blank

blankOleh: Amir Machmud NS

// tak cukupkah menggenggam percaya diri?/ saat harapan diapungkan/ dan mereka pula yang menguapkan/ ketika impian dibuncahkan/ dan mereka pulakah yang meluruhkan?//
(Sajak “Konfidensi Timnas”, November 2023)

PENINGKATAN dua elemen konfidensi permainan tim nasional pernah saya tangkap sebagai harapan berkat kehadiran Shin Tae-yong. Pertama, disiplin profesi dan mentalitas. Kedua, konsistensi merawat daya tahan fisik.

Hingga menjelang pertandingan Pra-Piala Dunia melawan Irak di Basra, 16 November lalu, modal kepercayaan diri itu masih saya harapkan bisa menjadi faktor pembeda.

Apalagi, pelatih asal Korea Selatan itu juga ditopang oleh “supporting factor” yang total diberikan oleh PSSI, yakni “toleransi waktu” untuk tidak segera divonis lewat evaluasi, dan proyek naturalisasi pemain sesuai dengan pertimbangan kebutuhan yang dia inginkan.

Bahkan realitasnya, inilah masa-masa ketika timnas ditaburi “pemain abroad” dalam pengertian selain produk naturalisasi juga beberapa yang memang bermain di liga-liga mancanegara.

Nah, nikmat apa lagikah yang kita dustakan?

Tentulah ruap optimisme patut mengembang. Maka, ketika skor kekalahan 1-5 dari Irak bagai “Mjolnir Thor” yang menggodam Asnawi Mangkualam dkk, pertanyaan prihatin pun segera mengusik: “modal konfidensi” apa lagi yang harus melengkapi untuk bisa bersaing di levelnya?

Sudah Tepatkah?
Apakah naturalisasi sebagai bagian dari fenomena interaksi global memang menjadi pilihan sikap pembinaan yang tepat? Terutama ketika dari sisi kuantitas serasa “menjadi-jadi”?

Mengambil para “pemain siap pakai” seperti pola naturalisasi tentu diharapkan memberi suntikan kekuatan timnas, dengan menambal “bolong-bolong kekurangan” yang dirasakan.

Di sisi lain, merawat komunikasi dan membina pemain diaspora seperti yang dilakukan di timnas U17 merupakan pilihan bijak, seperti perekrutan Welber Jardim, Amar Rayhan Brkic, dan Ji Da Bin.

Pada sisi yang lain lagi, “meningkatkan daya saing” pemain produk liga kita agar berdaya jual untuk bermain di klub mancanegara juga menjadi visi tak kalah penting. Dengan segala romantikanya, Saddil Ramdani menjadi andalan klub Sabah di Liga Malaysia, Asnawi Mangkualam di Liga2 Korea, dan Pratama Alif Arhan di Liga2 Jepang.

Dengan suntikan Sandy Walsh, Jordi Amat, Elkan Baggot, Shayne Pattinama, Rafael Struick, Ivar Jenner, dan Marc Klok, kita bahkan sempat berpikir pasukan STY ini merupakan deret pemain dan timnas terbaik kita dalam sejarah PSSI.

Ukuran Pra-Piala Dunia
Kalau Pra-Piala Dunia tahun ini tidak dijadikan ukuran untuk mengevaluasi kemajuan apa yang didapat, event apa lagi yang kita butuhkan untuk menilai masa depan timnas dan standar manajemennya?

Ingat, coach STY yang sejak 2020 mengarsiteki timnas, hingga kini belum memberi trofi apa pun. Kontribusi terbesarnya adalah menaikkan peringkat Indonesia di FIFA, dan meloloskan tim ke Piala Asia.

Satu hal yang bisa dipetik adalah budaya disiplin, karakter, dan konfidensi, walaupun belum signifikan tertransformasi ke permainan timnas.

Anda pasti paham titik-titik lemah timnas sejauh ini, yang dalam laga melawan Irak dan Filipina belum juga hilang, yakni “mudah kehilangan fokus bermain”.

“Penyakit” ini tampak dalam manajemen permainan di lapangan; mulai dari “kebiasaan” salah umpan dan mudah kehilangan bola, juga kelemahan dalam sikap transisional: dari menyerang ke bertahan, dari bertahan ke menyerang.

STY belum bisa meniadakan titik-titik lemah itu, yang mestinya menjadi bagian dari “ekosistem permainan”.

Kita masih berharap — dan untuk kali kesekian berharap –, Maret dan Juni 2024 nanti dalam lanjutan Pra-Piala Dunia melawan Irak, Filipina, dan Vietnam, terjadi pemulihan dari apa yang dipertontonkan dalam kekalahan 1-5 dari Irak dan imbang 1-1 melawan Filipina.

Nah, kesiapan dan kepercayaan diri seperti apa yang masih bisa ditawarkan oleh coach Shin?

Mudah-mudahan ini bukan “tapak jalan” timnas, yang dalam sepanjang perjalanan sejarah hanya membuncahkan harapan dan impian, lalu serta merta meluruhkannya…

Amir Machmud NS; wartawan suarabaru.id dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah