JEPARA (SUARABARU.ID) -– Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang kembali menunjukkan komitmennya dalam melaksanakan tri dharma perguruan tinggi. Kali ini, Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP mengadakan kegiatan Pengabdian Masyarakat Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) terkait bahaya debu PM 2,5 dan PM 10 serta paparan Kromium (Cr) terhadap pekerja dan masyarakat di sekitar industri tenun Troso, Desa Troso, Kecamatan Pecangaan, Jepara
Kegiatan yang berlangsung di halaman Toko Tenun Kainratu (4/6/2024) ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat serta pekerja di industri tenun Troso mengenai bahaya debu PM 2,5 dan PM 10 serta kromium yang dapat membahayakan kesehatan.
Desa Troso terkenal sebagai sentra industri tenun yang menghasilkan produk berkualitas tinggi, namun di balik keberhasilan tersebut, terdapat potensi bahaya kesehatan yang mengintai pekerja dan masyarakat sekitarnya. Dalam kegiatan ini, tim pengabdian memberikan edukasi tentang karakteristik dan proses pembuatan tenun Troso, yang merupakan warisan budaya dan aktivitas ekonomi utama di Desa Troso.
Debu PM 2,5 dan PM 10 adalah partikel udara berbahaya dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer dan 10 mikrometer yang dapat menembus jauh ke dalam paru-paru dan aliran darah, membawa konsekuensi fatal bagi kesehatan, seperti gangguan pernapasan, penyakit jantung, dan kanker paru-paru. Kromium, yang sering digunakan dalam pewarnaan benang, juga merupakan bahan kimia berbahaya dan karsinogenik yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jika terhirup atau terserap oleh tubuh.
Tim pengabdian dari Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP terdiri dari para dosen dan mahasiswa yang dipimpin oleh Dr. Ling. Ir. Tri Joko, M.Si. sebagai koordinator. Anggota tim dosen meliputi dr. Onny Setiani, Ph.D., Dr. Yusniar Hannani, D.STP, M.Kes., Dr. Nur Endah Wahyuningsih, Dra, MS., Dr. Nurjazuli, S.KM, M.Kes., dan Dr. Ir. Mursid Raharjo, M.Si.
Sementara itu, mahasiswa yang turut berpartisipasi antara lain Aldi Prastya Kurniawan, Aziza Rohmah Khafifi, Cahyaning Esalya Herman, Esti Widyastuti Prabasukma, Gneiss Puspita Rachma, Giananda Al Aurasesar, Marshanda Nabilah Putri Ariyanto, Mia Setia Ningrum, Muhammad Aulia Rahman, dan Nethi Puspita Sari.
Dr. Ling. Ir. Tri Joko, M.Si., selaku koordinator pengabdian masyarakat, menjelaskan latar belakang pemilihan Desa Troso sebagai lokasi pengabdian. “Kami memilih Desa Troso karena industri tenunnya yang khas, namun di balik keindahan produk tenun ini, terdapat risiko kesehatan yang signifikan bagi para pekerja. Kegiatan tenun menggunakan bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan, termasuk debu yang sangat halus berukuran antara 2,5 hingga 10 mikron yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan pernapasan,” ungkap Dr. Tri Joko.
Dalam pengabdian yang dilakukan, tim dari UNDIP memberikan edukasi terkait risiko kesehatan jangka panjang yang dihadapi oleh para pengrajin tenun. Partikel debu yang sangat kecil tersebut dapat menyebabkan berbagai penyakit pernapasan dan kulit yang serius jika terpapar dalam jangka waktu yang lama.
“Alhamdulillah, harapan kami dengan kegiatan ini, para pengrajin dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai risiko yang mereka hadapi dalam melaksanakan kegiatan usaha industri tenun Troso. Dengan pengetahuan yang lebih baik, diharapkan mereka dapat mengambil langkah-langkah preventif untuk melindungi diri mereka dari dampak negatif tersebut,” tambah Dr. Tri Joko.
Kegiatan dimulai dengan pengantar Dr. Yusniar Hannani, D.STP, M.Kes, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk sharing ilmu yang diharapkan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat. “Kegiatan ini adalah bentuk pengabdian kami yang dilaksanakan setahun dua kali di berbagai daerah. Harapannya, industri tenun bisa menjadi lebih baik lagi dan para pekerja serta masyarakatnya bisa hidup lebih sehat,” ujarnya.
Pentingnya pemahaman mengenai bahaya ini tidak hanya bagi para pekerja, tetapi juga bagi masyarakat sekitar. “Kami berharap melalui kegiatan KIE ini, masyarakat dapat lebih waspada dan mengambil langkah-langkah preventif untuk melindungi diri mereka dari risiko kesehatan yang disebabkan oleh polutan industri,” tambahnya
Dalam paparannya dr. Onny Setiani, Ph.D menjelaskan bahwa proses pembuatan tenun Troso melibatkan berbagai tahap yang dapat menghasilkan paparan debu dan kromium. “Partikel debu PM 2,5 dan PM 10 adalah polutan udara yang sangat kecil, yang dapat menembus jauh ke dalam paru-paru dan aliran darah, menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan pernapasan, penyakit jantung, dan bahkan kanker paru-paru,” ujar Dr. Onny.
Kromium, terutama dalam bentuk kromium heksavalen (Cr VI), juga menjadi perhatian serius. “Kromium merupakan senyawa beracun dan karsinogenik. Pekerja yang terlibat dalam proses pewarnaan dengan kromium dapat terpapar melalui inhalasi uap kromium, yang kemudian dapat diserap oleh tubuh dan menyebabkan gangguan kesehatan serius, termasuk kanker paru-paru, kerusakan hati, dan ginjal,” tambahnya.
Kelompok rentan terhadap pajanan kromium dan debu meliputi ibu hamil, anak-anak, pekerja industri, dan masyarakat sekitar. “Ibu hamil yang terpapar kromium heksavalen berisiko mengalami gangguan pada janin dan anemia, sementara anak-anak dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan,” ungkap Dr. Onny.
Untuk mencegah paparan debu dan kromium, Dr. Onny Setiani merekomendasikan beberapa langkah pencegahan, termasuk penggunaan sarung tangan dan masker, ventilasi yang baik, serta pembersihan ruangan secara rutin. “Tanaman juga dapat ditanam di dalam dan luar ruangan untuk membantu menyerap polutan,” sarannya.
Selain itu, dilakukan juga pre-test dan post-test bagi para pengrajin untuk mengukur peningkatan pemahaman mereka mengenai bahaya kesehatan yang terkait dengan pekerjaan mereka. Pre-test dilakukan sebelum KIE untuk mengetahui tingkat pemahaman awal, sementara post-test dilakukan setelah sosialisasi untuk menilai efektivitas penyuluhan yang diberikan.
Para pengrajin tenun menyambut baik kegiatan ini. “Kami sangat berterima kasih kepada tim dari FKM UNDIP yang telah memberikan pengetahuan dan edukasi. Ini sangat membantu kami dalam memahami dan mengantisipasi risiko kesehatan yang kami hadapi setiap hari,” ujar Liony salah satu pengrajin.
Pengabdian ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan UNDIP dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Sinergi antara perguruan tinggi, industri, dan masyarakat diharapkan dapat terus terjalin untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman.
Hadepe – Asrori