blank
Makam Adipati Terung di komplek makam Sunan Kudus (Foto: Aslim Akmal).

JEPARA (SUARABARU.ID)-Di kompleks makam Sunan Kudus, tepatnya di sebelah barat depan pintu masuk pesarean Sunan Kudus terdapat sebuah makam yang diberi tanda dengan nama Pangeran Adipati Teroeng. Beberapa catatan sejarah menyebutkan bahwa Adipati Teroeng adalah Panglima perang terakhir Majapahit. Benarkan yang dimakamkan adalah Adipati Teroeng tokoh yang dimaksud, berikut kisahnya.

Adipati Terung Pancathanda atau Raden Kusen, salah satu panglima perang Majapahit yang namanya masyhur karena berhasil mengalahkan Sunan Ngudung dalam pertempuran Majapahit melawan Demak. Dilema sempat dirasakan oleh Raden Kusen/Husain saat mengetahui pasukan Demak bergerak menuju Majapahit dengan kekuatan pasukan santri yang tergabung dalam Laskar Syuranata yang dipimpin oleh Sunan Ngudung alias Haji Usman.

Dalam cerita babad disebutkan, niat Demak untuk menyerang Majapahit sempat dicegah oleh Sunan Kalijaga karena akan terjadi perang saudara. Namun, bahwa Majapahit sudah runtuh dan dikuasai oleh Raja Girindrawardhana, serta ibu kota telah berpindah di Daha menjadi alasan lain Demak menggempur Majapahit.

Yang paling menarik dalam kisah ini adalah hubungan kekerabatan di antara dua kubu. Raden Kusen yang meskipun sudah beragama Islam, namun tetap setia kepada Majapahit. Raden Kusen adalah putra Arya Damar dari Palembang yang mengabdi kepada kakeknya Brawijaya V. Sementara itu, seperti diketahui bahwa Raden Patah adalah anak dari Brawijaya V yang sedari kecil diasuh oleh Arya Damar bersama Raden Kusen di Palembang. Dalam cerita, kedua saudara tersebut, Raden Patah dan Raden Kusen menuju ke Jawa untuk mengabdi kepada Majapahit.

Sementara itu, Sunan Ngudung adalah besan dari Raden Kusen. Karena, Sunan Kudus atau Raden Ja’far Shodiq menikah dengan putri Adipati Terung yang menurunkan tujuh orang anak. Saat pertempuran antara Demak dan Majapahit, selain menjadi panglima perang, Sunan Ngudung juga sebagai Imam Besar Masjid Demak.

Mengutip dari buku Kiai Agus Sunyoto dalam ”Atlas Walisongo” saat pasukan Demak berhasil menjebol Majapahit, Raden Kusen sebenarnya menghindari pertempuran karena harus melawan pasukan Islam yang di dalamnya terdapat Sunan Ngudung besannya sendiri. Namun, Raden Andayaningrat atau Adipati Pengging salah satu putra mahkota Majapahit yang telah memeluk Islam mengamuk di medan pertempuran.

Laskar santri Demak kuwalahan menghadapi Raden Andayaningrat. Pasukan Demak sempat dibuat kocar-kacir. Kemudian saat Raden Andayaningrat berhadapan dengan Sunan Ngudung, kedua senopati pilih tanding tersebut sama-sama menunggang kuda dengan menghunuskan tombak. Pertarungan dua senopati tersebut berlangsung lama dan sengit. Namun Raden Andayaningrat berhasil dilumpuhkan, kemudian kepalanya dipenggal oleh Sunan Ngudung.

Mengetahui Raden Andyaningrat gugur dalam peperangan, Raden Kusen tidak tinggal diam. Raden Kusen kemudian turun ke gelanggang perang karena merasa kedaulatan negara Majapahit di atas segala-galanya. Dua panglima perang pilih tanding Majapahit dan Demak ini kemudian saling berhadapan dengan membawa panji-panji kerajaan. Saat terjadi pertarungan kuda Sunan Ngudung tiba-tiba melonjak, disitulah kesempatan Raden Kusen melepaskan tombak dan mengenai kaki Sunan Ngudung. Sunan Ngudung terlempar dari kuda. Kemudian Raden Kusen turun dari kudanya, di situlah Sunan Ngudung gugur di tangan Raden Kusen.

Bersambung…

ua