Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat ketika hadir di acara Festival Gendhing Bogowonto. Foto : SB/dok Humas BKAD

WONOSOBO (SUARABARU.ID)-Festival Budaya yang diselenggarakan oleh Badan Koordinasi Antar Desa (BKAD) Kawasan Perdesaan Kanigara di Kecamatan Kepil, Wonosobo, yaitu Desa Bener, Desa Gadingrejo, dan Desa lainnya, memiliki tujuan mulia untuk mempererat kerukunan antarwarga di wilayah aliran sungai Bogowonto.

Melalui kegiatan ini, semangat gotong royong ditanamkan dalam rangka menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar sungai Bogowonto, khususnya di wilayah tiga desa yang tercakup dalam kawasan bendungan Bener di Wonosobo.

Ketua Panitia Festival Gendhing Bogowonto Aufa Mujtahid mengatakan kegiatan tersebut mengandalkan swadaya masyarakat sebagai basis penyelenggaraan, dengan dukungan penuh dari Koperasi Tirto Mulyo Bogowonto yang mewadahi warga yang terdampak oleh bendungan Bener.

Acara diiringi oleh para mentor budaya Jawa dari Permadani Wonosobo, menghadirkan nuansa budaya lokal yang kental. Prosesi utama dalam festival adalah kirab, yang dimulai dengan pelepasan oleh Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, dan Kadisparbud, Agus Wibowo. Kegiatan ini melewati perjalanan dari lapangan Bener hingga tepi sungai Bogowonto.

Di sini, berbagai aktivitas terjadi selama dua hari : tanggal 16 Agustus 2016 berfokus pada acara “Merti Kali” atau pembersihan sungai, dan pada tanggal 19 Agustus 2023, dilaksanakan acara “Gebyar Lanigara” yang berlangsung sepanjang satu malam.

Kegiatan berlangsung dengan berbagai acara menarik, termasuk ikrar tiga Kepala Desa untuk terus melestarikan alam sungai Bogowonto, kirab jenang kanigara yang melibatkan 30 bregada dan 300 ibu-ibu membawa ceting bambu berisi jenang untuk dibagikan kepada pengunjung.

Selanjutnya, tebar benih ketentraman dilakukan di aliran sungai Bogowonto, diikuti oleh kembul budjono, serta pentas seni rakyat dan mini expo UMKM produk lokal tiga desa yang menjadi bagian dari festival tersebut.

“Kanigara merupakan contoh nyata bagaimana komunitas lokal dapat bersatu demi menjaga lingkungan dan budaya mereka. Diharapkan, usaha ini akan membawa dampak positif bagi masyarakat di berbagai sektor seperti ekonomi, pariwisata, budaya, dan pertanian, ketika bendungan Bener selesai dibangun,” katanya.

Menurut dia, Festival Budaya BKAD Kawasan Perdesaan Kanigara memberikan gambaran nyata tentang pentingnya kolaborasi antara masyarakat lokal, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat dalam menjaga lingkungan dan memelihara warisan budaya.

“Melalui kegiatan ini pesan kesadaran akan pentingnya pelestarian alam dan budaya secara bersama-sama terpancar dengan kuat. Dengan adanya festival ini, kerukunan antarwarga dari tiga desa di Kepil, Wonosobo menjadi semakin erat,” ujarnya.

Gotong Royong

Gebyar Kanigara yang digelar di acara Festival Gendhing Bogowonto di Kepil Wonosobo. Foto : SB/dok Humas BKAD

Semangat gotong royong yang ditanamkan melalui berbagai kegiatan festival akan menjadi fondasi kuat dalam menjaga dan merawat lingkungan aliran sungai Bogowonto. Tidak hanya itu, kegiatan ekonomi dan pariwisata juga akan mendapat dampak positif dari festival ini, karena bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan yang tertarik dengan budaya dan alam yang dijaga dengan baik.

Festival ini juga merupakan contoh inspiratif tentang bagaimana masyarakat bisa memanfaatkan tradisi dan budaya lokal sebagai modal untuk menggerakkan perkembangan ekonomi.

Mini expo UMKM produk lokal dari tiga desa memberikan peluang bagi pengusaha lokal untuk memperkenalkan produk mereka kepada khalayak lebih luas, memberikan dampak positif pada sektor ekonomi skala mikro.

Selain itu, keberadaan Koperasi Tirto Mulyo Bogowonto yang mendukung warga terdampak bendungan Bener adalah contoh nyata bagaimana kelembagaan bisa berperan dalam memperkuat komunitas lokal.

Koperasi ini tidak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga memfasilitasi upaya-upaya kolaboratif untuk membantu masyarakat menghadapi perubahan di lingkungan mereka.

Kawasan Perdesaan Kanigara bukan hanya sekadar perayaan budaya lokal, tetapi juga merupakan manifestasi nyata dari semangat gotong royong, pelestarian lingkungan, dan pengembangan ekonomi lokal.

