BOYOLALI (SUARABARU.ID)– Ketua Pengurus Wilayah Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (PW IPHI) Jawa Tengah, Prof Dr H Imam Taufiq mengatakan, adanya tambahan kuota haji tahun ini sebanyak 20 ribu, menjadi berita baik sekaligus tantangan serius bagi penyelenggaraan haji kali ini.
Menurut dia, pihaknya paham betul, tambahan kuota 20 ribu ini akan sangat membantu dalam mengurai antrean haji di Indonesia. Akan tetapi, ini juga menjadi tantangan serius bagi Kemenag RI, selaku penyelenggara haji.
”Hal ini berkaitan dengan layanan jamaah di Mekkah dan Madinah, serta transportasi selama di Arab Saudi. Terkhusus saat kegiatan di Armuzna,” kata Prof Imam, saat menjadi narasumber dalam Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional Angkatan XIV, di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, belum lama ini.
BACA JUGA: Pencarian Anak Hanyut di Kali Kagok Bergeser ke Banjir Kanal Timur
Didampingi Prof Dr KH Awaluddin Pimay dan Dr KH Abdullah Sattar, Ketua IPHI Jateng yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Besongo, Semarang itu menambahkan, istitho’ah kesehatan saat ini oleh pemerintah, dijadikan standar prioritas bagi berangkat atau tidaknya jamaah haji Indonesia ke Tanah Suci, berbasis pada kategori atau standar yang sudah dikoordinasikan dengan Kementerian Kesehatan.
”Berhaji itu fadhal atau anugerah dari Allah, dan kita melihat adanya kebijakan istitho’ah kesehatan pada tahun ini, diharapkan mampu meningkatkan layanan. Tetapi ini juga harus segera disosialisasikan dengan baik kepada masyarakat,” imbuhnya.
Ditambahkan dia, pihaknya men-support penuh pemerintah, dalam upaya mengoptimalkan pelayanan dan penyelenggaraan haji tahun ini, dengan tetap melanjutkan program-program yang baik dan humanis.
BACA JUGA: Beri Kajian Ilmu Agama Islam untuk Napi, Lapas Semarang Datangkan Bunda Jujuk
”Pemerintah harus siap menerima catatan, kritik dan masukan dari berbagai pihak. Kritik itu baik, dan harus ada untuk menjadi bagian dari ikhtiar bersama, dalam berkhidmah kepada tamu-tamunya Allah,” ungkap dia.
Sementara itu Kepala Kanwil Kementerian Agama Jateng, Dr H Mustain Ahmad SH MH di tempat yang sama menyampaikan materi tentang ‘Pemantapan Karakter bagi Para Calon Pembimbing Manasik Haji Profesional’.
Didampingi Dr H Alfandi dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo, Mustain menyampaikan, para calon jamaah haji Indonesia memliliki keragaman yang cukup tinggi. Baik dari sisi pendidikan, sosial, ekonomi, usia dan budaya.
BACA JUGA: Terjerat Kasus Korupsi, Mantan Kades Undaan Kidul Divonis 1,5 Tahun
Dengan adanya keragaman itu, akan memiliki potensi masalah yang tinggi dalam proses pembimbingan, baik di Tanah Air maupun di Tanah Suci.
Karena itu dibutuhkan para pembimbing profesional, yang memiliki beberapa karakter. Di antaranya ramah, sabar, jujur, ikhlas, cepat, teliti, memiliki tanggung jawab, profesional, berakhkaqul karimah. Selain itu, seorang pembimbing manasik haji harus dapat membentuk jamaah yang mandiri, aman, serta nyaman.
”Seorang pembimbing manasik haji profesional, harus juga memiliki karakter dapat bersinergi dan bekerja sama dengan tim lain, dalam pelaksanan ibadah haji. Selain itu, memiliki disiplin yang tinggi dengan standar kerja yang sudah ditentukan Ditjen PHU, serta dapat menjunjung martabat bangsa dan negara,” terangnya.
Riyan