blank
Para seniman muda Kota Semarang menjadi penampil dalam acara panggung budaya di halaman Kelurahan Genuksari, Kecamatan Genuk, Rabu (29/11/2023) malam. Foto: Dekase

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Nuansa sholawatan mengawali Panggung Budaya Rumah Kita di halaman Kelurahan Genuksari, Kecamatan Genuk, Rabu (29/11/2023) malam. Repertoar lagu qasidah yang diiringi Rebana Nurul Jadid Kampung Dong Biru ini membuka kali keempat pagelaran bertajuk Sambang Seni Semarang 2023.

Acara yang digagas Dewan Kesenian Kota Semarang (Dekase) dan Pemkot Semarang ini juga mempersembahkan sejumlah pertunjukan lain. Seperti tari, teatrikalisasi puisi, akustik, dan pemutaran film.

“Ini merupakan penghargaan bagi kami ketempatan menjadi tuan rumah pagelaran seni budaya di Kota Semarang,” kata Lurah Genuksari, Yatno, di sela-sela acara.

Selain Rebana Nurul Jadid, sesuai tujuannya, acara ini menggandeng potensi kesenian setempat lainnya. Yaitu Sanggar Kunza Art yang menampilkan tari Geol Denok dan tari Semarang Rumah Kita. Dua pertunjukan tari itu memukau masyarakat yang menonton.

“Mudah-mudahan nanti seni lainnya yang ditampilkan bisa menghibur warga,” ujarnya.

Yatno mengatakan, acara ini menjadi penghibur warga Kelurahan Genuksari seusai dilanda genangan air. Hal itu dibuktikan dengan makin banyaknya warga yang berdatangan.

Seperti diketahui, hujan deras yang mengguyur Kota Semarang pada hari Senin (27/11/2023) malam mengakibatkan sejumlah wilayah di Kota Semarang terdampak bajir, termasuk wilayah Genuksari, Kecamatan Genuk.

“Alhamdulillah warga pada menonton acara ini. Artinya merupakan apresiasi yang tinggi terhadap dunia kesenian,” katanya.

Penampilan selanjutnya dari Teater Gema yang mengusung Teatrikalisasi Puisi berjudul “Pelaksanaan Kata-kata”. Dilanjutkan suguhan Musik Instrumental dari Cakra yang membuat masyarakat keheranan.

Pasalnya dua pertunjukan itu dianggap awam dan jarang ditonton oleh masyarakat. Atraksi-atraksi dalam teatrikal maupun bunyi-bunyian yang dimainkan tidak ditemukan pada kesenian pada umumnya.

“Saya baru tahu kalau ada kesenian seperti itu, sempat mengira ada kesalahan teknis ternyata itu bentuk seni atau sesuatu yang baru. Namun, kalau saya tidak menonton tidak bakal tahu kreasi anak-anak sekarang,” kata Salim, warga setempat.

Sebelum berakhir, satu penampilan akustik asal Kota Semarang yaitu Formad mengajak penonton bernostalgia dengan lagu-lagu era 90an.

Dua pemutaran film berjudul “Kapok We” kreasi Setolic Production dan 9.11 produksi SMA Negeri 15 Semarang menjadi pamungkas acara.

Amelia Noviyanti (22), salah satu penari dari Sanggar Kunza Art mengaku Panggung Budaya Rumah Kita menjadi angin segar setelah dilanda pandemi Covid-19.

“Selama Covid-19 kami jarang berkesenian juga. Ini adalah wadah bagi kami untuk berkreasi kembali,” kata Amelia.

Dia berharap acara yang didukung penuh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang tersebut bersama para seniman Kota Semarang dapat dihelat kembali tahun depan.

“Dengan dukungan penuh ini, harapannya kesenian di Kota Semarang semakin maju, dan dilestarikan oleh para anak-anak muda,” ujarnya.

Perlu diketahui, Panggung Budaya Rumah Kita Sambang Seni Semarang 2023 ini akan digelar enam kecamatan. Dalam pertunjukan yang disajikan menyesuaikan riwayat sejarah dari tiap kampung yang disinggahi.

Sebelum di Kelurahan Genuksari, Kecamatan Genuk, pagelaran ini digelar di Kampung Nelayan Tambakrejo, Kecamatan Semarang Utara pada Minggu (5/11/2023), di Kampung Seni Budaya Jurang Blimbing Tembalang pada Minggu (12/11/2023), dan Taman Tirto Agung Kecamatan Banyumanik pada Minggu (26/11/2023).

Selanjutnya, akan diselenggarakan bergilir Kampung Seni Budaya Gedong Songo Manyaran, dan Kampung Genuk Krajan, Kecamatan Candisari.

Hery Priyono