WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Guna memastikan penguatan pelaksanaan kegiatan intervensi pencegahan dan percepatan penurunan stunting, Pemkab Wonosobo kembali menggelar rembuk stunting jilid II yang melibatkan Camat, Kepala Desa, Lurah dan Bidan Desa, di Pendopo Bupatu setempat.
Diperlukan kerjasama yang baik antara semua pihak, untuk merealisasikan program pencegahan stunting dengan optimal, sehingga target penurunan stunting dapat tercapai, termasuk dengan mengaktifkan kembali program Jogo Tonggo guna mengentaskan permasalahan stunting ini.
Kontribusi penurunan prevalensi stunting dari berbagai pihak sangat diperlukan guna mencapai target tersebut, sekaligus mewujudkan tujuan utama kita yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Sebagaimana ditegaskan Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat, guna mencapai target penurunan stunting, dia mengajak tim percepatan penurunan stunting untuk bekerja lebih keras, saling berkoordinasi, kolaborasi, koneksitas dan saling perkuat komitmen. Juga perkuat kemitraan dan sinergitas antar seluruh pemangku kepentingan.
Melalui rembug ini diharapkan dapat meningkatkan komitmen semua pihak, sehingga upaya konvergensi dalam rangka penanganan stunting dapat secara efektif mencapai tujuan, seiring pelaksanaan komitmen bersama yang sinergis.
“Selain itu, saya harap upaya konvergensi bersama ini mampu mencegah munculnya lebih banyak permasalahan stunting, jangan sampai ada kasus stunting baru di kabupaten kita, sebagaimana cita-cita kita semua untuk mewujudkan zero new stunting,” ungkap Afif.
Pihalknya menambahkan, semua pihak harus meningkatkan komitmen dalam menanggulangi permasalahan stunting bersama-sama, serta program yang telah dirancang mampu direalisasikan dengan baik.
Diharapkan dengan jalannya program dan kerjasama sinergis, dapat berkontribusi untuk mencapai target 14 persen stunting pada tahun 2024, bahkan untuk mewujudkan Wonosobo menuju zero new stunting.
Komitmen Bersama
Pemkab Wonosobo sangat mengapresiasi dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya, kepada seluruh pihak yang telah mendukung upaya penurunan stunting, baik BUMN, BUMD, Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, swasta, komunitas, dan masyakat.
“Saya minta Kepala Desa dapat terus berkomitmen dalam pengentasan stunting dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di wilayahnya, salah satunya melalui dukungan anggaran untuk pemberian intervensi penanganan stunting, baik sensitif maupun spesifik,” paparnya.
Sementra itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak (DPPKBPPPA), Dyah Afif Nurhidayat menjelaskan, kegiatan rembug stunting adalah salah satu langkah penting yang harus dilakukan pemerintah daerah untuk memastikan pelaksanaan rencana kegiatan, intervensi pencegahan dan penurunan stunting yang terintegrasi antara OPD penanggung jawab layanan.
Penurunan angka stunting di Wonosobo memang cukup konsisten. Dia berharap komitmen, dukungan dan kerjasama seluruh lintas sektor serta komitmen dalam mendukung program aksi percepatan penurunan stunting terutama para Kades dan Bidan Desa yang langsung berperan penting.
“Sesuatu tema Rembuk stunting ‘Kabupten Wonosobo Menuju Zero New Stuntung’ ini merupakan salah satu upaya evaluasi dan menemukan strategi dalam penurunan stunting,” pintanya.
Lebih lanjut, mengapa perlu adanya Rembug Stunting jilid II tentunya untuk mewujudkan satu data penanganan stunting. Mengefektifkan progress penanganan stunting dan evaluasinya Menguatkan gotong royong penanganan stunting.
Mengefektifkan aksi penanganan intervensi spesifik dan sensitif oleh desa, kecamatan, perangkat daerah dan stake holder lainnya. Serta menjawab tantangan dan mencipta solusi permasalahan penanganan dan pencegahan stunting.
“Berdasarkan prevalensi stunting hasil penimbangan serentak bulan Februari 2023 Wonosobo di angka 15.97. Untuk wujudkan prevalensi stunting <14 persen bebas zero new stunting semua desa bebas stunting di 2024. Perlu semangat dan komitmen gotong Rmroyong atasi stunting,” katanya.
Empat Tahap
Rembug Stunting kali ini lebih mengerucut lagi, yang diundang adalah para pemangku kebijakan dibawah seperti Kades, Lurah, Bidan dan kepala Puskesmas.
“Kita bagi menjadi 4 tahap, untuk tahap pertama dilaksanakan bersama 4 kecamatan yaitu dari kecamatan Kertek, Leksono, Wonosobo, dan Sukoharjo untuk kemudian diikuti 11 kecamatan lainya secara bertahap,” jelas Dyah.
Menurutnya, Target penurunan stunting menjadi catatan penting dan sebagai dasar dalan rumbug ini, dengan harapan dapat menghasilkan strategi operasional yang bisa dilaksanakan bersama-sama.
Melalui rembug Stunting ini semua harus belajar dari pengalaman ODF kemarin. Perlu dikupas data stunting sekarang update seperti apa, intervensi yang sudah diberikan seperti apa dan yang kurang apa saja untuk ke depan bisa di kerjakan bersama-sama.
“Kami menargetkan Wonosobo di tahun 2023 dibawah 14 persen. Sehingga kali ini kita libatkan seluruh sektor sampai pemangku kepentingan di bawah. Kepala Desa yang paham wilayah dan bidan desa yang setiap hari paham kondisi kesehatan masyarakat.
“Melalui Rembug Stunting II adalah untuk mengetahui bagaimana mengupayakan. Selain itu juga untuk menggali berbagai persoalan yang terjadi agar dicarikan solusi bersama,” ujarnya.
Ditambahkan Dyah, Rembug Stunting II juga dijadikan momentum meningkatkan kerjasama dan koordinasi dalam penanggulangan stunting yang menjangkau seluruh sasaran, baik balita, keluarga dan masyarakat.
Untuk itu, lanjut dia, perlu sinergitas antara seluruh sektor terkait yang berhubungan dengan penurunan stunting yang lebih intensif sehingga penurunan stunting di Wonosobo dapat cepat tercapai.
Muharno Zarka