Even Tugu Muda Marathon (TMM) yang digelar pada Minggu (19/5/2024). Foto: Dok/Pribadi

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Event Tugu Muda Marathon (TMM) yang digelar pada Minggu (19/5/2024) lalu masih terus menjadi perbincangan para peserta lari.

Event pertama Half Marathon di Kota Semarang ini dianggap gagal oleh banyak peserta. Mereka tidak puas dengan apa yang didapat dalam acara tersebut. Masih banyak kekurangan, panitia dianggap tidak bisa mengakomodir kebutuhan peserta, mulai dari air minum, kurangnya rambu yang membingungkan bagi peserta, hingga jaket untuk para finisher dan lainnya.

Salah seorang peserta Tugu Muda Marathon, BH, warga Kota Semarang yang menjadi peserta kategori 10k mengaku sangat kecewa.  Menurut BH, mulai registrasi yang dibuka pukul 00.00 WIB server down, yang tandanya website tidak dipersiapkan dengan baik untuk menampung pendaftar yang akan login, hingga akhirnya pendaftaran menggunakan google form. “Mulai tambah mencurigakan lagi saat konfirmasi pendaftaran dibalas melalui email pribadi, dan pembayaran ke rekening pribadi atas nama Jeffry Mathew Elim,” ungkap BH kepada Suarabaru.id, Rabu (22/5/2024).

BH menyebut, setelah batas waktu pendaftaran beberapa kali dibuka kembali untuk tambahan peserta, ternyata melebihi kuota peserta awal. Dan pada saat pengambilan racepack yang sebelumnya tidak boleh diwakilkan dan akan dipasang gelang pengenal bagi peserta ternyata boleh diwakilkan, dan gelang dimasukkan kedalam goodie bag dan dipasang sendiri,” kata BH.

BH juga menyayangkan pada saat pengambilan racepack di hari kedua sangat crowdit, antrian berdesak-desakan tanpa ada antisipasi dari panitia, dimana setiap peserta harus menunggu sekitar 1 jam sampai dilayani. “Pada saat pelaksanan lari, tidak ada papan penunjuk arah sepanjang rute, sehingga banyak pelari yang salah jalur, bahkan ada yang akhirnya mengikuti jalur kategori lain,” ujarnya.

Begitupun pada kategori 10K pada Route Map yang sudah dipublikasikan melalui IG TMM, terdapat 3 water station (WS). “Namun pada kenyataannya hanya ada 2, yaitu WS1 dan WS3. WS1 ada di KM 3 dan WS selanjutnya pada KM 8. WS2 lenyap ditelan bumi. Bisa dibayangkan pelari harus berlari jarak 5km lebih tanpa mendapatkan hidrasi,” tukasnya.

Lalu, lanjut BH, juri lintasan (marshal) juga masih banyak yang bingung ketika ditanya oleh peserta. Bahkan saat finish peserta harus antri sangat panjang untuk mendapatkan medali, padahal saat itu tenaga sudah habis terkuras untuk lari.

Saat refreshmen setelah finish pun, banyak pelari yang tidak mendapatkan minuman isotonik, bahkan juga tidak mendapatkan buah pisang yang seharusnya semua peserta mendapatkan jatah.

“Belum lagi di venue tempat finish juga terjadi sedikit kericuhan karena finisher 21km yang seharusnya mendapatkan hoodie finisher belum mendapatkan. Dan setelah siang hari, datang mobil yang membawa hoodie, itupun jumlahnya hanya 350, dibandingkan jumlah peserta 21k yang lebih dari 1000 orang,” imbuhnya.

BH menyebut, di venue pun tidak ada hiburan apapun, apalagi doorprise seperti event-event lain. Foto dari official hanya dishare melalui google drive, yang artinya pelari harus mencari satu persatu foto dirinya di tiap-tiap folder yang ada. Tidak seperti event besar lain yang cukup memasukan nomer BIB peserta, maka akan muncul foto-foto dari peserta tersebut.

“Banyak sekali pelari yang sangat kecewa dengan event ini, terutama yang sudah datang jauh-jauh dari luar kota. Saya sebagai pelari dari Kota Semarang sangat malu, apalagi event ini mengatasnamakan dalam rangka HUT Kota Semarang. Bahkan banyak pelari yang tidak mau mengikuti lagi semua event yang diadakan oleh Event Organizer Dunia Atma Dhira (DAD) tersebut,” ucap BH.

Sementara itu, melalui akun instagramnya, @tugumudamarathon yang diunggah pada 20 Mei 2024, panitia TMM mengakui kekurangannya tersebut.  “Kami dari pihak penyelenggara meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan pelayanan kami. Banyak masukan dan pelajaran yang kami terima dari event pertama kami, seperti :
1. Race pack collection kurang maksimal sehingga antri dan sedikit masalah lainnya di RPC.
2. Tidak dipasangnya rambu-rambu penunjuk kilometer dan penunjuk arah (sudah kami buat dan tidak dipasang oleh tim kami)
3. Air mineral yang kurang karena kurangnya koordinasi kami, sedangkan stok banyak (sampai sisa setelah race)
4. Jacket finisher 21k belum selesai semua
5. Dan masih banyak lagi yang perlu kami perbaiki. Semoga kedepan kami bisa memperbaikinya.

Ning S