Kepala BKKBN Jateng Eka Sulistia Ediningsih saat kegiatan Rakerda, di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Semarang, Senin 20 Mei 2024. (Foto: Diaz Aza)

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Tengah mengemukakan masih ada lebih dari 1 juta keluarga di provinsi tersebut berisiko stunting.

Kepala BKKBN Jawa Tengah Eka Sulistia Ediningsih, merinci menurut Hasil Pemutakhiran Data Keluarga Tahun 2023, keluarga yang digolongkan pada Keluarga Beresiko Stunting turun menjadi 1.341.726 keluarga.

Angka itu sudah turun lebih dari 1,5 juta keluarga dalam dua tahun terakhir. Artinya penurunan yang sangat signifikan yerjadi pada penggolongan Keluarga Beresiko Stunting

“Bila menurut pendataan keluarga tahun 2021 jumlah keluarga beresiko stunting di Provinsi Jawa Tengah berjumlah 3.017.573,” kata Eka, Rabu 22 Mei 2024.

Lebih jauh, kata dia, merujuk hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) kasus stunting di Jawa Tengah juga telah menurun menjadi 20,7.

“Dan coverage (cakupan) pengukuran secara optimal berbasis masyarakat terhadap balita di Jawa Tengah yang dilaksanakan oleh mitra strategis dipandu oleh Sahabat Sahabat dari Dinas Kesehatan terus meningkat coveragenya dan kini sudah mencapai diatas 90%,” ucapnya

Program Pembangunan Keluarga

Lebih jauh, Eka mengatakan, dalam pelaksanaan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana, Provinsi Jawa Tengah telah mencapai hasil yang cukup signifikan

Ada beberapa capaian dari berbagai indikator target sasaran strategis.

Pertama , angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR)  terus mengalami penurunan, dan pada tahun 2024 ini berada pada posisi 2,04.

“Namun sebagai bagian dari Provinsi Penyangga Utama, target yang diberikan kepada Provinsi Jawa Tengah adalah 1,9.  Dengan demikian kita masih harus bekerja keras untuk menurunkan angka TFR ini,” katanya.

Indikator kedua yakni Prevalensi pemakaian kontrasepsi modern (modern ContracMethod/mCPR pada Pasangan Usia Subur di Provinsi Jawa Tengah telah mencapai 65%. Angka ini melebihi dari target yang ditetapkan  sasaran sebesar 62,92 persen.

Ketiga, di Provinsi Jawa Tengah masih terdapat Pasangan Usia Subur yang sesungguhnya tidak ingin punya anak dalam waktu segera, namun tidak ber KB dengan berbagai sebab.  Namun kasus ini terus menurun, dan pada tahun 2023 telah turun  menjadi 8,6 persen dari 11 % di tahun 2022.

Keempat, kasus kehamilan dan  kelahiran pada kelompok umur 15-19 tahun dengan target 21 per 1.000 perempuan 15-19 tahun pada Tahun 2023, dan terus menurun  hingga  17,3 per 1.000 perempuan 15-19 tahun di tahun 2023.  Kendati ini berarti sudah melebihi target, namun masih menjadi PR. Karena Provinsi Jawa Tengah menginginkan bahwa semua kehamilan dan kelahiran yang terjadi di Provinsi ini adalah kehamilan yang sehat dan ideal, ini berarti sebaiknya kehamilan pertama Wanita di Jawa Tengah terjadi pada usia mereka diatas 20 tahun.

Berikutnya, yang kelima Indeks Pembangunan Keluarga (i-Bangga) yang terus meningkat, dan 2023 telah mencapai  63,0. Kondisi ini juga melebihi angka yang ditargetkan yaitu di angka 59.

Keenam, indikator kerja program yang terakhir yaitu Meningkatnya Median Usia Kawin Pertama (MUKP) perempuan. Target yang ditetapkan untuk Provinsi Jawa Tengah adalah  21 tahun, dan kini Media Usia Kawin Pertama Wanita Jawa Tengah adalah  21,7 tahun.

Diaz Aza