blank
Muhammad Farid, Kasi Kelembagaan dan Sarpras SD Dinas Pendidikan Kota Semarang di Kantor Dinas Pendidikan, Senin (11/12/2023). Foto: Absa 

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Selisih pengadaan sejumlah mebeler meja kursi siswa, yang diperuntukkan bagi 183 Sekolah Dasar Negeri (SDN) di 9 Kecamatan di Kota Semarang, yang diadakan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang, ternyata lebih dari Rp 700 juta.

Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris  Komite Penyelidikan dan Pemberantasan Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KP2KKN) Jawa Tengah Ronny Maryanto, kepada Wartawan di Semarang, menanggapi berita-berita yang beredar di media online, Senin (11/12/2023).

“Jadi dari kajian kami, perhitungan selisih harga sebesar Rp 700 an juta itu sebenarnya lebih nilainya. Malah menurut kami, masih ada muncul dugaan lain. Tapi itu masih kami kaji dan kami dalami lagi lebih lanjut. Tidak bisa kami bicara di sini,” tegasnya.

Saat ditanya terkait adanya dugaan lain yang dimaksud, Ronny Maryanto bersikukuh tetap tidak mau membeberkan kajian temuannya. Karena menurutnya, jika diketahui apa itu dugaan lain, maka akan muncul pernyataan selisih kelebihan itu akan dikembalikan ke SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran) kas daerah.

“Namun kita kan juga tidak tahu, apakah benar sisa anggaran itu dikembalikan lagi ke kas daerah atau hanya sekedar pernyataan, untuk menghindari pemberitaan lebih lanjut,” ungkapnya mempertanyakan.

Pagu Anggaran

Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Semarang yang baru menjabat, Erwan Rachmat, saat dikonfirmasi mengarahkan untuk menghubungi Kasi Kelembagaan dan Sarpras SD Disdik Kota Semarang Muhammad Farid.

Menurut Muhammad Farid, jika selisih harga tersebut muncul, berasal dari pagu anggaran pengadaan mebelair meja dan kursi siswa sebesar Rp 19,192 miliar, sedangkan sebagai nilai kontrak harga yang ada sebesar Rp 18,435 miliar, sehingga muncul selisih harga yang nilainya sebesar Rp 700-an juta, sedangkan adanya selisih yang lebih dari angka tersebut tidak diketahuinya.

“Kalau angka jelas itu iya, untuk pagu sembilan belas (miliar ) seratus sembilan puluh dua juta, terus untuk kontrak sekitar delapan belas (miliar) berapa itu. Ada selisih itu tadi sekitar tujuh ratusan juta yang jadi SILPA? Saya kurang tahu saldo (kelebihan) itu dari mana angkanya,” terangnya balik bertanya.

Untuk distribusi mebelair, lanjutnya, sudah komplet semua di sembilan kecamatan di Kota Semarang, sebanyak 183 SDN sudah selesai dan menurutnya sangat urgen sekali pengadaan mebelair tersebut, karena menjadi kebutuhan dasar di sekolah sekaligus untuk meningkatkan mutu sarana pendidikan.

“Urgen banget, kebutuhan dasar juga di sekolah. Karena sebagian besar mebel itu sudah rusak, kondisi model masih satu meja untuk dua anak. Jadi atas dasar itu, memang ada pembaruan mebel, sekaligus untuk meningkatkan mutu sarana pendidikan juga. Menjadi lebih modern dan in Syaa Allah nanti biar anak-anak itu lebih semangat,” tutur Muhammad Farid.

Untuk pembagian mebelair di 183 SDN, imbuhnya, diperuntukkan rata-rata untuk dua rombel atau kelas dan maksimal ada juga SDN yang menerima mebelair untuk tiga rombel. Oleh sebab itu diharapkan dapat meningkatkan semangat belajar anak-anak dan meningkatnya sarana mutu pendidikan.

“Harapannya, dengan adanya (pengadaan) meja kursi itu, bisa lebih semangat lagi belajar, anak-anak juga senang belajar di sekolah. Terus juga meningkatkan mutu sarana yang ada di sekolah, biar lebih modern dan maju,” harap Muhammad Farid.

Absa