blank

Dalam Kitab Taisirul Kholaq Karya Hafidz Hasan al-Mas’udi, bab adab guru dijelaskan bahwa guru adalah penuntun murid untuk menyempurnakan ilmu dan makrifat. Syarat menjadi guru memiliki sikap terpuji sebab ruh murid masih lemah dibandingkan gurunya, apabila guru bersifat sempurna, murid akan menyesuaikan diri dengan gurunya. Maka seorang guru mestinya bertaqwa, tawaddu (merendahkan diri), lemah lembut, agar murid simpatik padanya, maka akan bermanfaat untuk murid tersebut, seorang guru juga harus bijaksana, sopan santun supaya murid mengikutinya, disamping itu harus ada rasa kasih sayang pada murid agar menyukai apa yang diajarkan, dan gurupun selalu menasehati dan mendidik kesopanan serta memperbaiki adab muridnya dan tidak membebankan mereka suatu pemahaman yang tidak mampu mereka pikirkan.

Berdasarkan pernyatan al Mas’udi diatas, dalam lingkup universitas seorang dosen memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan pengaruh terhadap mahasiswanya, terutama dalam meraih ilmu yang baik. Di usia mahasiswa yang dalam tahap transisi cenderung memiliki jiwa yang lebih lemah, sehingga perlu dibimbing dan arahan yang baik. Bahkan, sifat dan karakteristik dosen akan sangat mudah diikuti oleh para mahasiswanya. Oleh karenanya, mahasiswa diharapkan memiliki sifat dan karakteristik yang baik.

Perubahan merupakan hakikat tujuan adanya pendidikan yang diperuntukkan kepada diri mahasiswa agar menjadi lebih baik. Untuk meraih ke perubahan baik itu, maka  diperlukan relasi antara dosen dan mahasiswa. Dalam relasi ini dosen harus memberikan kasih sayang yang tulus, penuh kelembutan, dan tidak memposisikan murid seperti anak orang lain. Jika ini dilakukan, maka perubahan menuju kebaikan akan lebih optimal.

Dalam konteks ini, al-Mas’udi menjelaskan guru haruslah orang yang bertaqwa dan ramah agar mendapatkan simpati, sabar dan berwibawa agar dicontoh dan diikuti para muridnya dan harus sayang kepada murid agar semakin besar perhatian dan kecintaan mereka terhadap apa yang disampaikan kepada mereka. Guru tidak hanya sebatas sebagai orang yang mentransformasikan pengetahuan, tetapi seringkali dipersonifikasikan sebagai model, contoh, panutan. Bahkan, pada titik tertentu, guru dipersepsikan sebagai orang yang sempurna. Persepsi ini tidak hanya oleh para muridnya, tetapi juga masyarakat sekitar.

Dalam konteks relasi dosen dan mahasiswa harus ada hubungan kasih sayang sebagaimana kakak dan adik. Dosen akan selalu memperhatikan perkembangan psikologi dan pengetahuan mahasiswanya. Curhat dan keluh kesah mahasiswa akan selalu didengar dan diperhatikan, tak terkecuali pada aspek pengetahuan.

Pola ini akan berimplikasi pada perkembangan psikologi mahasiswa menjadi terlatih, di satu sisi, dan pengetahuan mahasiswa juga semakin berkembang, di sisi yang lain. Dan relasi dosen dan mahasiswa itu sebagaimana hubungan sesama kawan, setara dan tidak ada yang saling melebihi.

Dosen menjadi fasilitator atau mitra, yang mengungkap dan memberikan inspirasi dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Dalam relasi ini, reproduksi pengetahuan semakin berkembang dengan pesat, karena satu sama lain akan terus melahirkan kreativitas dan pengetahuan yang beragam.

Oleh: Lela Zumala Rofiqoh (Sekretaris Lembaga Kajian dan Pengamalan Nilai Nilai Islam Unissula)