blank
Didampingi Kalapas Semarang, Tri Saptono Sambudji dan para Kepala UPT Karesidenan Semarang, Dhahana meninjau pembinaan kemandirian di LPK Bina Mandiri L'Pane, Lapas Semarang. Foto: Dok/Lapas

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Semarang mendapat kunjungan dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Hak Asasi Manusia (HAM), Selasa (26/9/2023).

Kunjungan Direktur Jenderal (Dirjen) HAM, Dhahana Putra ini dalam rangka pelayanan kepada warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lapas Semarang yang berorientasi pada pelayanan humanis.

Didampingi Kalapas Semarang, Tri Saptono Sambudji dan para Kepala UPT Karesidenan Semarang, Dhahana meninjau pembinaan kemandirian di Lapas Semarang yang telah resmi menjadi LPK Bina Mandiri L’Pane.

“Alhamdulillah selama ini seluruh kegiatan pembinaan kemandirian berjalan baik, semoga bisa menjadi ladang amal kita sebagai petugas pemasyarakatan,” ujar Tri Saptono.

Dalam kesempatan ini Dhahana bersama tim meninjau berbagai unit kerja yang ada di LPK Bina Mandiri Lapas Semarang. “Setelah berkeliling di beberapa unit, saya melihat warga binaan disini sangat produktif dan menghasilkan banyak karya, seperti kaligrafi, batik tulis, boneka, dan lainnya,” kata Dhahana.

Dhahana berharap dengan adanya kegiatan kemandirian, warga binaan setelah bebas nanti menjadi insan yang lebih mandiri dan bertanggung jawab terhadap kehidupannya, maupun keluarga.

Kepala Bidang Kegiatan Kerja, Susi Andriany menyebut, dengan dibentuk dan diresmikannya LPK Bina Mandiri sebagai lembaga pelatihan kerja diharapkan warga binaan nantinya bisa membuka usaha sendiri dari bekal keterampilan yang mereka peroleh dari pembinaan kemandirian di Lapas Semarang.

“Ini adalah bentuk upaya Lapas Semarang dalam meningkatkan keterampilan dan kompetensi warga binaan, agar kelak setelah mereka bebas, mampu membuka usaha sendiri dari bekal keterampilan yang mereka peroleh di Lapas,” jelasnya.

Salah satu warga binaan kasus bom Bali, Abdul Ghoni merasa bersyukur bisa mendapatkan pembinaan kemandirian di Lapas Semarang.

“Dulu saya tidak bisa membuat kaligrafi. Namun setelah di sini saya dilatih oleh instruktur maupun pekerja senior. Mereka dengan sabar membimbing dan membagikan ilmu dan pengalamannya, hingga saya bisa membuat seni kaligrafi ini,” ucap Abdul Ghoni.

Menurutnya, bukan hanya seni kaligrafi, tapi juga tokoh-tokoh terkenal maupun pewayangan. “Salah satu karya saya adalah tokoh wayang kresna yang dibuat untuk cinderamata dari Lapas Kelas I Semarang untuk Dirjen HAM,” ujarnya.

Ning S