Ilustrasi. Reka: wied

MENJELANG musim Pilpres, asyik juga membahas ilmu titen yaitu kebiasaan yang dicatat dan diingat para sesepuh siapa yang nanti akan kejatuhan pulung atau wahyu kepemimpinan.

Menurut ilmu titen, ketika Allah sudah berkehendak, sinyalnya dapat dibaca pada alam, melalui  isarah hati, impian yang dialami calon dan tanda-tanda alam, hewan, tumbuhan, yang ada di sekitar rumahnya.

Satu dari sekian tanda siapa kandidat yang nanti menang, itu ditandai siapa yang paling berbakti, dekat dan disayang ibunya. Menurut dhawuh para sesepuh: Sapa sing ndadekke Ibune kaya ratu, mangka uripe kaya ratu, lan sapa sing ndadekke ibune kaya batur, mangka uripe ya kaya batur.

Artinya: Siapa yang menjadikan Ibunya seperti ratu, maka hidupnya seperti ratu, dan siapa yang menjadikan Ibunya seperti pembantu, maka hidupnya pun seperti pembantu.

Sedangkan tanda dari calon yang nanti kalah, biasanya mereka yang masih memendam dendam, karena dendam itu ibarat batu yang terikat di kaki yang menyebabkan seseorang tidak mampu  meloncat atau terbang tinggi.

Selain tanda-tanda tersebut, sebagian besar orang Jawa memercayai ramalan Jayabaya yang dikenal dengan Notonogoro. Konon, dalam ramalan Jayabaya, pengganti Presiden Joko Widodo itu disebut Satriya Piningit.

Konsep Natanegara (baca Notonegoro) adalah urutan nama-nama yang  memimpin Indonesia. Pergantian Presiden kini sudah mulai othak-athik siapakah Presiden setelah masa pemerintahan Jokowi?

Secara alamiah, warga mulai “mengelus” sejumlah figur yang mulai diraba-raba untuk calon Presiden, meski sampai saat ini belum satu pun nama yang merujuk dari semua partai politik yang dilakukan saat ini baru sebatas meraba-raba.

Pilkada, Pilpres?

Ilmu titen tercipta karena masyarakat zaman dulu punya ingatan kuat dan budaya menulis masih minim. Tentu, tak ada rumus benar 100 persen, jadi jangan buru-buru memvonis takhayul atau syirik.

Soal “tanda-alam” seperti gelas dan piring di rumah calon yang jatuh, lalu pecah berantakan itu pendekatan nalarnya menunjukkan vibrasi di rumah itu kurang bagus hingga memengaruhi orang yang ada di dalamnya kurang tenang, hingga membawa barang pun mudah terjatuh.

Soal kupu masuk rumah? Kupu hewan yang kodratnya senang tempat yang indah dan wangi, termasuk bunga. Hewan memiliki indra tajam. Hewan lain juga punya instink yang sama?

Di Thailand, sebelum tsunami datang, gajah-gajah sudah berlarian ke gunung, sedangkan manusianya tidak mampu menangkap sinyal akan adanya bahaya, hingga banyak korban berjatuhan.

Soal kecoa? Itu hewan yang hobinya mangkal  disekitar tempat yang kotor : WC, got atau comberan. Bisa saja rumah calon yang kurang bersih secara batin itu menyebabkan para kecoa menyukainya.

Sinyal Mimpi

Soal impian, baik atau buruk itu menunjukkan kondisi batin calon. Jiwa yang tenang memengaruhi ide dan kebijakan. Impian buruk menunjukkan sedang ada masalah pada fisik dan psikisnya, karena impian adalah sisa-sisa pikiran menjelang tidur.

Maka, orang yang jiwanya sedang resah, kacau, saat tidur pun mimpinya kurang nyaman, misalnya berjalan pada tebing terjal dan tebingnya longsong, dikejar-kejar serigala, dsb.

Menjelang Pilkada banyak orang yang pada sensitif. Dan inilah saat yang tepat untuk membikin status penuh kontroversi. Hewan memiliki indra yang lebih tajam dari manusia dan dia mampu menangkap sinyal alam dan hal yang akan terjadi.

Misalnya angsa sering dipakai untuk radar karena ketajaman indranya, kupu-kupu, samber lilen, juga hewan yang mampu menangkap sinyal alam, burung perkutut kalau akan terjadi sesuatu yang kurang baik pada majikannya.

Burung itu gelisah dan ngablak-ngablak dalam sangkarnya, maka orang zaman dulu memelihar perkutut untuk radar. Kenapa? Hewan itu tidak punya dosa, jadi wajar jika lebih peka dengan tanda-tanda alam dibanding manusia.

Alam itu cerdas, dan tergantung bagaimana kita menangkap tanda-tanda, dan itu bisa dibuktikan, walau ada yang mengatakan tahayul, bidah, bahkan musrik.

Sejarah berdirinya Majapahit, Diah Sang Ramawijaya, sebelumnya bermimpi dinaungi bulan. Nabi Yusuf AS sebelum menjadi Raja Mesir, sebelumnya juga bermimpi melihat rembulan bersujud kepadanya.

Oleh sebagian kalangan, mimpi adalah bagian dari petunjuk apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Tentang indera keenam ini oleh sebagian kalangan dianggap kontroversial, dan karena itu saya tertarik menulis berdasarkan pengalaman saya. (Bersambung)

Ahmad Masruri, penulis buku, praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan Cluwak Pati