Ilustrasi para santri yang sedang mengaji (foto:alif.id).

Oleh: M. Roshif Arwani

JEPARA (SUARABARU.ID)- Perhelatan Pilkada serentak yang akan dilaksanakan pada 27 November mendatang sudah mulai menghangat, termasuk di Kabupaten Jepara. Figur-figur yang didorong maju sebagai Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Jepara mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.

Ada pengusaha, politisi, birokrat, seniman, bahkan budayawan yang akan ikut meramaikan bursa cabup dan cawabup Jepara. Visi dan misi mereka untuk memajukan Jepara seolah sudah akan menemukan jalannya.

Namun, ada yang sering luput dari kerangka berpikir para calon pemimpin Jepara, yaitu dunia pesantren dan santri. Tentunya ini bagian dari penyumbang suara terbesar dari setiap perhelatan pemilihan, yakni suara warga Nahdliyin sebagai mayoritas.

Sebagai kota yang layak disebut sebagai kota santri, mengelola sebanyak 305 pondok pesantren, 630 madrasah diniyah, hingga 1000 masjid harus mendapat perhatian khusus dari para calon pemimpin.

Belum lagi keberadaan TPQ, musholla, dan majelis ta’lim. Kesejahteraan para guru, ustazd, ustazdah yang mengabdi untuk umat sering kali diabaikan oleh para pemangku kebijakan.

Tema sebesar ini jangan sampai hanya tinggal tulisan dan tidak bisa memberi kemanfa’atan untuk dunia pendidikan, terutama pendidikan di dunia pesantren.

Visi dan misi tentang pendidikan harus diperjelas dan dipertegas. Jangan hanya ingin mendulang suara dari warga Nahdliyin tapi setelah itu terlupakan. Jangan hanya mendekati warga Nhadliyin ketika membutuhkan.

Mari kita kawal Pilkada yang bermartaba, kita wujudkan Pilkada dengan damai dan kita sukseskan pilkada dengan menghasilkan pemimpin yang berjiwa merdeka. Selamat Hari Pendidikan Nasional.

(Penulis adalah Ketua  forum komunikasi pondok pesantren FKPP Jepara)