blank
Urban farming di sekolah Nusaputera memperlihatkan inovasi teknologi Apenta Phoenix yang menyiram tanaman secara otomatis ketika suhu di dalam green house lebih dari 37 derajat celcius, Rabu (25/10/2023). Foto: HP

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengaku bangga dengan ide brilian dan inovasi anak-anak muda di bidang pertanian. Hal ini disampaikannya usai melakukan Kick Off Urban Farming di Sekolah Nusaputera.

“Saya mengapresiasi sekolah Nusaputera yang bisa memfasilitasi siswa untuk menelurkan ide brilian dan inovasinya di bidang teknologi pertanian,” katanya, Rabu (25/10/2023).

Salah satu inovasi yang dibuat para siswa adalah Apenta Phoenix. Di Sekolah Nusaputera, terdapat greenhouse, tempat anak-anak belajar urban farming dengan menanam selada, dan melon yang ditanam dengan sistem hidroponik.

Adapun inovasi teknologi Apenta Phoenix ini merupakan pengatur suhu, yang apabila suhu di dalam green house lebih dari 37 derajat celcius maka secara otomatis akan menyemprotkan air dan menyiram tanaman.

“Ini urban farming yang begitu modern. Tadi ada hidroponik yang menggunakan teknologi Apenta Phoenix, yang jika suhu dalam ruangan panas akan ada sprayer-nya,” kata Wali Kota.

Tak hanya itu saja, inovasi lain yang diperlihatkan dalam acara tersebut adalah teknologi sensor tanah juga yang dikembangkan di sekolah Nusaputera.

“Sensor tanah ini bisa melihat PH atau unsur asam tanah. Secara otomatis sensor akan mengecek tanah kering, kemudian jika tanah kering maka air akan mengalir ke tanah melalui pipa-pipa,” katanya.

Di sini, lanjutnya, ada juga melon hidroponik. Mereka juga menggunakan sistem digital, dengan QR code mengenalkan pengetahuan tanaman yang dipadukan dengan teknologi.

“Anak-anak diajari dari hulu ke hilir, mereka diajari menanam hingga mengolah makanan. Bahkan mereka menjual produk olahannya dengan beragam bahasa, ada bahasa Jawa, China, Bahasa Inggris,” katanya.

Tak sampai di situ, ada juga penggunaan aplikasi My Nusaputera dimana para siswa menjual hasil olahan dan bisa pesan antar melalui aplikasi. Menariknya, transaksi penjualan tersebut menggunakan cashless dengan QRIS.

“Luar biasa penggunaan teknologi di sini. Jika dikembangkan lagi, ini bisa jadi laboratorium hidup dan percontohan sekolah lain. Bahkan bukan hanya anak-anak saja tapi kelompok tani, kelompok wanita tani, dan petani milenial bisa belajar di sini,” katanya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Perguruan Nusaputera, Ridwan Sanjaya, mengatakan, sekolah Nusaputera memiliki jenjang pendidikan dari playgroup hingga sekolah tinggi.

“Kita juga punya sekolah menengah kejuruan yang ada bidangnya teknologi. Sehingga teknologi-teknologi yang diceritakan merupakan pengembangan yang dilakukan SMK Nusaputera,” katanya.

Menurutnya, pengembangan teknologi ini merupakan kolaborasi dengan berbagai pihak. Salah satunya, kolaborasi dengan PT Dunia Bayar Indonesia yakni perusahaan software dan menghasilkan aplikasi My Nusaputera.

“Kami mengajarkan dari sisi kewirausahaan agar berkembang, tapi juga dari sisi literasi. Literasi terkait urban farming, literasi terkait digital, termasuk keuangan digital. Sehingga anak-anak sudah mendapatkan pengetahuan itu sejak dari playgroup, TK, SD, SMP, SMA dan sekolah tinggi,” katanya.

Hery Priyono