Dalang Ki Eko Sunarsono SSn (Kabid Kebudayaan Dikbud Kabupaten Wonogiri), membawakan Lakon Tumuruning Wiji Sejati atau Wisanggeni Lahir, untuk memeriahkan wayangan Suran di Desa Pokohkidul, Kecamatan dan Kabupaten Wonogiri.(Dok.Ist)

WAYANGAN SURAN untuk memeriahkan penyambutan Tanggal 1 Sura Tahun Je 1958 digelar di sejumlah tempat di Kabupaten Wonogiri. Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Wonogiri, Ki Eko Sunarsono, mendalang Suran di Desa Pokoh Kidul, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri.

Gelar wayang kulit semalam suntuk sampai Selasa dinihari (9/7/24) juga dipentaskan di Desa Panekan, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri. Menyajikan Lakon Parikesit Grogol, dimainkan 5 orang dalang. Terdiri atas Ki Suyati, Ki Wartasongko, Ki Hendro, Ki Sudomo dan Ki Hanggoro Murti.

Untuk nanti malam sampai Rabu dinihari besok (10/7/24), Dalang Ki Sugiyanto Prawoto tampil mementaskan wayang kulit di Dusun Cemangkah Lor RT 1/RW 8, Desa Sindukarto, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri. Dalam pagelaran wayang semalam suntuk ini, dimeriahkan musik Campursari dari Group Prayogo, dengan trio penyanyi cantik Kiki Laundry, Nani Nanun dan Vidia Antava.

Ki Eko Sunarsono, Dalang bergelar Sarjana Seni (SSn) alumni ISI Surakarta ini, menyajikan Lakon Wisanggeni Lahir yang dikemas dalam sinopsis Tumuruning Wiji Sejati, menyeratakan kuartet Waranggana (Pesindhen).

Wisanggeni adalah nama Ksatria dalam Pewayangan Jawa. Kisahnya tidak terdapat dalam naskah Wiracarita Mahabharata karya Krishna Dwipayana dari India. Nama Wisanggeni tidak ditemukan dalam Naskah Mahabharata versi India ber-Bahasa Sanskerta (terjemahan Kisari Mohan Ganguli).

Jawa

Tokoh Wisanggeni hanya ada dalam tradisi Jawa Nusantara. Putra Arjuna ini, lahir dari Bidadari Batari Dresanala (putri Batara Brama-Dewi Saraswati). Sebagai seorang ksatria, Wisanggeni, merupakan tokoh istimewa, dikenal pemberani, tegas dalam bersikap, serta memiliki kesaktian luar biasa dan tak tertandingi. Tanpa sayap, dapat terbang mengarungi angkasa, kebal segala senjata dan serangan.

Dia memiliki karakter yang kompleks, perpaduan sifat angkuh tapi berhati mulia, Ia tinggal di Kahyangan, tapi memiliki hubungan dekat dengan Ngarcapada (dunia), mempunyai kekuatan yang luar biasa tapi tetap rendah hati di hadapan para leluhurnya.

Kisah kelahiran Wisanggeni diawali kecemburuan Dewasrani (Putra Batari Durga) terhadap Arjuna yang telah menikahi Batari Dresanala. Dewasrani minta kepada ibunya (Betari Durga), supaya memisahkan perkawinan Arjuna-Betari Dresanala. Durga minta bantuan kepada suaminya (Batara Guru). Raja para dewa ini, memerintahkan Batara Brama menceraikan Arjuna dan Dresanala.

Keputusan ini ditentang oleh Batara Narada. Selaku penasehat para Dewa, Batara Narada memilih membela Arjuna. Brama kemudian menyuruh Arjuna pulang ke dunia, dengan alasan Dresanala akan dijadikan penari utama di Kahyangan. Setelah Arjuna pergi, Brama, menghajar Dresanala untuk mengeluarkan secara paksa janin yang dikandungnya.

Candradimuka

Dresanala pun melahirkan sebelum waktunya. Durga dan Dewasrani datang menjemputnya, sementara Brama membuang bayi cucunya yang baru lahir itu ke dalam kawah Candradimuka di Gunung Jamurdipa.

Diam-diam, Narada, mengeluarkan bayi Dresanala tersebut dari kawah. Ajaibnya, bayi itu tumbuh menjadi seorang pemuda. Narada memberinya nama Wisanggeni, yang bermakna “racun api”. Ini dikarenakan ia lahir akibat kemarahan Brama, Sang Dewa Penguasa Api. Selain itu, api kawah Candradimuka bukannya membunuh, justru menghidupkannya.

Atas petunjuk Narada, Wisanggeni membuat kekacauan di Kahyangan. Tidak ada seorang pun yang mampu menaklukkannya, karena ia dilindungi Sanghyang Wenang (leluhur Batara Guru). Batara Guru dan Batara Brama akhirnya bertobat dan mengaku salah. Wisanggeni kemudian minta Arjuna mengakuinya sebagai anak. Semula Arjuna menolak karena tidak percaya. Perang tanding terjadi, Arjuna bersama para Pandawa kalah.

Wisanggeni menceritakan kejadian yang sebenarnya, Arjuna pun bergegas ke Kerajaan Tunggul Malaya, tempat tinggal Dewasrani. Melalui pertempuran seru, Arjuna berhasil merebut kembali Betari Dresanala.(Bambang Pur)