SEMARANG (SUARABARU.ID) – Dewan Kesenian Kota Semarang (Dekase) menyebut, antusias masyarakat sangat tinggi dalam menyambut Panggung Budaya Rumah Kita yang diselenggarakan Dekase beserta Pemkot Semarang di enam wilayahdi Semarang.
Enam wilayah yang menjadi lokasi adalah Taman Tirto Agung Kecamatan Banyumanik, Kampung Nelayan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kampung Seni Budaya Jurang Belimbing Tembalang, Kampung Dongbiru, Kecamatan Genuk, Kampung Seni Budaya Gedong Songo Manyaran, dan Kampung Genuk Krajan, Kecamatan Candisari.
Bahkan, mayoritas masyarakat menginginkan acara bertajuk Sambang Seni Semarang 2023 itu, dapat menjadi angenda seni budaya masuk kampung secara rutin atau acara tahunan. Lokasinya pun bisa berpindah-pindah, di seluruh kelurahan di Kota Semarang.
Ketua Dekase, Adhitia Armitrianto, mengatakan, acara yang diselenggarakan secara keliling di enam kampung itu merupakan gebrakan ruang kesenian dan kebudayaan yang dilakukan bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang. Hal ini juga menunjukkan perhatian Pemkot Semarang akan seni budaya.
“Kampung-kampung itu menjadi kekuatan pengembangan seni. Seni mempersatukan bangsa dan membangun kampung-kampung seni budaya,” kata Adhit, ditemui di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Kota Semarang, Rabu (6/12/2023).
Awalnya, dia memikirkan pentingnya literasi seni budaya bagi masyarakat. Khususnya bagi masyarakat yang memiliki cerita sejarah untuk dikembangkan. Adhit menyebut, ide itu sejalan dengan pemikiran Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.
“Banyak seni baru yang ditampilkan telah mengedukasi masyarakat. Misalnya musik instrumental, banyak masyarakat yang bertanya-tanya, tetapi kalau tidak ada yang menjelaskan, masyarakat bakal tidak tahu,” kata Adhit.
Termasuk penampilan-penampilan lain, seperti musikalisasi puisi, teatrikal, dan pertunjukan bercerita yang membawa pesan penting kepada masyarakat, terutama anak-anak. Dia menyebut, karya-karya yang disuguhkan mayoritas ramah terhadap anak.
“Ada juga musisi muda yang membawakan lagu bahasa Inggris, mereka itu mengedukasi anak-anak akan pentingnya mengenal bahasa universal,” ujarnya.
Dia berharap, Pemkot Semarang kian meningkatkan perhatiannya terhadap dunia seni budaya. Sebagai lembaga yang mewadahi seniman-seniman, pihaknya akan mengawal dan memberikan pendampingan secara langsung.
Apalagi, lewat kesenian, pemerintah juga bisa menyampaikan atau mensosialisasikan program-programnya. Seperti dalam upaya pengentasan stunting atau pun program lain yang dapat menyentuh langsung ke masyarakat. Kesenian menurutnya media yang tepat untuk sosialisasi program.
“Kami akan berusaha lanjutkan acara ini tahun depan, bahkan sampai tingkat kelurahan dan bisa menjadi anggenda rutin. Kami juga ingin memberikan pendampingan kepada masyarakat akan pentingnya seni, Dekase Go To Village,” katanya.
Terpisah, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang, Anang Budi Utomo, mengapresiasi atas terselenggaranya Sambang Seni Semarang 2023. Pihaknya menyebut, pagelaran seni itu wajib diadakan secara berkelanjutan.
“Ke depannya karena pandemi Covid-19 sudah dinyatakan selesai, maka pagelaran atau Sambang Seni Semarang penting, dan saya pikir ini bagus apalagi antusias masyarakat sangat tinggi,” kata Anang.
Dia menyatakan, Panggung Budaya Rumah Kita telah direspon baik oleh masyarakat. Selanjutnya, kata Anang, yang perlu dilakukan antara Dekase dan Pemkot Semarang dengan menggandeng seniman adalah menciptakan pasar.
“Pasar sekarang ini harus diciptakan, maka kemasan seni budaya ini harus dibuat menarik. Ini akan lebih mudah mengembangkan dan melestarikannya kalau sudah ada penikmatnya di masyarakat,” katanya.
“Kalau sudah jadi penikmat sehingga biaya berapa pun mereka akan mengeluarkan. Di satu sisi seniman dengan sanggarnya siap, sisi lain penonton juga mau nanggap, arahnya seperti itu,” kata Anang, lagi.
Politikus Partai Golkar ini menilai, gelaran seni budaya ini menjadi proses awal yang harus lebih digeber untuk melestarikan kesenian dan kebudayaan yang dimiliki masyarakat.
“Namun, yang lebih penting adalah seni di masyarakat yang berkembang di situ apa, inilah yang harus digali. Jadi local wisdom dikembangkan, dilestarikan, diuri-uri kembali,” katanya.
Dia menjelaskan, produk seni budaya erat kaitannya dengan destinasi wisata. Selain pasar seni yang diciptakan, menurutnya, juga penting untuk menggeliatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Namanya produk seni budaya nanti ujungnya pariwisata, kalau sudah destinasi wisata akan terjadi multiplier effect, seperti UMKM. Ini akan menjadi pendobrak peningkatan laju pertumbuhan ekonomi,” katanya.
Seperti diketahui, Panggung Budaya Rumah Kita bertajuk Sambang Seni Semarang 2023 telah digelar di enam kampung selama November hingga Desember tahun ini.
Dalam pertunjukan yang disajikan menyesuaikan riwayat sejarah dari tiap kampung yang disinggahi. Terdapat seni tradisional, musik, teater, sastra, hingga film yang semua karya-karyanya asli seniman Kota Semarang.
Hery Priyono