribadian dan kegiatan sehari-hari. Oleh sebab itu. pentingnya para orang dan tenaga pendidik untuk mengawasinya, karena dengan pengawasan dan diimbangi oleh pengetahuan yang cukup, agar bisa terhindar dari kasus eksploitasi anak melalui dunia digital.

Dr. Anton Susanto SE MT I, Kepala BPSDMP Kominfo Yogyakarta Kementrian Kominfo RI mengatakan, sangat penting untuk memperhatikan privasi data seperti nama, alamat sekolah, kebiasaan dan lain-lainnya yg sangat mungkin dimanfaatkan oleh pihak tertentu.

“Overposting informasi aktivitas, foto dan video anak oleh orang tua di media sosial atau dikenal sharenting, merupakan contoh perubahan perilaku sebagai dampak kemajuan teknologi terutama media sosial. Perlu kewaspadaan agar terhindar dari dampak negatif yang merugikan diri sendiri,” ungkap Anton.

Kegiatan tersebut digelar guna mengedukasi para siswa SMA, agar mengerti akan perkembangan teknologi daring yang bisa membawa beberapa risiko. Di antaranya adalah kekerasan seperti cyberbullying, online sexual harassment serta pelanggaran keamanan data yang berpengaruh pada privasi siswa. Karena hal tersebut bisa berdampak pada tumbuh kembang para siswa di masa depan.

blank

Kepala Seksi SMA dan SLB Cabang Dinas Pendidikan Wilayah X, Dwi Sucipto, SST MM mengatakan, perkembangan media sosial saat ini sangat cepat sekali, sehingga para siswa dituntut bijak dalam menggunakan media sosial agar tidak terjebak dalam hal negatif saat menggunakan media sosial.

“Para siswa SMA harus diberikan pembekalan literasi digital. Karena hal itu sangat penting supaya mereka paham akan dampak positif dan negatif, saat berkomunikasi melalui media sosial. Ada empat pilar yang menjadi bagian dari kerangka kerja pengembangan kurikulum Literasi Digital, Digital Skill, Digital Culture, Digital Ethics, Digital Safety. Keempat pilar kerangka pengembangan kurikulum Literasi Digital ini, digunakan sebagai pengukuran kemampuan para siswa SMA dalam menguasai teknologi digital,’’ kata Dwi.

Berdasarkan laporan Survei Internet Indonesia yang disusun oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII) per 2021-2022, tingkat penetrasi internet pada anak usia 5-12 tahun mencapai 62,43 persen, sedangkan pada anak usia 13-18 penetrasi internetnya sebesar 99,16 persen. Sebanyak 90,61 persen anak usia 13-18 tahun tersebut mengakses internet melalui gawai.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Astin Meiningsih Korwil Mafindo Wonosobo, Strategi Sharing Konten di Media Sosial, Kenali Bahaya Sharenting.

“Pemahaman akan sharenting, perlu adanya pendampingan dari para orang tua dan guru, supaya hal tersebut tidak berujung pada kasus eksploitasi anak. Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) tercatat pada rentang Januari hingga November 2023 terdapat 15.120 kasus kekerasan terhadap anak dengan 12.158 korban anak perempuan dan 4.691 korban anak laki-laki, dimana kasus kekerasan seksual menempati urutan pertama dari jumlah korban terbanyak sejak tahun 2019 sampai tahun 2023,’’ ujar Astin.

Peran orang tua dan guru, merupakan salah satu peranan penting untuk memantau para siswa dalam menggunakan media sosial yang bijak dan mengedepankan norma-norma budaya Indonesia. Oleh sebab itu Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Dinas Pendidikan, akan terus memberikan edukasi berupa literasi digital, kepada para pelajar agar terhindar dari dampak negatif media sosial yang semakin berkembang dengan pesat.