blank
Ilustrasi. Reka: wied

Oleh Marjonoblank

SAAT ini tengah terjadi pergeseran dalam gaya kepemimpinan seiring dengan perkembangan teknologi yang mengubah pola kehidupan manusia di seluruh belahan dunia. Tidak ada batas minimum bagi pemuda mendapat amanah besar di kursi pengambil kebijakan dan pada level strategis di dalam pemerintahan.

Indonesia dihadapkan dengan beragamnya masalah yang makin menantang dan kompleks. Level kepemimpinan lintas sektor sudah harus berani memberikan ruang berkembang dan bertumbuh bagi calon pemimpin di berbagai sektor, tidak hanya di level pemerintah saja, tetapi juga perusahaan atau organisasi lainnya. Generasi milenial yang berpotensi, perlahan sudah harus diberikan kesempatan dalam ruang formal untuk mengambil peran sebagai policy maker.

Konsep leadership sekarang berfokus pada keterlibatan tim, kemampuan individu, keterampilan memotivasi dan pabrikasi ide-ide super kreatif. Hal ini akan menghasilkan budaya kerja yang terbuka, transparan dan inovatif. Yang pasti, para pemimpin milenial saat ini mayoritas sudah menggunakan teknologi dalam menjalankan aktivitas pekerjaannya. Seakan, teknologi sudah tidak terpisahkan lagi dalam pemerintahan, perusahaan, organisasi, komunitas atau project yang mereka pimpin.

Millenial leader yang agile (tangkas) berhasil mengajak organisasinya dengan cepat mengakomodasi perubahan. Respons yang dimiliki oleh tipe kepemimpinan digital jauh lebih cepat dibandingkan pemimpin yang gagap teknologi atau tidak mengikuti tren teknologi terkini.

Berdasarkan laporan terbaru Hootsuite (We Are Social): Indonesian Digital Report 2023, mencatat pengguna Internet: 5,16 miliar (naik 98 juta atau 1,9% dari tahun 2022). Pengguna Media Sosial Aktif: 4,76 miliar (naik 137 juta atau 3% dari tahun 2022). Angka ini sekurangnya menunjukkan pentingnya dan semakin menguatnya tren digital leadership.

Kepemimpinan kaum muda memungkinkan organisasi pemerintahan ataupun swasta saat ini untuk meningkatkan kapasitasnya dalam mengimbangi berbagai percepatan dalam dunia industri dengan penuh percepatan karena hadirnya teknologi di semua lini. Dari pengamatan berbagai macam sumber, terdapat lima dimensi dari kepemimpinan kini.

Pertama adalah kompetisi, bagaimana pemimpin muda membaca dan merespons tantangan bangsa terhadap iklim kompetisi yang ketat dan semakin kompleks. Kedua, hierarki. Pemimpin di sini pada pengambilan keputusan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh anggota organisasi dalam menentukan langkah yang dipilih.

Ketiga adalah pengembangan talenta di bidang teknologi, pemimpin memanfaatkan talenta individu agar dapat terus mengeksplorasi dan memaksimalkan penggunaan potensi guna memaksimalkan kemajuan teknologi di setiap bidang yang relevan. Di sini pemimpin bisa menempatkan dirinya sebagai coach, mentor, leader, dan kawan baik bagi anggota organisasinya.

Keempat, hiper-konektivitas. Kondisi ini memungkinkan kepemimpinan yang berjejaring dari level mikro hingga makro, dimana keberadaan dan pemanfaatan teknologi merupakan hal utama bagi organisasi untuk dapat mengembangkan secara masif ekonomi dan berbagai sektor lainnya. Kelima adalah transparansi. Mengedepankan komunikasi terbuka (open) dan kejujuran (honest). Kepemimpinan yang baik selalu dimulai dengan komunikasi yang baik, hal ini dibangun dengan kebiasaan berkata jujur dalam berpikir dan berpendapat.

Perubahan selalu berawal dari hal yang paling kecil dan butuh proses. Terkadang, kita tidak sabar untuk meraih hasilnya sehingga menjadi tergesa-gesa dan hasilnya pun tidak maksimal. Bergeraklah pelan, namun tetap progresif. Akan ada momennya ketika kita ingin bergerak ke arah yang lebih besar.

