blank
TERTUA - Nenek Jaonah (93) tercatat warga dengan usia tertua pada peserta simulasi. (Foto: Sutrisno)

TEGAL (SUARABARU.ID) – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Tegal, Jawa Tengah menetapkan durasi pencoblosan sekitar 2-3 menit per pemilih. Dan jumlah maksimal 300 pemilih ditiap TPS.

“Satu pemilih pada saat pencoblosan kita butuh durasi waktu 2-3 menit tiap pemilih. Karena ada lima kertas suara jadi, proses membuka, memilih, melihat, dan mencoblos memakan waktu sekitar 2-3 menit,” kata Komisioner KPU Kota Tegal Drs Thomas Budiono di sela simulasi pemungutan dan penghitungan suara Pemilu 2024 di TPS 08 Kelurahan Bandung, Tegal Selatan, Kota Tegal, Selasa (30/1/2024).

blank
KEBINGUNGAN – Pemilih pemula Hilda (18) mengaku masih kebingungan dari lima kertas suara dengan lima warna. (Foto: Sutrisno)

Pihaknya sudah menghitung waktu yang digunakan. Karena itu membatasi waktu di tiap TPS maksimal hanya 300 pemilih. Thomas mengatakan, simulasi yang dilaksanakan merupakan kedua kalinya, sebelumnya telah dilaksanakan di Kelurahan Panggung, Tegal Timur beberapa waktu lalu.

Thomas menjelaskan, maksud dan tujuan simulasi ini untuk sosialisasi, memberitahukan kepada masyarakat bahwa tahapan-tahapan Pemilu sudah berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada sehingga masyarakat akan tahu pada 14 Februari 2024 ada Pemilu.

TPS yang digunakan merupakan TPS riil termasuk pemilihnya ada 281 pemilih, 142 laki-laki 139 perempuan. Tercatat dalam DPT dan ada yang DPTB dan DPK yang khusus belum terdaftar di DPT maupun DPTB tetapi memiliki KTP di wilayah setempat, termasuk pemilih disabilitas.

“Simulasi sebagai tempat belajar bagi kami badan ad hoc khususnya anggota-anggota KPPS untuk bisa mengetahui tahapan apa yang harus dilakukan ketika mereka nanti melaksanakan pemungutan dan perhitungan suara di TPS. Meraka bisa tahu prosesnya.”

Pihaknya akan menginventarisasi masalah apakah di simulasi ada waktu yang dipersingkat atau dipercepat sehingga proses pemungutan dan perhitungan suara akan lebih cepat, efektif, efisien sesuai dengan tahapan yang ada.

Terkait pemilih lansia, kata Thomas, kalau dia tidak mampu datang ke TPS, akan dberikan pendamping orang yang ditunjuk bisa saudaranya, tetangga atau petugas bisa mendampingi asal menulis surat pernyataan pendamping yang isinya tidak boleh mempengaruhi pemilih, membocorkan apa yang dicoblos, dan seterusnya.

Untuk yang tidak memilih masih dipantau terus supaya nantinya ditempatkan dimana. Dari keluar kota masuk ke Kota Tegal masuk ke TPS mana. “Nanti kita lihat TPS yang masih kosong dibawah jumlah 300. Proses distribusinya disana sehingga ini masih berjalan terus sampai H-7 tetap kita pantau,” ujar Thomas.

Untuk TPS khusus Thomas menyebutkan di Kota Tegal hanya ada di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). “Kita akan membuka TPS khusus yang melayani penghuni Lapas yang dari sisi administrasi KTP nya biasanya jarang,” ungkapnya.

Selain itu ketentuan bagi pemilih yang dirawat harus ada surat keterangan dari rumah sakit yang merawat. Nantinya akan dilayani dengan surat suara keliling untuk mereka yang dirawat, yang menjalani tugas, yang terdampak bencana, dan yang dalam perawatan narkoba.

Salah satu pemilih pemula Hilda (18) mengaku masih merasa bingung untuk kertas lima jenis kertas suara terutama pada warna merah. “Saat masih bingung kertas suara warna merah lupa,” kata Hilda polos.

Simulasi di TPS 08 Kelurahan Bandung, Tegal Selatan, Kota Tegal terdapat nenek Jaonah (93) warga RT 006 RW 02 Kelurahan Bandung tercatat sebagai pemilih tertua. Pada simulasi nenek Jaonah didampingi sang cucu.

Hadir pada simulasi Walikota Tegal Dedy Yon Supriono yang berharap partisipasi masyarakat untuk mensukseskan Pemilu 2024 dengan datang ke TPS menggunakan hak pilihnya. “Pilihan boleh berbeda namun persatuan dan kesatuan harus tetap terjaga,” ucapnya.

Sutrisno