Ivan Aplugi sedang mengajar anak-anak. Mereka menyebut kegatan ini "pi les" atau "pergi les". Foto: Dok Ivan Aplugi

INDONESIA begitu luasnya. Ada yang sudah begitu maju, baik perekonomian, Pendidikan, juga infrastruktur dan yang lainnya.

Tetapi ada juga yang disebut Tiga T, yaitu Terdepan, Terluar, dan Tertinggal. Daerah ini dimaknakan sebagai daerah yang jauh dari kemajuan. Kondisinya tentu sangat berbeda daerah satu dengan lainnya.

Ada yang sudah begitu majunya, tetapi di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal adalah daerah yang memang jauh dari kemajuan, dan kini terus diupayakan untuk dimajukan.

Pedalaman Indonesia yang terpencil, umumnya memang menjadi daerah tertinggal. Tetapi memang ada yang mengupayakan agar daerah pedalaman yang tertinggal itu harus maju.

Maka semangat pendidikan pun tumbuh subur melalui langkah-langkah seorang pemuda yang berkesempatan mengikuti Program pengabdian dari CT Arsa yaitu PIJAR atau Pi mengajar di beberapa daerah di Indonesia.

Ivan Aplugi bersama anak-anak pedalaman yang menjadi murid kesayangannya. Foto: Dok Ivan Aplugi

Inilah kisah inspiratif seorang pemuda yang tidak hanya mengajar, tetapi juga membawa harapan dan cahaya pendidikan bagi anak-anak di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal.

Ivan Aplugi seorang pria asal Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, memutuskan merantau melanjutkan pendidikan Sarjana Hubungan Internasional (S.Hub.Int) di UKSW Salatiga. Berawal dari mengisi waktu luang sambil menunggu acara wisuda, Ivan mengikuti program enumerator yang diselenggarakan oleh pihak Compassion.

Hati yang Tersentuh

Kegiatan tersebut berlangsung di empat provinsi Indonesia. Di sana, Ivan melihat langsung bagaimana anak-anak kurang mendapat akses pendidikan yang baik.

Menyeberangi sungai untuk belajar bagi anak-anak dan mengajar bagi Ivan harus dilakukan. Foto: Dok Ivan Aplugi

Hal ini menyentuh hatinya sehingga ia mengambil keputusan ingin mengabdikan diri pada pendidikan Indonesia meskipun bukan berlatar belakang sarjana pendidikan.

Melalui Program PIJAR, Ivan dapat mewujudkan mimpinya berdedikasi untuk pendidikan di Indonesia terutama di daerah 3T. Ivan mendapatkan penempatan di SD Negeri Leomanu, Desa Leomanu, Amfoang Timur, NTT.

Sekolah ini memiliki tujuh tenaga pengajar dengan jumlah 79 siswa. Adapun program yang dilakukan yaitu PI’LES yang diadakan waktu sore hari dan mengadakan Pojok Baca.

Desa Leomanu memiliki akses jalan yang susah, terutama pada musim penghujan karena diapit oleh dua sungai besar, yaitu Sungai Citoto dan Nuelfael, terkadang memaksa warga untuk menyeberanginya.

Menyeberangi Sungai harus dilakukan karena di sungai tersebut belum ada jembatan yang menyambung akses jalan. Selain itu jaringan internet yang kurang memadai. Hal ini tak memudarkan semangat Ivan, Ia bermimpi melihat anak-anak yang dia ajar mampu melampaui batasan-batasan yang ada, mengejar cita-cita mereka, dan menjadi pemimpin masa depan.

Ia berharap program PIJAR dapat menjadi tonggak positif dalam perjalanan pendidikan mereka. “Karena setiap anak mempunyai hak untuk  mendapatkan akses pendidikan yang layak. Sebagai Anak muda, peran kita sebagai garda terdepan sangat penting untuk membangun masa depan pendidikan terutama di daerah 3T.

Ivan bersama para murid. Meski di pedalaman mereka juga mengenal laptop. Foto: Dok Ivan Aplugi.

Dengan bentuk pengabdian, mari kita hadir sebagai inspirator, mentor, dan fasilitator untuk memperkuat pendidikan di wilayah yang membutuhkan. Setiap bentuk pengabdian kita, menjadi langkah nyata dalam merajut harapan dan membuka pintu peluang bagi generasi penerus di daerah terpencil” ujar Ivan.

Melalui langkah-langkahnya yang penuh semangat, Ivan Aplugi adalah contoh nyata dari pemuda yang peduli dengan pendidikan di daerah 3T. Program pengabdian PIJAR bukan hanya membawanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai agen perubahan positif, membuktikan bahwa setiap individu dapat membawa perubahan yang besar melalui dedikasi dan kepedulian terhadap pendidikan.

Anggry Pello-Mg