blank
Lestari Moerdijat. Foto: lmc

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat mengatakan, pentingnya membangkitkan kembali nilai-nilai kebangsaan masyarakat Aceh, dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan saat ini.

”Kita harus membangkitkan kembali memori, bahwa Aceh memainkan peran penting yang luar biasa, pada proses terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam upaya mempertahankan nilai-nilai kebangsaan kita,” kata Lestari, pada Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, bertema ‘Sejarah dan Peran Aceh dalam Pembentukan NKRI’, di hadapan Civitas Akademika Universitas Syiah Kuala, Aceh, di Banda Aceh, Rabu (6/9/2023).

Hadir pada acara itu antara lain, Prof Dr Ir Marwan (Rektor Universitas Syiah Kuala), Drs H Sulaiman Abda MSi (Anggota Majelis Tuha Puet Wali Nanggroe), Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Aceh, dan para mahasiswa Universitas Syiah Kuala Aceh.

BACA JUGA: Mulai 17 September 2023, KAI Beri Diskon 20 Persen untuk Penumpang Disabilitas

Masyarakat Aceh, menurut Lestari, sejak masa lalu sudah ditanamkan nilai-nilai yang saat ini terkandung dalam empat pilar kebangsaan.

Sejak kecil, tambah Rerie, sapaan akrab Lestari, anak-anak Aceh sudah diajari membaca, diawali dengan membaca Alquran.

Di Aceh pula, tegas Rerie, yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, sejak masa lalu sudah melahirkan pemimpin-pemimpin perempuan, para sultana, yang melakukan perlawanan terhadap para pendatang, yang mencoba menjajah negeri ini.

BACA JUGA: Kemenag Buktikan Komitmen Pemerintah untuk Tingkatkan Layanan Keagamaan

Nilai-nilai kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, tambah anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem itu, sudah diterapkan di Aceh sejak masa lalu, sekaligus membawa kebesaran Aceh.

Menurut Rerie, catatan perjalanan sejarah Aceh merupakan bagian penting dari sejarah bangsa Indonesia, dalam proses pembentukan NKRI. Bahkan nilai-nilai yang diterapkan pada masyarakat Aceh sejak masa lalu, juga terkandung pada empat konsensus kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.

Rerie menilai, dengan berbagai perubahan yang terjadi saat ini, sudah seharusnya setiap warga negara memiliki pemahaman terhadap nilai-nilai kebangsaan yang kuat. Hal itu untuk menghadapi sejumlah tantangan itu.

BACA JUGA: UKM  Fasilitasi Mahasiswa Unissula Kembangkan Minat dan Bakat

Bagi masyarakat Aceh, dengan membangkitkan nilai-nilai luhur yang dimiliki, seharusnya lebih siap menghadapi berbagai tantangan yang ada saat ini.

Pada kesempatan kunjungan ke Universitas Syiah Kuala, Rerie juga mengunjungi Pusat Riset Atsiri (Atsiri Research Centre/ARC), lembaga yang menjadi bagian dari Universitas Syiah Kuala.

Menurut Direktur Riset ARC, Dr Syaifullah Muhammad, Pusat Riset Atsiri melakukan penelitian sekaligus pengembangan minyak nilam, siri, gaharu, dan kayu manis, untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan parfum dan kosmetika.

BACA JUGA: BKBH FH USM Berikan Penyuluhan Hukum di Desa Kalisidi

Dalam tahapan pengembangan minyak atsiri itu, Universitas Syiah Kuala bekerja sama dengan sejumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Aceh, yang sebagian produknya sudah diekspor ke luar negeri.

Menurut Rerie, upaya yang dilakukan Universitas Syiah Kuala ini, merupakan realisasi dari nilai-nilai yang diamanatkan UUD 1945, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Riyan