blank
Ustadz H Isdiyanto Isman SIP, bertindak sebagai imam dan khatib, di Masjid Jami Al-Qodar, Sedangmulyo, Semarang. Foto: dok

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Selama menjalankan ibadah puasa Ramadan, kita dilatih untuk mengekang hawa nafsu, melatih kekuatan fisik dan mental. Selain itu, melakukan berbagai amalan, baik wajib maupun sunnah, untuk menyucikan niat, jiwa dan harta.

”Setelah selama satu bulan penuh kita berpuasa Ramadan, kini kita bersama merayakan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriyah. Mudah-mudahan predikat ketaqwaan kita semakin mantap dan meningkat,” kata Ustadz H Isdiyanto Isman SIP, saat menjadi khatib dan imam Shalat Jumat yang dilakukan di Masjid Jami Al-Qodar, Sedangmulyo, Semarang, Jumat (12/4/2024).

Disampaikan dia, dengan fitrah atau kesucian ini, saatnya menebarkan salam dan keceriaan kepada lingkungan sosial melalui silaturahim. Yakni saling memaafkan dan mendoakan dengan penuh keikhlasan.

BACA JUGA: Pj Gubernur Tinjau Gerbang Tol Kali Kangkung; Idul Fitri Berjalan Baik Wisatawan yang Berkunjung 73.493 Orang

Menurutnya, usai Shalat Idul Fitri dilanjutkan tradisi untuk merawat budaya luhur yang patut terus dilestarikan, yakni halal bihalal. Saling bersilaturahim di antara keluarga, kerabat, handai taulan, dan sahabat. Budaya saling maaf memaafkan ini untuk menghapus rasa salah dan dosa antarsesama.

”Inilah keunggulan masyarakat Indonesia. Dengan momentum Idul Fitri ini kita senantiasa menghidupkan budaya bersilaturahim. Saling memaafkan, untuk kita jadikan sebagai kebiasaan keseharian,” imbuh dia.

Ustadz Isdiyanto yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Organisasi PWI Jawa Tengah itu, lalu mengutip sabda Rasulullah SAW. ‘Amalan yang paling disukai Allah SWT adalah memberikan rasa kebahagian kepada sesama Muslim, atau menghilangkan kesedihannya, atau membebaskannya dari hutang, atau membebaskannya dari rasa lapar. Dan sungguh mengunjungi sanak saudaranya lebih Aku sukai dibandingkan hanya beritikaf di masjid (Nabawi) sebulan penuh’.

BACA JUGA: Tempat Wisata Blora yang Ramai Dikunjungi Para Pemudik saat Lebaran 2024

Diungkapkan juga, gejala pudarnya keeratan sosial dan munculnya saling kecurigaan yang menimbulkan berbagai macam konflik sosial, bisa jadi karena budaya saling mengunjungi sudah ditingalkan. Sehingga tidak ada lagi kasih sayang yang terpancang langsung.

Sebagai masyarakat beragama, mesti menjaga harmoni dan ketenteraman keluarga serta masyarakat. Kedepankan sikap-sikap saling menolong (ta’awun), mengasihi (tarahum), toleransi (tasamuh), dan sikap moderat (tawasuth/tawazun).

”Sebaliknya, kita kesampingkan sikap-sikap su’udzon, hasad (dengki) serta kufur nikmat, tamak, yang merupakan pintu masuk perpecahan keluarga dan masyarakat,” tegasnya.

Riyan