blank
Talkshow dengan tema: ”Penguatan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting melalui Peran Tenaga Lini Lapangan” dengan narasumber Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dipandu Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Tengah Ema Rahmawati. Foto: R. Widiyartono

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Kepala BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) Dr (HC) Hasto Wardoyo, Sp. OG. (K) mengatakan, untuk menangani stunting harus diperhatikan makanan, ukuran, dan kahanan.

Hal itu disampaikan dalam talkshow di depan 600-an kader PPKBD (Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa) dan Sub-PPKBD se-Jawa Tengah di Gedung Sasana Widya Praja, BPSDMD Jawa Tengah Jl. Setia Budi No. 201A, Kecamatan Banyumanik, Semarang, Senin (25/3/2024).

Dalam talkshow yang dipandu Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Tengah Ema Rahmawati, Hasto Wardoyo menguraikan, tiga hal dimaksud yaitu makanan, ukuran, dan kahanan.

Makanan yang diberikan pada anak-anak, harus mengandung protein hewani seperti daging, telur, ikan. Dia bertanya kepada para kader, kalau ada daging sapi lalu ada ikan lele, mana yang harus dipilih.

Para kader pun serentak menjawab, “lele”. Selanjutnya, Hasto Wardoyo menyampaikan, “Betul lele. Bukan hanya karena harganya lebih murah, tetapi karena lele mengandung DHA Omega3 yang bagus untuk pertumbuhan otak bagi bayi dan balita.”

Kemudian ukuran makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan kebutuhannya. “Lalu yang lebih penting kahanan. Yaitu keadaan atau kondisi keluarga. Makanan dan ukurannya sudah bagus, rumahnya kumuh, tak berjendela, jambannya tidak sehat, BAB-nya di sungai. Akibatnya muncul penyakit-penyakit seperti diare, TBC, dan sebagainya,” ujar Hasto Wardoyo.

Hasto mengingatkan, Ketika anak-anak sedang makan harus diajak dalam suasana gembira. Anak-anak memang sering sulit makan, kemudian ditakut-takuti.

“Ketika anak-anak sedang makan jangan ditakuti-takuti, kalau nggak mau makan dibawa ke Puskesmas. Justru diajak menikmati makannya dengan gembira. Anak-anak harus digembirakan saat makan, sehingga kebutuhan nutrisinya terpenuhi dengan baik,” ujar mantan Bupati Kulon Progo, DIY ini.

Lima Pilar

Hasto Wardoyo juga menyampaikan lima pilar pencegahan stunting, yaitu komitmen pimpinan yang harus punya semangat tinggi dan bisa menjadi teladan. “Pemerintah Provinsi Jateng komitmennya luar biasa,” kata Hasto.

blank
Serang kader PPKBD diundang maju untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan Kepala BKKBN. Foto: R. Widiyartono

Yang kedua, system penyebaran informasi yang masif (massive information system). “Penyampaikan informasi harus secara masif, bisa disampaikan dengan gethok tular, atau cara lainnya agar bisa sampai ke masyarakat. Kita boleh kalah bandha tetapi menang cara,” ujar Hasto.

Dicontohkan kampanye batas umur pernikahan, misalnya. Ketentuannya harus di atas 20 tahun. “Tetapi kampanye BKKBN minimal 21 -25 tahun kemudian maksimal 35 tahun,” kata dia.

Ketiga adalah konvergen, program dan pendanaan harus mengerucut. “Misalnya dana desa untuk penanganan stunting ya jangan dialihkan untuk yang lain,” kata dia.

Berikutnya, keterjangkauan untuk kebutuhan gizi dan pangannya. Hasto menyinggung populernya makanan cilok sekarang ini. Dia mengingatkan, agar anak-anak jangan kebanyakan diberi makan cilok, karena kandungan protein hewaninya tidak ada.

“Di mana-mana ada jajanan cilok, terutama dis eklah-sekolah. Kalau mau memberi makan cilok, yang ciloknya diisi telur puyuh,” ujarnya.

Yang terakhir, yang tidak kalah penting adalah pendataan dan evaluasi. Misalnya adanya Sistem Informasi Keluarga  SIGA, sebuah sebuah portal satu data keluarga Indonesia. Dari data dan evaluasi ini, akan diketahui secara baik, misalnya, bagaimana pencapaian penurunan angka stunting saat ini.

blank
Kepala BKKBN didampingi Sekda Jateng Sumarno menyerahkan bantuan untuk kader yang menjadi korban banjir. Foto: R. Widiyartono.

Sekda Jateng Sumarno yang hadir dalam sambutannya mengatakan, dia mengetahui persis bagaimana BKKBN Jateng. Semasa berdinas di BPKP, Sumarno adalah auditor untuk pengadaan sepeda motor bagi penyuluh, kemudian rencana tukar guling Kantr BKKBN di Jalan Pemuda yang tidak jadi, karena tidak seimbang.

Dia mengingatkan, agar semuanya bekerja dengan keikhlasan dan semua direncanakan sehingga ada tujuan.

Kepala DP3AKB Provinsi Jateng Retno Sudewi dalam laporannya menyampaikan, peran PPKBD dan Sub-PPKBD di Jateng difasilitasi untuk ada waktu dan tempat berkumpul, seperti adanya temu kader hari ini. “Dengan adanya pertemuan seperti ini, kitab isa sa;ling menyampaikan permasalahan yang dihadapi,” ujar Retno Sudewi.

Dalam acara yang dihadiri Kepala Perwakilan BKKBN Jateng Eka Sulistia, Deputi Advokasi, Informasi dan Penggerakan, BKkBN RI, Drs. Sukaryo Teguh SantosoDirektur KIE, Direktur KIE, Direktur Lini Lapangan BKKBN, juga diserahkan bantuan untuk kader PPBKD yang menjadi korban banjir.

 wied