BALIKPAPAN (SUARABARU.ID) – Bermula dari rasa penasaran melihat pohon dengan daun lebar dan tebal, Yery Prasetyo maniak durian ini bertanya kepada temannya. Pohon dengan daun lebar dan tebal yang mirip durian itu adalah elai, kalau di Kalimantan Selatan ada yang menyebut pampaken.
Sayangnya saat pertama kali melihat pohon elai (duriokutejensis) ini pas tidak musim. Hasrat untuk mencicipi keluarga durian Yery ini baru terwujud saat bertemu dengan Edi Sulton teman satu grup Yery Prasetyo digrup FB Maniak Durian. Edi Sulton yang lebih dulu pernah mencicipi elai dan sudah tahu di daerah yang banyak elainya.
Gayung Bersambut
Bak gayung bersambut keinginan Yery Prasetyo terwujud pada saat Yery dan Sulton ini mampir di Balikpapan. Di kota selicin minyak ini kedua penggemar durian ini tidak kesulitan untuk mendapatkan buah ini. Karena di Balikpapan Sulton sapaan akrab Edi Sulton mempunyai teman yang sama satu grup dengan Yery di FB Maniak Durian.
Di Balikpapan ada Hepi Eko Rahmanto, Kasiyo Shidy, Ijun Junaidi, Farid Wijaya, Mannix Mondoringin dan Nodi Fajar. Rasa penasaran Yery ini terbayarkan saat Yery dan Sulton ke kilo 24 Balikpapan. Ditempat ini Yery dan Sulton diajak Eko kekebun elai Lehek, seorang pria pekebun asal Sulawesi yang lama menetap di Balikpapan.
Di kebun inilah mereka mencoba berbagai jenis elai. Ada yang menarik bagi Yery ,“ini elai rasa hampir mirip durian manis dengan warna jingga, manis rasanya” terang Yery. Awal mula mencicipi elai. “Awalnya kaget sih, tanpa aroma, daging kesat manis daging lumayan tebal.
Bagi Yery elai ini cukup istimewa, pasalnya Yery pernah mendengar cerita dari orang di Jawa kalau rasa elai itu mirip ubi. “Setelah merasakan sendiri apa yang saya dengar dari cerita orang bahkan obrolan di grup FB kalau elai itu rasanya mirip ubi, mungkin elai yang mereka makan itu elai yang belum matang sudah dipetik. Pengalaman makan elai yang mirip ubi juga pernah dirasakan oleh Sulton.
”Awalnya saya dengar cerita dari orang yang pernah makan elai mereka bilang rasa elai hanya manis namun saat pertama kali makan elai di Tarakan saya menemukan rasa yang hambar seperti ubi, awalnya saya kecewa dan berkesimpulan elai itu kaya ubi. Namun setelah itu saya berkesempatan makan elai di Nunukan saya dapat yang manis dan puncaknya di kilo 24 Balikpapan ini saya menemukan elai yang manis dan tebal ada juga ada sedikit asamnya, bahkan ada yang manis gurih” terang Sulton.
Kesaksian Yery dan Sulton tentang gambaran rasa elai juga dibenarkan oleh Kasiyo Shidy. “Kalau ada bilang elai rasa ubi meka makan elai yang masih muda dipetik, di grup FB ada teman dari pulau Jawa yang bilang begitu namun tidak pernah saya tanggapi nanti ujung-ujungnya berdebat. Kalau sudah pernah mencicipi elai seperti om Sulton dan mas Yery kan tahu sendiri bagaimana rasa elai tapi ya itu jangan bandingkan elai dengan durian mereka punya selera lidah sendiri dan tertentu” ujar pria yang bermoyang dari Nganjuk Jawa timur ini.
Baunya Disukai Wanita
Dengan aroma yang tidak tajam seperti durian inilah elai banyak disukai kaum hawa, hal ini ada yang mengiyakan ada yang tidak. Salah satu yang tidak mengiyakan adalah Virly Safira. Maniak durian dari Sidoarjo suka elai karena khas. “Awal mula saya makan elai di Tarakan dan Samarinda rasanya ada yang mirip ubi dan hanya manis daging tipis, namun elai kiriman dari Edi Sulton ini lebih beragam rasanya dan tebal” tutur Virly.
Pengalaman pertama mencicipi elai dirasakan Lutfi Yuniarsih asal Pemalang. ” Pertama kali melihat di foto saya penasaran. Saya mencoba elai kiriman dari om Sulton. Kesan pertama kok dagingnya kesat tidak berbau seperti durian ternyata ini keluarga durian. Rasa manis kesat tidak beraroma tajam cocok bagi mereka yang tidak suka aroma menyengat dari durian” ujar wanita yang juga guru SMP ini. Selain Lutfi dan Virly, Teguh Raharjo penggemar durian asal Surabaya mengaku tiap musim dan beli elai untuk oleh-oleh. “Istriku senang sekali dengan elai, jadi tiap ke Balikpapan saat musim saya selalu beli buat oleh-oleh” ujarnya.
Keluarga Durian Lainnya
Selain mencicipi elai, Sulton juga berkesempatan mencicipi karantungan dan mahrawin, dua kerabat durian yang bernama latin durio oxleyanus, “jenis ini lebih wangi dan buah lebih kecil, aromanya tidak tajam seperti durian namun baunya wangi, daging berserat namun agak tipis. Kalau orang Jawa bilang nglangeni” ujarnya. Untuk membedakan antara karantungan dan mahrawin Ijun junaidi memberitahu perbedaanya.”Kalau karantungan daging putih agak pucat dan agak tipis dibanding mahrawin,tekstur juga lembut, kulit agak jarang dan kaku. Untuk mahrawin daging lebih kuning, tekstur lebih lembut beraroma green tea, duri agak rapat” terang sahabat karib Kasiyo ini.
Selain mencicipi elai, karantungan dan mahrawin. Edi Sulton juga mencicipi lahung yang dalam bahasa latinnya durio dulcis. “Keluarga durian jenis ini warnanya merah tua durinya lancip dan agak panjang lurus, baunya menyengat khas, rasa ada mintnya kuat aromanya,” jelasnya.
Hadepe – Edy S