Walau begitu, siapapun yang ingin diberikan amanah besar sebagai pemimpin tentunya harus mampu memantaskan diri terlebih dahulu. Kapasitas, kompetensi, daya saing, jam terbang, sikap dan keterampilan menentukan tingkat kepantasan pemuda dalam menjadi pemimpin jaman kini. Mungkin bahasa premannya, ‘harus tahu diri’ sebelum mengambil peran lebih jauh sebagai seorang pemimpin.

Kita berpengharapan besar pada pemimpin yang cakap melayani rakyat. Kemana-mana harus dikawal dengan protokoler yang fleksibel. Pemimpin yang tidak antikritik.. Tetap bersenyum ketika dikritisi oleh bawahan dan rakyatnya.

Tiga Hal Besar

Pemimpin yang selalu hadir di tengah-tengah rakyat sehingga tak membuat jarak dengan rakyatnya. Egaliter banget. Seorang Manager ketika ada stafnya, mereka selalu mampu menjawab, dan ketika stafnya menghadapi persoalan, maka Ia selalu hadir memberikan solusi. Pemimpin itu Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani, yaitu pemimpin harus di depan memberi teladan, di tengah bersama-sama bekerja dan memberikan ide/prakarsa, dibelakang memberikan dorongan serta arahan kepada stafnya.

Pemimpin tanpa perlu popularitas, bukan sekedar pencitraan semata tapi lebih ada aksi nyata untuk memberikan perubahan berarti kehidupan rakyatnya agar makin sejahtera. Rakyat selalu diberikan kail, tanpa dimanjakan dengan ikan tanpa pamrih kepemimpinannya dikenang karena selalu menyenangkan rakyat setiap saat. Ada keberanian untuk mengambil risiko dari kebijakan yang dikeluarkan. Pemimpin ini cenderung tak ingin selalu nyaman di zonanya, dan tak takut pada perubahan dan tantangan. Pemimpin itu harus jujur, apa adanya dan objektif.

Maka kemudian penting atas pemimpin visioner adalah pemimpin yang mempunyai suatu pandangan visi, misi yang jelas dalam organisasi. Model kepemimpinan ini haruslah cerdas dalam mengamati (memprediksi) suatu kejadian di masa depan dan dapat menggambarkan visi misinya dengan jelas. Pemimpin demikian juga harus dapat membangkitkan motivasi serta imajinasinya, untuk membuat suatu organisasi lebih hidup, menggerakkan semua komponen yang ada dalam organisasi agar organisasi berkembang.

Perlu 3 hal besar dipunyai seorang pemimpin visioner, yakni menyangkut moralitas, karakter, dan integritas. Moralitas. Hal pertama yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah moral yang baik. Peduli terhadap stafnya, tepo sliro, tak pernah lelah membimbing stafnya yang mengalami kesulitan dalam pekerjaan. Akan lebih keren kalau taat beragama. Segala sesuatu yang ia lakukan selalu merasa diawasi sehingga akan takut melakukan hal-hal yang negatif dan merugikan organisasi dan rakyat.

Karakter. Pemimpin visioner dalam mengejawantahkan setiap pemikirannya harus ditunjang dengan karakter yang baik. Pekerja keras, tangguh menghadapi masalah, ulet, gigih dalam menghadapi tantangan yang ada, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.

Integritas. Integritas ini, juga tercermin dari keberanian pemimpin untuk jujur kepada staf atau rakyatnya. Korupsi? Sudah tidak zamannya lagi. Memang, pembangunan integritas bukan hal yang mudah dilakukan, tetapi juga bukannya tidak bisa dilakukan. Tinggal bagaimana memantapkan niat dan itikad baik untuk berani mengatakan yang benar adalah benar dan mengatakan yang salah dengan cara-cara yang benar, agar nampak jelas mana yang benar dan mana yang salah.

Jika kaum muda ingin menyosokkan dirinya sebagai pemimpin masa mendatang, harapannya hanya sebatas urun rembug bagi kaum muda saat menyiapkan diri pada kompetisi calon pemimpin pada domain apa pun, kapan pun.

Marjono, Kepala UPPD/Samsat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah