BBPJT gandeng generasi muda gelar ‘Diskusi Bahasa dan Sastra dalam Industri Kreatif’. Foto: Ning S

Dikatakan bahwa industri kreatif itu penting, karena industri kreatif merupakan salah satu tuntutan generasi abad 21 yang berbasis dengan kreativitas dan memerlukan penggunaan bahasa dengan benar.

Diiharapkan kedepan melalui kegiatan ini ada sektor-sektor baru yang didapat dari pemikiran-pemikiran kreatif yang mungkin akan hadir.

“Anak-anak itu kadang masih mengabaikan, mereka menggunakan cakapan sehari-hari ke dalam situasi formal, itu yang masih perlu untuk disosialisasikan,” tandasnya.

Salah satu narasumber dari Sineas, Ratmurti Mardhika mengungkapkan, ada hubungan erat antara sastra dan film, yang dua-duanya ditulis dari ide.

Menurutnya, film atau sinema tak lepas dari sastra. Jika film tidak ditulis dengan baik, sastrawinya tidak keluar, dipastikan filmnya tidak akan baik.

“Banyak film yang awalnya dari cerpen, novel, hingga bahasa daerah, yang mana nilai jualnya lebih tinggi jika menggunakan bahasa daerah. Karena ide atau tema di daerah banyak yang kita angkat sebagai film, yang didalamnya ditampilkan geguritan, dan lainnya,” jelas Ratmurti.

“Saya yakin dengan menggali film yang kita punya akan seksi dijual, seperti film berbahasa daerah yang sedang marak. Jika aktingnya orang Jawa pakai bahasa lain agak aneh. Tapi jika memakai bahasa sendiri lebih enak,” tukasnya.

“Karena peserta diskusi menyasar anak muda, saya berharap ada banyak produksi dihasilkan dari kalangan muda yang mengangkat bahasa daerah menggunakan bahasa mereka sendiri, dengan tidak melepas kebudayaan yang melekat pada dirinya,” ucap Ramurti.

Ning S