Komunitas Lima Gunung
Sejumlah warga Dusun Sudimoro, Desa Baleagung, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang sedang menyelesaikan panggung utama yang dijadikan pementasan acara Festival Lima Gunung XXII. Foto: W. Cahyono

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID)- Para seniman petani gunung  yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung, kembali menggelar Festival Lima Gunung. Festival tahunan ini digelar di lereng Gunung Andong, tepatnya di Dusun Sudimoro, Desa Baleagung, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, 25-27 Agustus mendatang.

‘’Sedikitnya 1.700 seniman dari 79 kelompok kesenian akan tampil  pada Festival Lima Gunung  XXII yang akan berlangsung di Dusun  Sudimoro, Desa Baleagung, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang,”Ketua Komunitas Lima Gunung, Sujono Keron, Sabtu ( 19/8/2023).

Sujono mengatakan,  kelompok kesenian yang akan tampil dalam Festival Lima Gunung tahun ini, tidak hanya berasal dari Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing dan Menoreh saja, melainkan juga berasal dari beberapa kota di Jawa. Yakni, dari Yogyakarta, Solo, Semarang, Lumajang, Jakarta  dan terjauh dari Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Festival Lima Gunung
Ketua Komunitas Lima Gunung, Sujono Keron ( kiri, red) didampingi Ketua Panitia Lokal Festival Lima Gunung, Sih Agung Prasetyo. Foto: W.Cahyono

Menurutnya, sebenarnya masih banyak kelompok seni yang ingintampil di festival seni tahunan  tersebut. Namun, pihaknya membatasi jumlah peserta, sehingga panitia menolaknya.

“Sebenarnya banyak peserta yang ingin pentas dalam Festival Lima Gunung ini, tetapi  panitia terpaksa membatasi jumlah peserta, sehingga banyak calon peserta yang kami tolak,”kata Sujono yang juga  Pimpinan Sanggar Seni “Saujana”Keron, Kecamatan Sawangan.

Ia menambahkan, pada festival tersebut, Komunitas Lima Gunung akan memberikan penghargaan kepada sejumlah seniman nasional, seperti sineas Garin Nugroho, pemusik Frangki Raden dan lainnya.

Kalis Ing Kahanan

Pada Festival Lima Gunung XXII  yang akan berlangsung di lereng Gunung Andong tersebut mengambil tema “Kalis Ing Kahanan.”

“Tema tersebut mengandung makna agar kehidupan masyarakat selamat, terhindar dari bahaya,”kata Ketua Panitia Lokal Festival  Lima Gunung XXII, Sih Agung Prasetyo.

Sih Agung menambahkan,  untuk menyukseskan acara tersebut,  masyarakat Dusun Sudimoro sejak satu bulan lalu telah mempersiapkan diri dengan membuat panggung utama yang berukuran 12x 12 meter. Panggung tersebut juga dihias dengan seni instalasi dari jerami dan tebon ( batang pohon jagung).

Untuk pembuatan panggung tersebut, pihaknya memerlukan sedikitnya 50 batang pohon bambu apus dan bambu petung. Juga, sejumlah pohon suren dan albasia yang digunakan untuk penyangga dan alas panggung.

“Untuk hiasan berupa jerami menghabiskan sekitar satu truk  dan batang tebon sebanyak tiga mobil bak terbuka,” kata Sih Agung yang juga Kepala Dusun Sudimoro.

Ia menjelaskan, meskipun untuk menyukseskan acara tersebut memerlukan banyak beaya, pihaknya tidak menggandeng satupun sponsor baik dari kalangan pemerintah maupun swasta. Melainkan, swadaya masyarakat setempat.

“Para seniman Lima Gunung sudah sepakat dalam penyelenggaraana Festival Lima Gunung, tidak meminta bantuan sponsor baik dari pemerintah maupun swasta, meskipun untuk penyelenggarannya memerlukan anggaran yang tidak sedikit,”tandasnya.

Sih Agung mengatakan, janji para anggota Komunitas Lima Gunung  untuk tidak meminta bantuan sponsor tersebut, tertuang dalam “Sumpah Tanah 1 dan 2” beberapa tahun lalu. W. Cahyono