Melalui kolaborasi yang kuat antara masyarakat, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan pelaku ekonomi lokal, festival ini menjadi model inspiratif bagi upaya pelestarian budaya dan alam yang dapat diikuti oleh komunitas lain di seluruh negeri.

Dalam konteks yang lebih luas, Festival Budaya BKAD Kawasan Perdesaan Kanigara juga menggambarkan betapa pentingnya kesadaran akan keberlanjutan lingkungan dan budaya dalam era modern. Dalam dunia yang semakin terhubung dan global, menjaga akar budaya dan menjalankan praktek ramah lingkungan menjadi semakin krusial.

Pada saat ini, banyak komunitas di seluruh dunia berjuang untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan budaya mereka, sambil beradaptasi dengan perubahan modernisasi dan urbanisasi.

Model kerja sama seperti yang diperlihatkan oleh festival ini dapat dijadikan inspirasi untuk melibatkan masyarakat dalam upaya pelestarian alam dan tradisi, sambil mengintegrasikan perkembangan ekonomi yang berkelanjutan.

Dalam era digital, festival semacam ini juga memberikan bukti kuat bahwa nilai-nilai lokal dan tradisi masih memiliki tempat yang penting dalam masyarakat. Di tengah kemajuan teknologi yang sering mengaburkan batas-batas geografis, festival budaya tetap menjadi bentuk nyata untuk mengenang dan memelihara identitas budaya unik yang melekat pada suatu tempat.

Melalui upaya seperti Festival Budaya BKAD Kawasan Perdesaan Kanigara, generasi muda juga dapat terlibat dalam menjaga warisan budaya dan alam. Mereka dapat belajar tentang nilai-nilai tradisional sambil memahami pentingnya pelestarian alam dan lingkungan dalam menghadapi tantangan masa depan.

Festival Budaya

Suasana gebyar Kanigara yang digelar di acara Festival Gendhing Bogowonto di Kepil Wonosobo. Foto : SB/dok Humas BKAD

Dalam kesimpulannya, Festival Budaya BKAD Kawasan Perdesaan Kanigara adalah contoh inspiratif tentang bagaimana kolaborasi masyarakat, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat dapat menghasilkan dampak positif yang berkelanjutan dalam pelestarian budaya, lingkungan, dan perkembangan ekonomi lokal. Semangat gotong royong dan kesadaran akan keberlanjutan menjadi fondasi penting dalam menjaga keseimbangan antara perkembangan modern dan identitas budaya lokal.

Dalam konteks global, inisiatif seperti Festival Budaya BKAD Kawasan Perdesaan Kanigara mengingatkan kita akan pentingnya mengadopsi pendekatan berkelanjutan dan holistik dalam pengembangan masyarakat dan lingkungan. Kita dapat mengambil beberapa pelajaran berharga dari festival ini.

Pertama, kerjasama antar entitas. Festival ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara berbagai pihak, seperti masyarakat lokal, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor ekonomi lokal, dapat menciptakan dampak yang positif dan berkelanjutan. Kerjasama ini memungkinkan pemanfaatan sumber daya dan pengetahuan yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan bersama.

Kedua, pelestarian budaya dan lingkungan. Festival tersebut menggarisbawahi pentingnya pelestarian budaya dan lingkungan sebagai bagian dari identitas lokal. Penghargaan terhadap budaya dan lingkungan dapat menjadi dasar untuk pembangunan yang berkelanjutan, menjaga keseimbangan antara perkembangan modern dan tradisi.

Ketiga, pemberdayaan masyarakat. Melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan memberikan mereka rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan budaya mereka sendiri. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran dan keterlibatan dalam menjaga warisan budaya dan alam.

Keempat, pengembangan ekonomi lokal. Melalui pameran produk lokal dan eksposisi UMKM, festival ini merangsang pertumbuhan ekonomi lokal. Pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif membantu masyarakat untuk tetap berada dalam komunitas mereka dan mengurangi tekanan untuk migrasi ke perkotaan.

Kelima, warisan untuk generasi mendatang. Festival semacam ini dapat memberikan warisan berharga bagi generasi mendatang. Dengan memperkenalkan mereka pada budaya dan lingkungan yang dijaga dengan baik, kita membantu menciptakan pemahaman yang lebih dalam tentang identitas lokal dan tanggung jawab terhadap lingkungan.

Kisah Festival Budaya BKAD Kawasan Perdesaan Kanigara menjadi salah satu cermin tentang bagaimana masyarakat dapat mengatasi tantangan modernisasi sambil tetap memelihara warisan budaya dan lingkungan.

Kesuksesan inisiatif semacam ini tidak hanya merangsang pertumbuhan berkelanjutan, tetapi juga membentuk pola pikir yang lebih peduli terhadap aspek-aspek penting dalam kehidupan kita: budaya, alam, dan kerjasama komunal.

Muharno Zarka