PACITAN (SUARABARU.ID) – Acara Suran penyambutan datangnya Tanggal 1 Muharam 1446 H atau 1 Sura Tahun Je 1958 di Kabupaten Pacitan, Jatim, berlangsung meriah dan berkembang menjadi event wisata budaya tahunan. Ditandai dengan pemanjatan doa, melakukan tirakat Mlaku Suran (jalan kaki) massal, dan dimeriahkan atraksi sepak bola api Brojo Geni.
Bagian Prokopim Pemkab Pacitan, semalam mengabarkan, Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji ikut serta dalam tirakat Mlaku Suran yang telah menjadi tradisi tahunan dalam setiap penyambutan Tahun Baru Islam tersebut. Ikut serta Mlaku Suran. para pejabat dan aparat dari satuan perangkat daerah, komunitas spiritual dan masyarakat.
Rombongan Mlaku Suran mengambil start dari Pendapa Kabupaten, berjalan kaki bersama menuju Pantai Pancer Door. Diawali dengan pembacaan doa akhir tahun dan doa awal tahun. Keberangkatan massa peserta Mlaku Suran diawali dengan acara seremoni penyalaan oncor (obor) perdana oleh Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji.
“Ini tak lain adalah ungkapan rasa syukur terhadap tahun yang sudah kita lalui, dan doa terbaik untuk tahun mendatang yang akan kita jalani. Mudah-mudahan kita semua mendapatkan ridho dari Allah SWT,” kata Bupati.
Sepanjang perjalanan, rombongan mendapat sambutan antusias masyarakat. Tiba di tujuan, rombongan disambut dengan seni Sholawat Khataman Nabi, dan atraksi sepak bola api Brojo Geni oleh para santri dari Pondok Pesantren (Ponpes) Tremas. Usai memanjatkan doa syukur, acara dirangkai dengan makan bersama.
Kanjeng Jimat
“Mudah-mudahan ke depan acara ini semakin bertambah meriah. Selain menjadi wujud syukur, juga menjadi ikhtiar kita meramaikan Pantai Pancer Door sebagai tempat wisata,” tandas Mas Aji (panggilan akrab Bupati Pacitan).
Pada malam penyambutan 1 Sura, Makam Kanjeng Jimat di Dusun Kebonredi, Desa Tanjungsari, Kecamatan dan Kabupaten Pacitan, dipadati peziarah. Makam Bupati Ketiga Pacitan (dulu terkenal sebagai Wengker Kidul) ini, terletak di Puncak Bukit Giri Sampoerno. Untuk mencapainya, para peziarah harus menapaki sebanyak 180 anak tangga.
Kanjeng Jimat memiliki nama Ki Ageng Djayaniman, menjabat sebagai Bupati Pacitan Ketiga dari Tahun 1812 sampai 1826. Dia dikenal sebagai tokoh penyebar Agama Islam di Pacitan, dan menjadi pemuka yang dihormati masyarakat.
Para peziarah yang datang ke Makam Kanjeng Jimat, melakukan ritual pemanjatan doa, tahlilan dan yasinan. Beberapa peziarah, menyatakan, malam Satu Sura merupakan waktu tepat untuk ber-tabarruk menghindar dari rasa cinta dunia yang berlebihan, guna memohon keberkahan dari Allah SWT.
Bagi komunitas spiritual, malam 1 Sura menjadi waktu tepat untuk menjalani tirakat. Yakni melakukan serangkaian ritual dan tradisi tertentu yang telah turun-menurun, seperti melakukan ziarah ke makam para tokoh, tirakatan, bermeditasi di gunung atau hutan, dan bahkan ada yang menjalani laku kungkum di perairan sungai.(Bambang Pur)