JC Tukiman Tarunasayoga
DUA tahun berturut-turut rangkaian peringatan proklamasi kemerdekaan RI di istana negara “mengguncang dan heboh” seraya membuktikan benarlah adanya yang disebut dengan: the power of song dan the power of singer itu.
Pada 17 Agustus 2023 kemarin, hampir seratus persen orang/tokoh yang hadir di istana “rungkad” dan entek-entekan tenan berjoged atau minimal menggerak-gerakkan tangan, kaki, atau pun kepala karena tersihir suara merdu Putri Ariani. Rungkad deh pokoknya.
Hal yang sama terjadi pada 17 Agustus 2022 lalu, suara jernih seorang Farel juga mengguncang istana seraya mengajak “Aja dibandhingke.” Benarlah adanya, -sekali lagi-, betapa lagu itu sangat kuat daya ubahnya bagi sikap seseorang atau pun kelompok banyak orang.
Sebuah lagu sangat berdaya ubah, apalagi dinyanyikan oleh seseorang yang memang sedang bersinar karisma dan talentanya. Luarbiasa memang. Jadi, mana, apa, atau siapa penentunya? Karena lagunya atau karena penyanyinya, ataukah karena kedua-duanya?
Rungkad
Penulisan baku kata rungkad ini memang berakhir dengan huruf d, bukannya dengan t, dan sebagaimana awal lagunya menyebut entek-entekan, karena rungkad memang memiliki makna khas, yakni ambruk bedhol saoyode.
Sebatang pohon tepat disebut rungkad manakala seluruh batang sampai ke akar-akarnya tumbang/ambruk. Tercabut sampai ke akar-akarnya, tepatnya begitu. Sebatang pohon tidak tepat disebut rungkad manakala hanya karena cabang-cabangnya patah; atau lebih tidak tepat lagi kalau hanya karena renting-rantingnya berjatuhan. Ketika pohon itu ditebang, lalu roboh, juga tidak tepat disebut dengan kata rungkad.
Baca juga Mardika kang Mardikani amrih Mardikengrat
Mengapa sebatang pohon ambruk bedhol saoyode, tumbang sampai ke akar-akarnya? Ada beberapa penyebab, dan yang paling kuat penyebabnya ialah karena pohon itu tidak mengakar kuat, pun pula diterpa angin kencang. Ambruk entek-entekan. Dapat juga terjadi sebatang pohon rungkad karena tidak memiliki akar tunggang karena tumbuh bukan dari bijinya.
Tentu ini berlaku bagi pohon-pohon berakar tunggang; dan bagi pohon yang dibesarkan lewat rekayasa teknologi, kemungkinan rungkad-nya juga tinggi bila diterpa angin kencang.
Rungkud
Kemungkinan lain pohon dapat tumbang sampai ke akar-akarnya, ialah karena pohon itu rungkud. Rungkad amarga rungkud. Nah, inilah fakta yang mengajarkan banyak ajakan dan ajaran moral. Mari kita dalami bersama.
Rungkud, -lagi-lagi harus ditulis dengan huruf akhir d, bukan t– artinya ketel (bacalah seperti Anda mengucapkan seger atau bener atau pun makan lemper) yaitu rimbun, lebat, dan juga dapat berarti banyak.
Kalau rambut seseorang disebut ketel, itu maksudnya rambut orang itu tebal, jauh lebih banyak dibanding rambut yang ada di kepala orang lain. Kalau sebatang pohon disebut daunnya ketel, itu maksudnya rimbun, banyak dan subur daunnya; dan itu berarti ada kaitannya dengan banyaknya ranting dan cabang pohon itu.
Rumput dan tanaman perdu lain pun dapat juga disebut ketel manakala rumput itu tumbuh lebat/rimbun karena akeh thethukulane, banyak tunas-tunas mudanya yang tumbuh.
Kelebatan daun pada pohon menggambarkan beberapa hal, di antaranya pohon itu pasti tumbuh subur, entah karena dipupuk secukupnya, lahannya memang cocok; namun juga karena jenis pohon itu memang berpotensi berdaun lebat.
Baca juga Sugih-Singgih
Orang suka menanam pohon beringin karena pohon ini memang punya potensi berdaun lebat, cocok untuk peneduh; namun jangan berharap pohon pinang dapat berdaun lebat sehingga dapat menjadi peneduh.
Rungkad amarga rungkud secara harafiah berarti bahwa sebatang pohon rimbun sangatlah mungkin roboh sampai akar-akarnya karena terpaan angin sangat kuat, sehingga daun, ranting, cabang, batang, dan akar-akarnya terguncang bareng-bareng dan robohlah dia.
Wajar saja pohon berdaun rimbun mobat-mabit diterpa angin, dan semakin kencang angin itu menerpanya, seluruh daun, ranting, cabang, dan batang pohon itu tergoyang-goyang. Semula goyangannya seperti orang-orang yang hadir di istana karena lagu Rungkad lantunan Putri Ariyani; dan kalau guncangan angin semakin kuat, pohon rimbun itu mungkin saja rungkad. Rungkad amarga rungkud.
Ajakan dan ajaran
Mengaitkan rungkad amarga rungkud untuk ditarik ajaran dan ajakan moralnya bagi kehidupan sehari-hari relatif sangatlah mudah. Berhati-hati dan waspada sajalah mereka yang saat ini sedang tumbuh seperti pohon rimbun itu. Konteks saat ini, arah terpaan angin kencang bahkan dapat sangat kencang pasti terjadi dalam dunia politik (praktis).
Wahai ….. kalian yang sedang berjibaku di dunia politik praktis, hati-hatilah aja nganti rungkad amarga rungkud. Godaan paling jelas memang ada di sini, yakni keinginan untuk semakin besar atau banyak dalam berkoalisi.
Makin rungkud, dianggapnya paling baik karena kekuatannya dirasa akan semakin besar. Sampai di situ sangat bisa dimengerti. Namun, ingat rungkad amarga rungkud tadi, hendaklah berhati-hati karena terpaan angin potensial membesar juga akan menerpamu.
Ajakan dan ajaran moral lain atas ungkapan rungkad amarga rungkud adalah, tidak ada jeleknya, ranting-ranting yang berdaun lebat itu dikurangi, maksudnya dipangkas untuk mengurangi kelebatannya. Ranting seperti apa bisa dipangkas? Nah…. itulah tantangan Anda.
JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University