BERSIH DESA, dalam adat tata cara Jawa, sebagai tradisi wujud syukur untuk memaknai Dhanyang Cikal Bakal. Yakni tokoh sesepuh yang dulu mendirikan desa menjadi wilayah hunian yang tenteram dan damai. Sekaligus sebagai sarana menyingkirkan roh jahat atau aura negatif, dan memohon anugerah kehidupan tenteram, damai, sejahtera kepada Tuhan .
Budayawan Jawa peraih anugerah Bintang Budaya, Kanjeng Raden Arya (KRA) Drs Pranoto Adiningrat MM, mengatakan, masyarakat Jawa memilih Bulan Besar (Dzulkaidah) sebagai bulan baik menyelenggarakan perhelatan mantu. Juga untuk menggelar Bersih Desa.
Dalam Buku Bauwarna Adat Tata Cara Jawa, karya Drs R Harmanto Bratasiswara (Yayasan Suryasumirat, Jakarta 2000), disebutkan, Bersih Desa digelar setahun sekali, setelah musim panen. Bagi kaum agraris, musim panen menjadi waktu yang sangat didambakan kedatangannya. Menjadi momentum kebahagiaan untuk menggelar event mengenang dan menghormati Desa. Yang telah berjasa menjadi tempat hunian dan tumpuan pencahariannya.
Berkaitan itu, masyarakat bersama-sama menyatakan syukur dan terima kasih, dengan menyelenggarakan hajatan besar Bersih Desa. Yang hakikatnya, untuk membuat desanya menjadi bersih, tertib, teratur dan terawat, agar menjadi lebih maju dan lestari.
Bersih Desa ada yang menyebutnya dengan nama Sedekah Desa, ditandai dengan menggelar kenduri massal. Ada yang menyebut Rasulan, karena dalam kenduri menyertakan Selamatan Rasulan dengan sesaji Sega Gurih (tumpeng suci) lauk Ingkung Ayam (Ulam Lembaran).
Tradisi menggelar kenduri dalam Bersih Desa, disamping untuk menghormati leluhur sesepuh pendiri desa, juga menjadi sarana masyarakat dalam berdoa menyampaikan rasa syukur dan memohon perlindungan kepada Tuhan agar senantiasa sehat, aman, tentram dan damai, serta hidup masyarakat makin sejahtera.
Pawonsari
Bersih Desa menjadi sarana menjalin tali silaturahmi, untuk mempererat guyub rukun, memupuk gotong royong, saling bantu membantu. Ritual Bersih Desa marak digelar oleh masyarakat di kawasan selatan Pulau Jawa. Utamanya di wilayah Pawonsari yang meliputi Kabupaten PAcitan (Jatim), WONogiri (Jateng) dan wonoSARI (Gunungkidul DI Yogyakarta).
Warsito, Camat Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, menyatakan, tradisi Bersih Desa digelar di 186 dusun yang tersebar di 17 se Pracimantoro. Untuk memeriahkan, ada yang menyertakan event pertandingan olahraga, senam dan jalan sehat bersama dengan menyediakan doorprize dan hadiah menarik lainnya.
Juga menggelar hiburan musik campursari dan wayangan semalam suntuk. Dalam menggelar wayang kulit semalam suntuk, ada yang menyertakan pula ritual Ruwatan. Ini sebagaimana dilakukan warga Dusun Mandeyan, Desa Pucanganom Kecamatan Giritontro, Kabupaten Wonogiri, dengan Dalang Ki Seno Aji.
Wayangan Bersih Desa di Kalurahan Grogol, Kapanewon Paliyan, Kabupaten Gunungkidul DI Yogyakarta, akan dilakukan Jumat (5/7/24) mendatang. Menampilkan Dalang Wanita (yang juga Waranggana) Ni Elisha Orcarus Allase, dengan Lakon Wahyu Kantentreman.
Dalang muda Ki Alifian Nur Rohmad Arif, tampil mendalang di perhelatan Bersih Desa Dusun Sumber Alit dan Dusun Wonosobo, Pracimantoro, Wonogiri. Yakni dalam event Bersih Desa yang dikemas dalam gelaran ”Tansah Guyub Rukun Manggih Lestari.”
Bambang Pur